...Happy reading ❤️...
...----------------...
Setelah melepaskan pelukan mereka,, abangnya Adnan mengajak Adnan untuk berbincang-bincang di salah satu kursi yang berada di sana.
"Mereka anak-anak mu?" tanya abang Adnan yang bernama Dikri Alvendra.
"Anak? yang mana?" tanya Adnan kembali yang tak mengerti dengan pertanyaan sang abang.
"Itu dan itu" tunjuk dikri pada nathan dan tari.
"Oh nama mereka bukan anak-anak tapi nathan dan tari" ujar Adnan sambil tersenyum tanpa dosa.
Dikri menepuk jidatnya sendiri. 'Astaga dia masih bodoh seperti dulu' batin Dikri.
"Pa mandi kami…"
"Kok kalian panggil uncle pa mandi sih,,berasa jadi bapak-bapak yang mandi loh" ujar Dikri yang tak terima.
"Lah kan nama paman Dikri jadi kami panggil pa mandi kri" ujar tari dengan polosnya.
"Eh bener juga ya" ucap Dikri sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Tapi kenapa kalian ga panggil uncle aja sih,,kalo paman itu terlalu kampungan" imbuh Dikri.
"Cintailah yang lokal paman hehehe" ucap tari di akhiri cengengesan.
Dikri mengacak-acak rambut tari dengan gemasnya. "Kamu itu ya pinter banget ngomongnya" ujar Dikri.
Dikri pun berjongkok di depan tari dan Nathan. "Apa kalian anak dari adik uncle?" tanya Dikri.
Nathan dan tari mengangguk saja. "Siapa nama ibu mu?" tanya Dikri kembali.
Nathan dan tari saling pandang kemudian menatap sang ayah yang sedari tadi berusaha memahami yang mereka bicarakan.
"Ayah apakah ayah ingat nama ibu?" tanya tari dengan mata berkaca-kaca.
"Nama ibu kalian nda" jawab Adnan.
"Ayah,,nama lengkap ibu bukan nama panggilan" ujar Nathan.
"Nama ibu kalian ndaa bukan panggilan" kekeh Adnan yang tak memahami ucapan Nathan.
Tari,,nathan dan dikri pun menepuk jidatnya masing-masing. Percuma saja terus bertanya tentang nama ibu Nathan dan tari karena Adnan akan menjawabnya dengan jawaban NDA.
"Apa kalian pernah bertemu dengan ibu kalian?" tanya Dikri.
"Menurut informasi yang kami dapat dari para tetangga tukang gibah,,kami bertemu dengan ibu pada saat kami masih berusia dua tahun" jelas Nathan.
"Waduh ibu-ibu tukang gibah ternyata selalu inget meski kejadiannya udah dua tahun yang lalu hahaha" ujar Dikri sambil tertawa.
Mendengar perkataan Dikri pun sontak Nathan dan tari tertawa. "Biasalah paman kalo nggak inget tentang gibahan takut di sebut tua" kata tari.
"Hahaha kamu kalo ngomong suka bener" celetuk Dikri.
"Kalian ngomongin apa sih?" tanya Adnan yang tak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"E-eh ngga kok,,ga ngomongin apa-apa" jawab Dikri berbohong.
"Oh ya sudah"
"Ayah ,, tari pulang yuk sudah mulai pulang" ajak Nathan yang tahu waktu.
Adnan dan tari mengangguk kecil dan beranjak berdiri.
"Abang Adnan duluan yah,,dadahh" pamit Adnan.
"Tunggu" ucap Dikri yang berhasil memberhentikan langkah Nathan,,tari dan Adnan.
Mereka bertiga berbalik dan menatap. Dikri berjalan mendekati Adnan kembali.
"Adnan,, bagaimana kalo kalian tinggal di rumah abang? Abang selama ini nyari kamu tanpa sepengetahuan orang lain. Sekarang kita udah ketemu,,Abang ga mau kehilangan kamu lagi" ujar Dikri panjang lebar kayak rumus matematika.
Nathan dan tari saling pandang seolah sedang meminta pendapat. Tari mengangguk kecil pada Nathan dan Nathan pun ikut mengangguk.
"Dengan satu syarat" ucap Nathan dan tari serempak.
Dikri menoleh ke keponakannya. "Apa syaratnya?" tanya Dikri.
"Cari tau siapa ibu kami" jawab Nathan.
"Ibu kalian? baiklah aku akan bantu kalian mencari tahu tentang ibu kalian" ucap Dikri menyetujui syarat yang diberikan Nathan dan tari.
"Ya sudah kita ambil barang-barang kalian dulu,,terus paman juga mau nyari tahu tentang ibu kalian dari para tetangga gibah" lanjut Dikri.
Nathan dan tari mengangguk sedangkan Adnan menggaruk kepalanya yang tak gatal karena tak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Kalian kenapa bahas ibu nda sih? udah tau namanya nda masih aja pengen nyari tahu" ujar Adnan.
"Ayah belum cukup belajar untuk memahami ini" ucap Nathan.
Adnan menghentakkan kakinya seperti anak kecil yang marah ketika tidak dikasih permen oleh ibunya.
"Ayo tunjukin rumah kalian,,ga jauh kan?" tanya Dikri yang tak pernah ke rumah sang adik
"Ngga kok pa mandi cuman beberapa meter dari sini" jawab tari seadanya.
"Sudah saya bilang panggil uncle saja" ucap Dikri yang masih kekeh tak mau disebut paman.
"No paman lebih baik" ucap tari
"Hish terserah lah males ribut" desis dikri.
Tari cekikikan karena berhasil mengerjai abang sang ayah. Mereka berempat pun berjalan menuju rumah Adnan.
10 Menit berjalan akhirnya mereka sampai di rumah kecil tempat Adnan dan anak-anaknya tinggal.
Nathan dan tari bergegas menuju kamarnya untuk mengemas barang,, sedangkan Adnan menonton tv dan Dikri mencari tahu tentang siapa ibu Nathan dari tari alias istri sang adik.
tok tok tok
Dikri mengetuk salah satu pintu rumah tetangga sang adik. Tak lama seorang ibu-ibu gemuk memakai daster pun keluar.
"Siapa ya mas?" tanya ibu-ibu itu
"Saya kakaknya Adnan bu,,saya kesini mau bertanya apakah ibu tahu tentang istri nya Adnan?" tanya Dikri to the point.
"Oh saya tahu,,istri nya Adnan yang punya wajah bule ke Indonesiaan kan? Dulu istrinya Adnan itu baik banget sama saya loh mas,,saya juga pernah ngira dia saudara mas Adnan eh ternyata dia istri nya mas Adnan. Padahal dulu saya pernah ngira kalo mas Adnan ga bakal dapet pasangan karena otaknya eh dia malah dapet pasangan yang baik" ujar ibu itu dengan semangat untuk ngegosip.
"Apa ibu punya fotonya?" tanya Dikri lagi
"Maaf Maas saya ga punya fotonya,,setiap ada yang minta foto pasti di tolak sama dia" jelas ibu itu
"Kalo namanya ibu tau ga?" tanya Dikri lagi.
"Wah kalo namanya sih ga ada yang tau karena kami manggil dia pakai panggilan nda" ucap ibu itu.
"Oh gitu ya,,kalo ciri-cirinya?"
"Ciri-cirinya itu rambutnya tuh lurus panjang berwarna keunguan gitu,,terus matanya juga kebiruan,,kulitnya juga bersih ga ada jerawat nya. Kemungkinan juga dia orang blasteran" jelas ibu itu menjelaskan ciri-ciri istri Adnan.
"Widih Adnan boleh juga yah nyari istri kek gitu" celetuk Dikri.
"Hahaha iya mas,,tapi sayang dia udah kecelakaan dua tahun yang lalu" ucap ibu itu merasa sedih.
"Kecelakaan apa emangnya?" tanya Dikri penasaran
"Dia kecelakaan bus,,tapi jasad nya belum di temukan sama polisi" jawab ibu itu.
"Oh ya sudah ,, terimakasih atas informasinya Bu. Saya permisi" pamit Dikri
Dikri kembali ke rumah Adnan dan duduk disalah satu kursi kayu yang berada di sana.
Tak berselang lama tari dan Nathan keluar sambil membawa dua tas besar.
"Sudah?" tanya Dikri
Mereka berdua mengangguk. Dikri pun menghampiri Adnan dan mengajaknya pindah. Setelah beberapa saat merayu Adnan agar mau untuk pindah tempat tinggal ke rumah dikri,, mereka pun pergi menuju rumah dikri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments