Pagi ini Rei ingin menemui orang tuanya setelah sibuk mengurus Malika selama seminggu.
Rei memasuki mobilnya setelah dibuka oleh penjaga pintu gerbang utama.
Tembok pagar mansion milik Rei sengaja dibuat tinggi pemiliknya agar tidak begitu terlihat dari pinggir jalan.
Mansion milik keluarga Rei
terletak lebih dalam sekitar 1km baru sampai di gedung bak istana kerajaan.
Dari masuk gerbang utama sudah disambut oleh hamparan berbagai macam jenis pohon rindang yang di pangkas rapi dan berbagai jenis bunga tertata indah.
Sekitar 300 meter ditemukan danau buatan yang terdapat banyak ikan air tawar di sisinya ada jembatan yang membentang menjorok hampir ke tengah danau.
Danau itu tidak terlalu dalam,
di pinggir danau buatan itu sengaja dibiarkan terhampar dengan rumput hijau yang menambah kesan sejuk bagi orang yang memandangnya.
Para pekerja asyik melakukan tugas mereka masing-masing.
Rei sengaja menyembunyikan klakson mobilnya sengaja menyapa para pekerja yang ada disekitar taman dan danau. Semuanya tunduk hormat ke arah mobinya.
Tibalah Rei di depan mansion orangtuanya. Dia turun lalu memberi kunci mobil pada salah satu maid untuk memindahkan mobilnya di garasi.
Rei melangkah masuk sambil berteriak memanggil wanita yang melahirkannya.
"Mami!!"..."Mami!!"
Tidak lama kemudian muncullah nyonya Ambar yang menghampiri dengan melangkah cepat untuk menyambut putranya.
"Oohh putraku ke mana saja sih baru pulang?," sambil memeluk putranya dengan penuh kerinduan."
"Maaf mami, lagi ada urusan untuk membawa pulang menantu mami," goda Rei pada maminya."
"Ihh!, anak nakal yang benar saja kamu punya cewek," timpal wanita itu kesal.
"Mami!!"
"Peluk aku lagi dong!!" rengek Rei pada maminya."
"Aduh anak mami lagi happy ya, jangan-jangan benar!, nyonya Ambar membekap mulutnya."
"Benar ko mami, kali ini menantu mami akan tinggal disini bersama kita," jelas Rei.
"Rei, kamu tidak sedang bercandakan sayang," tegas nyonya Ambar yang masih ragu dengan pengakuan putranya.
"Oh ya, mana papi mi!!"
"Rei mengedarkan pandangannya ke seluruh arah di ruang keluarga mencari satu sosok lagi yang sangat dirindukannya.
"Papimu lagi sholat dhuha Rei di mushola."
Para pelayan sudah menyiapkan sarapan untuk keluarga Rei. Berbagai macam olahan yang buat oleh chef terkenal tanah air yang dipekerjakan oleh kedua orangtuanya.
Tidak lama kemudian papi Rei muncul dan Rei memeluk papinya. Merekapun sarapan bersama.
Rei menceritakan tentang Malika dari awal pertemuan mereka sampai akhirnya kehilangan Malika dan dipertemukan lagi dengan gadisnya dalam kondisi yang mengenaskan.
Orangtua Rei yang menyimak semua cerita putranya sambil termangu, keduanya saling menatap tak percaya tapi, juga terharu mendengar kabar bahagia dari putranya, tapi saat Rei memberitahu perihal cucu mereka orang tua itu sangat girang dan kembali lesu mengetahui cucu mereka diculik.
"Rei ceritakan lagi bagaimana kamu bisa kehilangan bidadarimu di negara A," Pinta nyonya Ambar pada putranya.
Rei menarik nafas halus, lalu mengenang lagi peristiwa yang sangat menyenangkan sekaligus menyedihkan. Rei mencoba mengumpulkan kekuatannya yang saat itu jiwanya seakan ikut pergi bersama hilangnya Malika yang membuatnya frustrasi
dan hampir menyerah.
Flashback 🔥
Malika dipindahkan ke kamar VVIP setelah mendapatkan perawatan di ruang IGD. Rei yang ikut mendampingi brankar Malika yang didorong oleh para suster. Diapun mengikuti langkah para suster yang membawa gadis itu ke ruangan yang dituju. Sesampainya di ruangan VVIP Rei menunggu suster itu menyelesaikan tugasnya dan para suster itu mulai pamit untuk kembali ke tempat mereka, tapi Rei meminta tolong pada salah satu suster untuk menolongnya menjaga Malika.
Dia ingin mencari sarapan karena sedari tadi dia merasa belum makan apapun, tapi sepuluh menit lagi ya suster aku akan panggil lagi kalian untuk kesini menunggunya, para suster itupun setuju dan keluar meninggalkan Rei dan gadisnya.
"Sayang !!" sapa Rei pada Malika yang masih koma, aku makin bingung dengan jalan hidupmu, aku harus bagaimana untuk mengetahui identitasmu?"
"Hai, cantik bangun!, cerita kan padaku apa yang menimpamu, siapa yang tega menghancurkan hidupmu.
Cantik aku pamit ya pingin cari makan dulu, aku sangat lapar nanti aku akan bawakan untuk kamu juga ya, tunggulah di sini kuharap setelah aku kembali kamu sudah sadar."
Rei mengecup bibir gadis itu dengan lembut tapi sebelum meninggalkan ruangan,
Rei menyalakan kamera ponselnya dan mengarahkan kewajah gadis pujaannya. Setelah itu Rei selfi berdua dengan gadis yang masih menutup matanya.
"Kau seperti putri tidur, harusnya kau bangun saat pangeranmu menciummu."
Rei masih membelai wajah pucat gadisnya dan sesekali mengecup bibir dan pipi Malika, hatinya tidak perduli dengan keadaan Malika yang saat ini masih terbaring lemah.
"Ah berarti itu cuman dongeng, tidak berlaku untukmu, ok sayang aku pamit dulu ya," ucap Rei berbicara dengan Malika yang masih dalam keadaan koma. bermonolog.
Rei kembali ******* bibir sensual Malika seakan dirinya akan kehilangan gadis itu. Rei memencet bel untuk memanggil suster jaga yang sudah dipesannya
Suster itu datang dan pria tampan itu berlalu meninggalkan gadisnya karena perutnya sudah tidak bisa kompromi lagi untuk segera di isi.
🌷🌷🌷
Rei keluar membawa mobilnya mencari restoran untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan sedari pagi.
Tidak lama Rei sampai didepan sebuah restoran siap saji dan memesan beberapa makanan dan minuman.
Rei menunggu pesanannya datang sambil membuka ponselnya, dia melihat beberapa foto gadisnya lalu tersenyum manis menatap foto yang ada di dalam ponselnya.
"Hei cantik!, mengapa tidak dari dulu bertemu denganku, mengapa harus bertemu denganmu dalam kondisi yang kurang baik," ucap Rei yang menatap mesra foto dirinya dan Malika dalam ponselnya.
Tidak lama kemudian pesanannya datang Rei mulai menikmati sarapannya.
Rei memesan lagi buat dibawa pulang untuk gadisnya.
"Peri tidurku andaikan kau sadar aku akan melahapmu seperti makanan ini, cepat bangun sayang aku sangat kangen denganmu," ujar Rei yang masih mengajak ngobrol pada ponselnya.
Rei menatap kembali layar ponselnya melihat lagi peri tidurnya dan Rei menjadikan foto itu sebagai wallpaper layar ponselnya.
Pria tampan ini masih saja berkata - kata dengan ponselnya seakan ada Malika sedang duduk di hadapannya.
"Setelah kamu sadar aku akan langsung melamarmu cantik."
Rei segera melanjutkan makannya supaya bisa kembali ke rumah sakit menemui putri tidurnya.
🌷🌷🌷
Di tempat lain kedua orangtua Malika sudah sampai di hotel di mana putrinya menginap, mereka menanyakan keberadaan putri mereka pada resepsionis.
"Pagi nona," sapa tuan Daniel pada petugas resepsionis hotel dengan bahasa setempat.
Tuan Daniel menanyakan kamar hotel atas nama Arie Arya Darmawangsa kamar 107. Resepsionis itu menanyakan siapa mereka, Tuan Daniel menyebutkan kalau mereka mertua dari tuan Arie Arya, resepsionis itu melakukan panggilan tapi tidak ada jawaban dari kamar itu.
Lalu temannya mulai berbicara bahwa penghuni kamar itu tidak ada di tempat semenjak suaminya dibawa ke rumah sakit tempo hari, resepsionis itu baru ingat dengan kejadian itu langsung mereka memberikan kunci kamar putri tuan Daniel, tuan Daniel penasaran dan mengajak istrinya ke kamar anaknya menginap karena sudah lima hari, putrinya tidak memberi kabar apapun dan sulit sekali dihubungin ponselnya.
🌷🌷🌷
Sesampainya mereka di depan kamar putrinya mereka memencet bel berkali-kali, berharap putri mereka membuka pintu tapi tidak ada tanggapan dari dalam kamar akhirnya, tuan Daniel memutuskan untuk masuk keruangan tersebut dengan kunci yang sudah ditangannya, betapa kagetnya keduanya melihat kamar itu masih rapi tidak ada jejak apapun, nyonya Alea mulai menangis lalu bertanya pada suaminya.
"Papa dimana putri kita sayang."
Tuan Daniel memiliki firasat kalau putrinya dirumah sakit yang sama dengan mendiang suaminya.
"Ayo, sayang kita ke rumah sakit," ajak tuan Daniel pada istrinya.
Mereka langsung bertolak ke Rumah sakit, tidak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit dan menuju resepsionis menanyakan keberadaan putri mereka.
Tuan Daniel berbicara dengan petugas resepsionis rumah sakit, tapi resepsionis itu bingung karena nama itu tidak ada didaftar mereka.
Tuan Daniel tidak kehilangan akal dia memperlihatkan foto putrinya pada petugas resepsionis rumah sakit di mana mendiang menantunya pernah di rawat disini beberapa waktu lalu.
Dokter Edward yang sedang melewati area lobi rumah sakit tanpa sengaja mendengar pembicaraan tuan Daniel, sesaat kemudian berhenti dan dia mencoba menegur kedua orangtua Malika.
"Permisi tuan, maaf boleh saya lihat foto putri Anda?"
Tuan Daniel membalikkan wajahnya saat mendengar seseorang menegur mereka,
lalu Tuan Daniel menyerahkan ponselnya.
Dokter Edward menceritakan keadaan putri tuan Daniel karena tidak ada identitas saat menemukan putri mereka, dokter Edward memberitahu ruangan VVIP di mana putri mereka dirawat, mudah baginya mengetahui keberadaan Malika karena dokter Edward terus memantau perkembangan gadis yang telah menyelamatkan jiwa pasiennya Tuan Rei.
Tuan Daniel dan istrinya menuju lift dan mencari ruang VVIP di mana Putri mereka dirawat, betapa kagetnya mereka melihat putri mereka tergolek lemah dengan selang infus tertancap di tangan kiri gadis itu, ada jepitan yang menjepit salah satu jari putrinya yang terhubung dengan layar monitor dan juga selang oksigen yang terpasang dikedua lubang hidung putri mereka, nyonya Alea memekik memanggil putri kesayangannya.
"Malika bangun sayang!, Malika..oh putriku ini mama sayang datang menjemputmu, tangis
nyonya Alea meratapi nasib putrinya."
"Papa dan mama akan segera membawamu pulang ke tanah air sayang," ucap tuan Daniel sambil mengecup pucuk kepala putrinya.
"Air matanya terus berurai dan kemudian dia keluar menemui suster jaga untuk mempersiapkan kepindahan putrinya ke tanah air, tapi saat suster ingin bicara kalau kekasih putrinya itu belum datang tapi terhenti ketika dicegah oleh dokter Edward
Suster itu mengangguk patuh dan mengurus semua berkas kepulangan pasien Malika.
🌷🌷🌷
Rei kembali ke rumah sakit dengan membawa beberapa paper bag yang ditentengnya untuk gadisnya, Rei melewati suster jaga yang sibuk dengan aktivitas mereka.
Sesampainya di kamarnya Malika Rei bingung menatap brankar itu sudah kosong.
Rei berlari kembali ke ruang suster jaga.
"Permisi suster dimana kalian bawa kekasih saya," tanyanya pada suster yang menjaga gadisnya tadi..
Suster itu menjawab pertanyaan tuan Rei dengan gugup, takut kalau pria tampan ini akan memarahinya.
"Maaf tuan, kedua orangtua nona Malika tadi kesini, mereka meminta membawa pulang nona Malika kembali ke tanah air, sekarang ambulance sedang menuju ke bandara dan Dokter Edward meminta tuan menghubunginya."
"Apa!, kau bilang kedua orangtuanya menjemputnya?," tanya Rei kesal menatap tajam perawat yang ada dihadapannya.
"Mengapa kalian tidak bilang ke mereka untuk menungguku karena saya yang harus bertanggung jawab pada gadis itu."
"Tapi dokter Edward mencegah saya mengatakannya tentang tuan pada orang tua nona Malika."
Rei mengambil ponselnya segera menghubungi dokter Edward dengan perasaan panik dan kecewa dengan sikap dokter Edward yang seenaknya membuat keputusan tanpa melibatkan dirinya.
"Hallo dokter, ini saya Rei."
"Oh, tuan Rei maaf kejadian hari ini sangat cepat karena orang tua gadis itu bersikeras untuk membawa pulang putri mereka ke tanah air.
Aku tidak bisa menjelaskan cerita yang sebenarnya demi melindungimu."
"Negara mana yang mereka tuju dokter?," tanya Rei lagi."
"Negaramu, kalian berasal dari negara yang sama Jakarta,"
jelas dokter Edward pada Rei.
"Ok, thanks dokter Edward kalau begitu aku sekalian pamit kembali ke Jakarta."
"Ok, good bye tuan Rei, hati-hati dijalan dan selamat atas kesembuhan anda,"ujar dokter Edward di seberang telepon.
🌷🌷🌷
Rei sudah berada di jet pribadinya. Rei menyandarkan tubuhnya dikursi pesawat sambil duduk termenung memikirkan gadisnya. Dirinya baru mengetahui kalau Malika kehilangan suaminya dirumah sakit yang sama dimana dia dirawat.
"Berarti gadis yang kutabrak tempo hari adalah kau sayang?,
andai saja aku menyadari itu kamu aku tidak akan seegois ini padamu, pasti aku membantu membangun kanmu untuk berdiri dan meminta maaf padamu, pantas kau tidak marah karena pikiranmu masih berkecamuk, sekarang aku mulai menemukan semua jawaban dari pertanyaan demi pertanyaan padamu walaupun itu dari dokter Edward yang menceritakan kisah hidupmu. Kalau aku jadi kau aku juga pun tidak bisa hidup sekarang.
Aku juga sudah merasakan sakitnya kehilangan dan tersiksanya rindu karena dirimu sayang."
🌷🌷🌷
Rei bergegas turun menuju ruang kedatangan dan menelpon Raffi asistennya untuk menjemputnya di bandara pribadinya.
"Selamat pagi tuan Rei, apa kabar tuan!!"
"Lagi kurang baik Raffi, oh ya kita langsung ke rumah sakit sekarang!"
Raffi terlihat bengong dengan apa yang dipinta bosnya
"Emang siapa yang sakit Tuan?," tanya Raffi lagi.
"Jalan saja dan ikutin saja arahanku," titah Rei pada asistennya.
Mobil mewah itu terus bergerak berlomba bersama kendaraan lain membelah jalanan ibukota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments