Malika melangkah mundur menghindari ibu mertuanya yang mendekati ke arahnya.
Wanita paruh baya itu menghamburkan pelukannya pada tubuh Malika, tubuh Malika menegang dengan bibir tercekat, begitu juga nyonya Alea yang tampak tidak suka bertemu dengan besannya.
Pertemuan di koridor rumah sakit itu menghalangi pejalan kaki yang menyusuri tempat itu untuk mencari kamar pasien.
Wajah nyonya Andien tampak shock melihat perut Malika yang sudah membuncit, dalam sekejap wajah shocknya berubah tersenyum ke arah Malika.
"Malika kamu hamil nak?,
mengapa tidak kabarin bunda sayang?, sekarang sudah besar kandunganmu, memangnya sudah berapa bulan sayang?"
"Su..sudah tujuh bulan bunda," jawab Malika gugup."
"Kita pulang ya nak, ke rumah kita, tempatmu di samping bunda, biarkan bunda yang merawatmu sampai kamu melahirkan, oh cucuku, maafkan eyang karena tidak tahu kamu datang
menggantikan ayahmu sayang," katanya lagi sambil menangis.
Tangisan nyonya Andien sangat menyentuh hati Malika, saat tangannya masih mengusap perut menantunya, langsung tangannya ditepis oleh nyonya Alea dengan kasar.
"Cucu siapa nyonya Andien?, ibunya saja kau dzolim, kau tega meninggalkannya sendirian di negara orang sampai dia jatuh sakit karena kehilangan putramu, seenaknya saja datang - datang mengakui calon bayinya adalah cucumu.
Dan satu hal lagi kau tega menghinanya saat dia sedang hamil muda ketika tanpa sengaja berpapasan denganmu di restoran beberapa bulan yang lalu."
Kemarahan nyonya Alea tidak bisa dibendung lagi, rasa saki hatinya melihat putrinya ditindas oleh besannya seperti tersangka yang sudah membunuh anaknya.
Nyonya Andien tertunduk sedih dengan penyesalan yang dirasakannya saat ini, tidak terpikirkan olehnya bahwa kepergian putranya sudah meninggalkan benih pada rahim menantunya.
Dan sebentar lagi menantunya ini akan memberikan cucu untuknya,
tapi nyonya Andien tidak menyerah begitu saja, dia terus mencoba merayu Malika untuk ikut tinggal bersamanya.
"Malika sayang, bunda mohon sayang, maafkan bunda karena kesalahan bunda padamu, bunda janji akan menebus kesalahan bunda padamu."
Tangisnya meraung memancing pengunjung dan pasien rumah sakit itu menatapnya dengan berbagai pertanyaan.
"Kami tidak butuh uluran tanganmu nyonya, Malika masih mempunyai orangtua yang siap ada untuknya, kapanpun dan dimanapun, tolong jangan halangi jalan kami."
Ucapan sinis nyonya Alea tidak membuat besannya itu kapok, rayuan demi rayuan meluncur begitu saja dari mulutnya, hanya ingin mendapatkan perhatian menantunya, dia rela merendahkan harga dirinya, demi mendapatkan tujuannya yaitu cucunya.
"Malika, bunda tidak akan menyerah karena hanya kamu yang dapat menolong bunda, saat ini ayahnya Arie dirawat dirumah sakit ini."
Malika menghentikan langkahnya, lalu berbalik saat mendengar ayah mertuanya sakit.
"Ayah sakit apa bunda," tanya Malika dengan wajah sedih.
"Ayah kena typus sayang, kini tubuhnya sangat kurus karena sering nggak mau makan, setelah Arie meninggal, ayahmu sering sakit-sakitan, sampai sekarang masih dirawat."
Malika dan nyonya Alea tertegun mendengar cerita nyonya Andien tentang suaminya. Nyonya Alea sedikit luluh dan mulai merasa empati dan Malika menatap mamanya untuk memberikan solusi.
Nyonya Alea menarik nafas kasar sambil terus berpikir apa yang harus dilakukan untuk besannya.
Hatinya memang masih merasa sakit mengingat perlakuan besannya kepada putrinya, namun jiwa kemanusiaannya berontak untuk mengalahkan egonya.
Malika hanya diam membisu tidak tahu harus berbuat apa, jika tidak mendapat izin dari mamanya. nyonya Andien melihat keraguan dari ekspresi wajah besannya, diapun menghampiri besannya dengan mengatupkan tangannya memohon maaf atas sikapnya yang sudah keterlaluan pada menantunya.
"Jeng, maafkan saya, tolong mengertilah posisiku saat itu,
tidak mudah bagiku kehilangan seorang putra tunggal yang akan menjadi pewaris keluarga Pramudia, tolong lupakan masalalu kita jeng dengan adanya calon cucu kita yang akan hadir di dunia ini."
"Baiklah aku akan memaafkan anda nyonya, tapi kami tidak bisa mampir sekarang menjenguk tuan Pramudia, mengingat kondisi Malika yang mudah lelah dengan kehamilannya, insya Allah besok kami akan kembali lagi membesuk beliau."
"Tidak apa-apa jeng, nggak masalah, saya maklumi keadaan Malika," ucap nyonya Andien dengan perasaan lega setelah mendapatkan maaf dari besan dan menantunya Malika.
🌷🌷🌷
Malika dan mamanya sudah berada di konter baju bayi dengan segala macam pernak pernik untuk kebutuhan bayi, wajah Malika tampak semangat melihat model baju bayi yang lucu-lucu dalam berbagai ukuran. Maniknya yang terus menyapu semua barang dagangan yang ada di dalam konter bayi tersebut.
"Mama aku mau baju untuk bayi cowok aja ya mam, karena tadi kita sudah mengetahui jenis kelamin si baby," ucap Malika sambil menunjukkan beberapa model baju dengan berbagai warna yang sesuai dengan jenis kelamin si baby.
"Ambil saja nak, yang menurut seleramu, mama akan membantumu memilih beberapa perlengkapan lainnya seperti selimut, gendongan, bedong dan popok bayi."
"Wah, kalau yang itu urusan mama deh karena mama yang lebih ngerti. Malika pingin milih baju si baby juga mainan dan hiasan buat menghiasi kamar baby nanti."
"Tapi jangan banyak-banyak sayang, bayi itu pertumbuhannya sangat cepat, sayangkan kalau nanti nggak kepakai lagi."
"Mami kita bisa menyumbangkan ke panti asuhan untuk bayi-bayi yang kurang beruntung hidupnya."
"Mulia sekali hatimu nak, mama saja nggak kepikiran sampai kesitu, putri cantik mama memang luar biasa," puji nyonya Alea sambil merangkul pundak putrinya.
"Oh ya mam nanti kalau baby sudah lahir kita ngadain aqiqah terus kita undang anak-anak yatim, kerabat dan tetangga kita ya mam."
"Kalau itu, nanti saja kita pikirkan lagi sayang karena masih dua bulan lagi kandunganmu."
"Yah, apa salahnya sih mam, buat konsepnya dari sekarang supaya lebih mantap persiapan akikahnya."
"Kamu mau ngadain konser atau aqiqah sih sayang, sampai buat konsep segala atau kamu mau sekalian pakai jasa even organizer untuk acara aqiqah putramu?," canda nyonya Alea pada putrinya."
Keduanya terkekeh sambil memilih lagi perlengkapan buat si baby.
Malika meminta beberapa staf bagian konter bayi untuk mengemas barang yang sudah mereka beli untuk dibayar di kasir.
"Mami nanti kita makan dulu ya,
Malika lapar mam," pinta Malika sambil memberikan kartu ajaibnya pada petugas kasir."
Keduanya berjalan menuju restoran yang tersedia di Mall tersebut.
Malika memilih tempat duduk yang
dekat dengan mini bar restoran.
keduanya memilih menu yang sudah dibawakan oleh pelayan restoran tersebut.
Soto Betawi dan ayam bakar madu yang dipilih keduanya serta minuman es teler dan dua botol air mineral. Tidak lama kemudian pesanan mereka datang, Malika sibuk memindahkan barang yang ada dimeja restoran untuk memudahkan pelayan restoran itu menaruh pesanan makanan mereka, keduanya melahap hidangan dengan saling bercerita dan becanda, sesaat raut kesedihan diwajahnya Malika hilang, hatinya merasa terhibur kalau sudah berada diluar rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Rosani Subroto
💪 bagus ceritanya ..
2022-04-14
1