Happy reading ❤️
...----------------...
2 jam berlalu seseorang menggedor-gedor pintu kamar yang ditempati Adnan tari dan Nathan.
"Buka dek sebelum ayah bangun" titah Nathan pada adiknya.
"Abang aja ah" ucap tari yang malas.
"Abang jaga-jaga kalo ayah bangun,,udah gih sana sebelum dosa ga nurutin perintah abang" ujar Nathan.
Dengan malas tari membukakan pintu itu. Dan…
byur
Tari disiram oleh sang tante dengan air bekas mengepel. Tari yang belum sempat menghindar terkesiap dan basah puyuh.
"Aaaa Tante mengapa menyiram ku" jerit tari sambil mencium bau di tubuhnya.
"Suruh siapa kamu bermalas-malasan di sini hah?" bentak Queen
"Duh yang ada Tante tuh kenapa nyiram aku" balas tari dengan membentak juga.
Queen tidak menggubris perkataan tari dan langsung melemparkan segulung kertas ke arah wajah tari.
Refleks tari menangkap kertas itu sebelum jatuh ke air.
"Kerjakan itu bersama ayah dan kakakmu,,jika tidak ku pastikan ibu mu celaka" ancam Queen menggunakan Ibu tari dan Nathan.
Tari yang mendengar itu membulatkan mata dan menatap Queen dengan tatapan mengintimidasi.
Queen yang mengerti dengan tatapan itu pun langsung berlalu sebelum di tanya-tanyai oleh tari.
Tari yang berniat mengejar poin pun tidak jadi karena teringat dengan kakak dan ayahnya. Tari berbalik ke dalam kamarnya dan menghampiri kakaknya yang tengah membereskan sebagian barang mereka.
Nathan yang melihat dari basah kuyup pun mengernyitkan dahinya. "Mengapa kamu basah?" tanya Nathan pada tari.
"Disiram nenek lampir" jawab tari dengan nada kesalnya.
"Jadi benar bahwa mereka cuman pura-pura baik saja untuk menjadikan kita pembantu di rumah ini?" tanya Nathan memastikan.
tari mengangguk dan memberikan Nathan sebuah kertas yang dilemparkan Queen kepadanya.
Nathan mengambil kertas tersebut dan membacanya secara seksama. setelah membaca kertas itu Nathan mengepalkan sebelah tangan yang memegang kertas itu.
"Ternyata benar mereka nenek lampir dek" ujar Nathan sambil menggerakkan giginya.
"Uluh-uluh kakak amun marah jiga manusia ka surupan" ledek tari dengan bahasa sundanya. (Aduh-aduh kakak kalo ngambek seperti manusia yang kesurupan)
"Nya saha weh anu teu marah amun diperlakukeun jiga budak" balas Nathan dengan bahasa Sunda juga. (Ya siapa juga yang ga marah klo di perlakukan seperti budak)
"Aduh sieun ah amun ningali aa ciga kieu mah" ujar tari. (Aduh serem ah kalo lihat aa seperti ini mah)
"Hampura de" ucap Nathan meminta maaf.
Tari mengangguk sahaja dan segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang bau karena air pel-an yang disiramkan oleh Queen.
Selang 15 menit akhirnya tari keluar setelah ritual mandi nya selesai. Ternyata Adnan sudah bangun ketika Tari mandi.
"Bang apa ayah bakal ikutan beresin rumah?" tanya tari pada abangnya.
"Iya keknya,,ga mungkin kan kalo kita tinggal. Yang ada si nenek lampir tadi nyelakain ayah" ujar nathan.
"Iya juga sih tapi…"
"Iya abang tau,, udahlah terima nasib aja" potong nathan dengan dewasanya.
"Dih si abang masih kecil udah sok-sok an dewasa" cibir tari.
"Emang dewasa kok,, kamu aja tuh yang kekanakan" balas Nathan.
"Kalian ngomongin apa?" tanya Adnan yang membuat tari dan Nathan sadar dengan keberadaan sang ayah.
tari dan Nathan menepuk jidatnya masing-masing dan merutuki kebodohannya.
"Ga ngomongin apa-apa kok" ucap Nathan.
Adnan mengangguk percaya pada sang anak. Tari dan Nathan menghela nafas lega karena dapat membodohi sang ayah.
"Ya udah ayo mulai sebelum nenek sihir ngamuk" ajak Tar
Nathan mengangguk kecil dan meraih tangan sang ayah.
"Ayah bantuin Nathan menyapu yah" ujar Nathan.
"Emang ayah bisa?" tanya Adnan yang sebelumnya tidak pernah menyapu.
"Insyaallah bisa kalo mau belajar" ucap tari yang diangguki Nathan.
"Ya udah,,tapi jangan lama-lama ya. Ntar ayah capek" ujar Adnan.
Nathan dan tari menganggukkan kepalanya. Mereka bertiga pun keluar bersama. Tari dan Nathan mereka berdua berpisah dengan Adnan yang mengikuti tari.
Tari mengambil alat kebersihan berupa kain,,sapu dan alat pel-an. Tari memberikan sapunya ke sang ayah karena menurutnya menyapu tidak akan membuat kekacauan.
Sambil membawa alat-alat kebersihan mereka berdua berjalan menuju kamar paling ujung di lantai dua.
"Ayah menyapunya seperti ini yaa,,sampai semua ini bersih oke" ujar tari sambil mempraktekkan cara menyapu lantai.
Adnan mengangguk dan mengambil alih sapi yang dipegang tari. "Seperti ini?" tanya Adnan sambil mempraktekkannya.
"Iya ayah seperti itu" ucap tari
Tari dengan telatennya membersihkan vas bunga dan beberapa barang lainnya yang kotor. Tak lupa juga tari mengelap beberapa tempat seperti meja hias dan lain-lainnya.
Selang beberapa menit Adnan terduduk di lantai dengan nafas yang memburu seperti baru selesai berlari. Tari menghampiri ayahnya yang sedang duduk di lantai
"Kenapa yah?" tanya tari lembut pada sang ayah.
"Capek" jawab Adnan singkat sambil mengelap keringat yang bercucuran.
Tari menggeleng-gelengkan kepalanya.
'Baru sebentar aja ayah udah capek apalagi lama mungkin udah pingsan' batin tari.
Tari kembali mengerjakan pekerjaannya dan melanjutkan pekerjaan Adnan yang terhenti. Tak berselang lama Nathan menghampiri adiknya yang tengah menyapu.
"Apa ayah tidak membantumu?" tanya nathan.
"Bantu kok bang walau sebentar,,tapi Mayan lah buat ngurangin beban" ujar tari sambil tersenyum.
"Ya udah kamu nyapu aja Abang yang ngepel" ucap Nathan sambil mengambil alat-alat untuk mengepel lantai.
Nathan yang sebenarnya capek karena memasak dan mencuci piring pun memaksakan dirinya untuk membantu sang adik.
Setelah lebih dari satu jam mereka pun selesai membersihkan rumah itu dan tengah duduk di kamar mereka.
"Nathan" panggil Adnan.
Nathan menoleh ke arah sang ayah. "Ada apa yah?" tanya Nathan dengan lembutnya.
"Mengapa Abang nya ayah menjadikan kalian seperti budak?" tanya Adnan dengan polosnya.
"Mungkin mereka kekurangan biaya untuk bayar pembantu" celetuk tari.
"Berarti mereka udah bangkrut dong" ujar Adnan dengan polosnya.
"Amin moga bangkrut deh biar ga nginjek-nginjek orang" ucap tari mendoakan supaya queen dan Dikri bangkrut.
"Hus ga boleh doa yang buruk-buruk" tegur Nathan.
"Yeh si abang,,belum tentu dikabulin juga kan. But kalo di kabulin juga aku seneng kok bang" ucap tari sambil cemberut pada Nathan.
"Iya,, daripada doain yang kek gitu mending doain biar orangnya cepet mati" ujar Nathan yang membuat senyum tari bangkit kembali
"Bener juga yah bang,,moga mereka cepet mati dah" ucap tari mendoakan
"amiiin" sahut Adnan yang ikut mengaminkan padahal dirinya tak tahu apa yang di doakan oleh anak-anaknya.
"Wow ternyata ayah mendukung kita kak" seru tari girang.
"Emang ayah ngerti apa yang kita doain?" tanya Nathan.
Adnan menggelengkan kepalanya dan berkata "nggak,,tapi ayah cuman ngaminin aja" kata Adnan tanpa dosa.
Nathan dan tari menepuk jidatnya masing-masing dan merebahkan dirinya di atas kasur karena malas berdebat dengan sang ayah.
...----------------...
Maaf baru up lagi yaa,,kakaknya lgi sibuk hehehe. Sekali lagi kakak minta maaf oke tolong maafkanlah kakak yang nggak up kemaren🙂🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments