Sejak pertama kali masuk, mata nathan langsung tertuju ke arah Ratna yang terbaring lemah tak berdaya. Sungguh itu pemandangan yang sangat menyakitkan bagi nathan. Namun meski begitu, nathan berusaha tegar dan tidak menangis di hadapan ratna.
"Nak nathan" panggil ratna lirih.
Nathan menghela nafas panjang sebentar dan duduk di kursi yang sudah di sediakan. Tangannya terus menggenggam tangan sang pengasuh nya yang sangat ia sayangi. "Iya nek, ada apa?" tanyanya secara langsung.
"Maaf" lirih ratna dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Namun untungnya nathan bisa mendengar jelas bahwa neneknya itu meminta maaf padanya. "Minta maaf untuk apa nek?" tanyanya dengan alis yang mengkerut.
"Maaf karena telah menghilangkan kalung petunjuk untuk mencari ibumu nak" ucap ratna seraya semakin terisak karena telah menghilangkan sesuatu yang amat berharga bagi nathan.
"Kalung? Kalung apa yang dimaksud nenek?" gumam nathan bertanya-tanya dalam hati.
Tanpa sadar , nathan melamun memikirkan semua pertanyaan yang bersarang di kepalanya dan hal itu membuat ratna berpikir bahwa nathan membencinya.
"Apa kau membenci nenek nak? Apakah tidak ada maaf untuk nenek nak?" tanya ratna yang mulai sendu.
Seketika nathan tersadar dari lamunannya dan menghapus air mata ratna. "Tidak nek, aku tidak masalah sama sekali. Yang aku masalahin adalah nenek yang tidak menjaga kesehatan nenek dan itu membuat ku sangat marah" jawabnya dengan tersenyum.
Ratna terkekeh geli mendengar ucapan anak yang sudah ia anggap sebagai cucunya. "Nenek pasti akan segera sembuh dan tidak sakit lagi kok nak" ujarnya seraya tersenyum manis pada nathan.
Nathan yang biasanya jarang tersenyum pada orang lain pun malah membalas senyum itu dengan senyumannya yang manis.
Tak berselang lama para petugas medis datang dan menyampaikan bahwa ratna akan di pindahkan ke ruang rawat. Dan di saat itu pula nathan pamit pulang.
Di perjalanan pulang nathan termenung dengan semua ucapan ratna. Namun ia hanya bisa menghela nafas dan memutuskan untuk mengikhlaskannya.
"Sepertinya aku harus belajar menjadi hackers yang handal agar dapat menemukan ibu" gumamnya.
.....................
"Yahh ayah culang" lirih tari ketika permainan ular tangga yang mereka mainkan sudah berakhir.
"Ayah ngga curang loh" kesal adnan yang tak terima di bilang curang oleh tari.
"Ngga curang gimana kalo ayah daritadi naik tangga mulu" balas tari yang ikutan kesal.
"Salahin pionnya dong jangan ayah, kan ayah ga tau apa-apa. Lagipula kan yang mainin pionnya juga tari" ujar adnan sebal seraya mengalihkan perhatiannya ke televisi.
Tari hanya cemberut kesal dan membereskan mainan tersebut sebelum ikut bergabung dengan ayahnya.
kruyuk
Perut tari berbunyi cukup nyaring membuat ayah dan anak itu sama-sama ketawa. "Ayah lapar" ucapnya pada sang ayah.
"Ayah juga, tapi ayah kan nggak bisa masak. Gimana dong?" ujar adnan polos.
"Nah makanya abang pulang, kalo nggak mikirin kalian mungkin abang bakal nginep di rumah sakit" ujar nathan yang tiba-tiba sudah berada di ambang pintu.
"Yeayy abang pulang" pekik kedua ayah dan anak itu girang.
Nathan terkekeh geli dengan kelakuan keduanya dan pergi masuk ke dalam untuk memasak. Ia meletakkan kantong kresek yang berisi barang belanjaannya di lantai dan mencuci tangannya sebelum memasak.
Hingga beberapa saat kemudian nathan kembali dengan dua piring di tangannya. "Nih kalian makan duluan, abang mau ngambil minum sama makanan abang dulu" ujarnya seraya kembali pergi ke dapur.
Sesuai ucapannya, tak berselang satu menit nathan sudah kembali dengan 3 gelas dan satu piring di tangannya.
"Selamat makan" ucapnya seraya memakan makanannya.
Usai selesai makan , nathan membereskan peralatan makan mereka dan pergi mencuci piring di belakang.
Setelah selesai mencuci piring, nathan bersiap-siap dan mengambil jam tangan yang katanya di berikan oleh sang ibu untuk nya.
"Maaf aku harus menjual jam ini bun" gumamnya sendu.
Tanpa sepengetahuan nathan, jam tangan itu telah aktif dan seseorang yang memegang jam tangan lainnya dapat mendengar itu.
"Huhhh keep strong nat" ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
Nathan keluar dari kamarnya dengan kemeja kotak-kotak berwarna nevy dan celana jeans hitam. Tak lupa juga nathan memakai topi yang senada dengan jeans nya.
"Abang mau kemana?" tanya tari ketika mendapati sang abang yang telah rapi.
"Abang pergi dulu sebentar ya dek, oh ya jangan lupa nanti kalo jam tiga mandiiin ayah. Kalau mau ngemil ada di rak. Jangan nakal atau berantem ya , abang pergi cuman sebentar kok. Bye" pamit nathan dengan segala pesan di setiap kalimatnya.
"Bye abang" balas tari seraya mengacungkan jempolnya pertanda akan mematuhi semua pesan dari sang abang.
......................
Nathan pergi menuju sebuah toko perhiasan terbesar dengan menggunakan bus sebagai transportasi nya. Hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit saja untuk nathan agar bisa cepat sampai di toko itu.
"Maaf ada yang bisa kakak bantu dek?" tanya staf toko itu.
"Aku mau jual jam ini kak" jawab nathan cepat seraya memberikan jam tangannya.
Staf itu menganggukkan kepalanya dan memeriksa jam tangan tersebut. Mula-mula staf itu terkejut dengan apa yang ia lihat namun di detik kemudian senyum smirk tercetak di wajahnya.
"Akan ku hargai 10 milyar saja, kan lumayan 5 milyar lagi bisa buat aku beli rumah" gumamnya dengan seringai jahat.
"Dek harga jam ini 10 milyar, apakah adek mau jual jam ini ke toko kami sekarang?" tanya staf itu yang bermaksud takut jika anak kecil di hadapannya tak jadi menjualnya.
"Tentu" ucap nathan yang sibuk bermain ponselnya.
Staf itu menganggukkan kepalanya dan memberikan selembar kertas kepada nathan. Dengan cepat nathan mengambil kertas itu.
"Lain kali jangan curang ya kak, mungkin aku hanya diam tapi bisa jadi orang lain akan melaporkan kakak ke polisi. Jadi sebaiknya berhati-hati ya" ujar nathan dengan nada sinis seraya pergi meninggalkan staf itu.
Terlebih dahulu nathan pergi ke bank untuk mencairkan uangnya. Meski awalnya pihak bang menolak, namun nathan terus menerus memaksanya.
"Nak kami tak bisa melakukan itu. Umurmu masih terlalu kecil untuk memegang uang segitu" ucap manager bank itu.
"Baiklah kalo kau berpikir seperti itu, aku akan menelpon buna vliara saja" ucap nathan secara tak langsung mengancam manager bank itu.
"A-apa maksudmu nyonya grance?" tanya pihak bank itu dengan gugup.
Nathan hanya menganggukkan kepalanya dan tetap fokus menekan tombol di handphone nya.
"T-tunggu aku akan memberikannya" ucap manager itu seraya menyuruh bawahannya untuk mengambil uang itu.
Nathan hanya mengacungkan jari jempolnya dan duduk di kursi tunggu.
"Ini uangnya nak" ucap manager bank itu seraya menyodorkan sebuah tas berisi uang.
Nathan mengambil tas itu dan melihatnya sekilas. "Baik, aku terima uang ini. Terimakasih" ucapnya seraya pergi.
Tujuan nathan selanjutnya adalah rumah sakit, namun saat di tengah jalan tanpa di sengaja ia malah melihat bi surti yang lari terburu-buru ke sebuah gang kecil dan gelap. Karena rasa penasarannya yang tinggi nathan pun mengikutinya.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments