Setelah makan malam bersama keluarga besar, Rei mengajak Malika berdansa menyusul pasangan lain yang sudah menikmati alunan musik yang mendayu, musik klasik yang terdengar dari Audio yang terpasang dibeberapa sudut taman.
Rei membelit pinggang Malika dan Malika mengalungkan tangannya pada leher Rei, jarak wajah mereka begitu dekat dengan deru nafas yang sulit terkendali karena saling merasa gugup.
Liukan tubuh keduanya mengikuti alunan musik dengan pikiran yang sibuk untuk bisa ditelusuri. Rei ingin mengatakan perasaannya secara langsung pada Malika malam ini, betapa hatinya sudah tidak bisa lagi membendung cinta nya pada Malika saat pertama kali melihat wajah Malika setahun yang lalu di negara A.
"Aku mencintaimu!!"
"Aku mencintaimu!!"
"You are marry me??"
Malika hanya terdiam menatap dada Rei, sesaat hanya tarikan nafas halus dan menghembuskan nya dengan begitu lembut mengendalikan perasaannya yang masih bimbang untuk menjawab lamaran Rei.
"Bukankah orangtuamu barusan sudah melamarku?, apakah sangat penting jawabanku untukmu" tanya Malika dingin pada Rei.
"Itu baru orangtuaku Malika, tapi tidak denganku, yang menjalani biduk rumah tangga nanti adalah kita berdua bukan mereka, kelak aku yang bakal jadi pemimpin keluarga kita dan imammu dalam sholat."
Malika masih enggan menjawab pertanyaan Rei, pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya mendapatkan kembali putranya dari mertuanya.
"Malika, tatap mataku, lihat aku!!"
Malika mengangkat wajahnya, lalu menatap manik Rei dengan perasaan berdebar.
"Jawab aku Malika, ini sangat penting untukku."
"Apakah dengan membalas cintamu, semuanya menjadi mudah?," tanya Malika dengan penuh penegasan.
"Apa yang harus aku lakukan untuk menebus kesalahanku padamu?"
"Temukan putra kita Rei, baru aku bisa memaafkanmu dan jangan terlalu berharap lebih padaku karena aku sangat sulit melalui sebuah proses saat mengandung putramu yang hampir membuatku depresi."
"Malika, ikhtiarku sampai saat ini tidak pernah berhenti sampai aku menemukan buah hatiku, aku juga merasa kehilangannya Malika, apa lagi belum pernah melihatnya atau menggendongnya."
"Yang lebih membuatku sakit ketika aku tidak menemanimu diawal kehamilanmu sampai kamu melahirkan, apa jadinya jika aku tidak bertemu denganmu dimalam naas itu?, aku bisa kehilanganmu Malika."
"Maafkan aku, maafkan aku yang terlambat menemukanmu."
Rei membenamkan wajahnya diceruk leher jenjang Malika.
Seketika dia menghirup tebaran wangi pada tubuh gadis ini, entah mengapa tubuhnya merasakan rangsangan seperti setahun yang lalu, wangi tubuh ini mampu membangkitkan kejantanannya.
Wangi tubuh itu kembali tercium seakan tidak ada brand parfum mahal yang sering dipakai oleh mami Rei karena maminya memiliki banyak koleksi parfum.
"Parfum apa yang kamu pakai sayang," tanya Rei yang masih berdansa dengan Malika."
"Aku jarang pakai parfum Rei karena kulitku sensitif dengan semprotan wangi itu."
"Apakah itu sabun atau losion? " tanya Rei masih penasaran.
"Ada apa Rei, mengapa kamu mempermasalahkan wangi tubuhku sekarang, apakah menganggu penciumanmu?, " tanya Malika malas.
"Harum tubuhmu inilah yang membuatku menggaulimu setahun yang lalu.
Degg!!
Malika tersentak mendengar pengakuan Rei yang mengingatkan kembali kisah kelam itu.
"Bagimu itu biasa tapi bagiku itu
membuatku mabuk hanya dengan mencium aroma tubuhmu, jadi kumohon
beritahu aku formula apa yang kamu gunakan?"
Tiba-tiba Malika melepaskan pelukannya lalu berjalan meninggalkan Rei, Rei tidak menyangka pertanyaannya barusan membuat Malika tersinggung, Rei berlari mengejar peri tidurnya yang sudah berlari meninggalkan lantai dansa.
"Malika tunggu!, tunggu sayang, aku minta maaf sudah membuatmu tersinggung," teriak Rei sambil terus mengejar Malika.
Malika berjalan cepat menyusuri pintu samping mansion.
Hatinya sudah mulai resah dengan pengakuan Rei tadi, secepat kilat Rei menangkap tubuh Malika, sebelum Malika membukakan pintu kamarnya.
Tubuh Malika ditahan oleh Rei, lalu menyandarkan tubuh gadis itu ke dinding kamar.
Rei membuka pintu kamar Malika dan mendorong tubuh gadis itu ke kasur. Malika berusaha melepaskan cengkraman tangan Rei pada lengannya.
"Lepaskan aku Rei, apa yang kau lakukan?, lepaskan kataku."
"Tentu saja aku ingin membuat adik untuk Ezra," jawab Rei asal.
"Lepas!!..lepaskan aku!!."
Rei langsung mengunci tangan Malika, mengulum bibir gadis itu dengan perasaan rindu yang sudah menggebu.
Entah mengapa Malika seakan membutuhkan sentuhan itu dari Rei sesuatu yang dirindukan oleh tubuhnya, namun logikanya menolak.
Saat tangan Rei menjelajahi tubuh Malika dan berpindah ciumannya ke belahan dada gadisnya, Malika mulai menangis.
"Rei, kumohon hentikan, jangan merendahkan harga diriku lagi pekiknya sedih."
Rei berhenti melakukan aksi panasnya pada tubuh Malika lalu bangkit dan duduk di samping tubuh gadisnya.
"Maafkan aku sayang, aku khilaf karena tidak tahan melihat wajah dan tubuhmu, apa lagi aroma tubuhmu, itu yang paling tidak bisa aku kendalikan."
Malika ikut duduk disisi Rei dengan wajah tertunduk, hatinya juga berontak antara menginginkan atau menolak.
Rei bangkit hendak ingin meninggalkan kamar Malika namun tangannya dicegah oleh Malika dengan cepat Malika menyambar bibir seksi Rei lalu ********** dengan penuh damba.
Rei juga membalas ciuman Malika lebih dahsyat, akhirnya acara perpagutan bibir itu memberikan sensasi erotis, sampai pagutan itu terlepas tatkala kehabisan stok oksigen pada keduanya.
"Apakah kau sangat menginginkan tubuhku?," tanya Malika lirih."
"Apakah boleh aku melakukannya hmm? desah nafas berat Rei yang sudah memacu adrenalinnya, saat mendengar pertanyaan Malika.
"Apakah dengan cara ini yang kau inginkan Rei?"
"Tidak sayang?, tidak sayang, aku ingin mendapatkanmu dengan cara yang halal.
"Kalau begitu sahkan aku menjadi istrimu secepatnya."
Bagai mendapatkan durian runtuh, eh salah maksud author harta karun, Rei sangat antusias dengan mengangguk pasti menanggapi permintaan Malika
"Aku hanya bisa memberikanmu bibirku bukan tubuhku untuk saat ini."
Keduanya kembali berciuman panas, hanya dengan cara ini mereka leluasa menyampaikan perasaan rindu mereka.
Yah, hanya sebatas itu Malika memberikan kebebasan Rei atas dirinya tidak lebih.
🌷🌷🌷
Rei meninggalkan kamar Malika dengan perasaan bahagia.
saking senangnya hingga langkah kakinya berjingkrak-jingkrak.
Dari kejauhan dua pasang mata memperhatikan tingkahnya dengan menahan tawa.
"Berhenti!,..berhenti Rei!"
Langkah Rei terhenti saat mendengar teguran dari seseorang.
Rei menatap wajah kedua orangtuanya dengan sangat gugup.
"Kamu dari kamar Malika?, ngapain sayang?," tanya nyonya Ambar sambil lehernya mencari seseorang di balik punggung Rei.
"Itu mami, Malika ingin ditemenin ngobrol, kami cuman ngobrol nggak macam-macam, sumpah!"
"Papi sebaiknya percepat mengurus pernikahan mereka dari pada dia makin kebelet pingin kawin."
"Benarkah itu mami itu mami, papi? wajah tampan Rei makin bersinar lalu Rei melompat sambil tangannya mengepal ke atas."
"Yes, akhirnya aku mendapatkan suplemen untuk jiwaku lagi," gumamnya sambil tertawa renyah dihadapan kedua orangtuanya."
" Huuhh!!"
"Dasar anak nakal, tapi ingat setelah itu cari cucu kami sampai ketemu, kau mengerti Rei?, ancam nyonya Malika pada putranya dengan pura-pura galak.
"Siap permaisuri, hamba akan jalani titah permaisuri."
Kedua orangtua Rei terkekeh melihat tingkah Rei yang sangat bahagia dari pada sebelum bertemu Malika.
"Ayo, papi kita ke kamar, jangan lama-lama berada bersama Rei, nanti papi kesambet sama gilanya seperti Rei."
"Sudah kesambet ko mi, dengan pesona mami malam ini, ayo sayang kita terbang ke awan biru."
Keduanya berlalu meninggalkan Rei yang masih bengong melihat kemesraan orangtuanya.
"Ah, papi bikin iri saja," sungut Rei sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kemudian dia kembali ke kamarnya sambil bersiul melewati para pelayan yang menahan tawa mereka sambil melipat bibir kedalam.
Setelah Rei melewati para pelayannya yang tertunduk memberi hormat kepada tuan muda mereka, para pelayan itu tertawa melihat tingkah tuan mudahnya seperti anak kecil yang kegirangan mendapatkan hadiah kesukaannya.
Di kamar berbeda Malika masih merasakan debaran jantungnya yang belum berhenti dan kembali merindukan ciuman Rei pada bibirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Mawar berduri
ketagihan ya Malika...mantap ya sedotannya rei😂😂😂🤭
2023-01-18
1