Awan mulai berarak menyatu membentuk gumpalan-gumpalan putih bertebaran mengikuti hembusan angin, bagai gumpalan kapas putih yang mencoba mengalihkan pantulan cahaya matahari yang sudah beranjak meninggalkan mentari pagi. Gumpalan kapas putih itu seolah merubah warna menjadi abu-abu dan merambah perlahan menggelapkan rupanya dan terus bergelayut menghiasi atap langit lalu menciptakan mendung untuk menampung beribu kantung air hujan yang siap mengguyur bumi atas perintah sang khalik.
Awan terus bergerak mengitari wilayah sebagian ibu kota Jakarta tanpa ingin melepaskan dulu pertahanannya, seakan memayungi suasana penghuni bumi yang sedang berduka, hanya hembusan angin dingin yang menyeruak mengusir hawa panas di daerah tersebut.
Alam seakan menunggu sosok manusia yang sebentar lagi akan siap menjadi penghuni perut bumi sebagai tempat persinggahan istirahat sementara dalam tidur panjangnya.
Tangis keluarga pecah saat mobil ambulance tiba di kediaman Tuan Pram, sudah banyak keluarga, kerabat dan para kolega bisnis Arie dan tuan Pram yang menyambut jenazah itu dengan isak tangis dengan berbagai pertanyaan dari para pelayat.
Para wartawan yang ikut berlari siap membidik untuk mendapatkan foto terbaik. Diantara mereka, ada yang saling berdesakan saling berebut siap melontarkan pertanyaan demi pertanyaan kepada keluarga almarhum Arie yang turun dari rombongan mobil yang mengikuti mobil ambulance yang membawa Arie di kediamannya. Ayah Arie nampak tegar walaupun raut wajahnya tidak mampu menyembunyikan kesedihannya. Wartawan langsung menodongnya dengan pertanyaan tapi, pengawalnya sudah siap mengamankan area untuk memberi ruang pada ayah Arie agar terus bergerak melangkah masuk ke dalam tenda yang sudah ditunggui sahabat dan koleganya, merekapun saling langsung memeluk tubuh ayah Arie sambil menyampaikan rasa duka mereka yang mendalam dan tidak lupa memberikan doa dan harapan mereka untuk keluarga yang ditinggalkan. Ayah Arie hanya mengangguk lemah tanpa berkata-kata untuk membalas ucapan belasungkawa dari para pelayat, begitu juga yang dilakukan istri dan keluarganya yang lain.
"Bukankah kemarin mereka baru berangkat bulan madu?," tanya salah seorang pelayat pada sesama rekannya.
Desas desus dari lisan para pelayat yang masih syok mendengar kematian mendadak Dokter muda tampan spesialis syaraf itu.
Keluarga Malika menyapa keluarga mendiang Arie yang tak lain besan mereka.
Ayah Malika langsung memeluk tuan Pram yang turun dari mobil pribadinya sambil dipapah oleh asisten pribadinya.
Tetapi ketika mama Malika menyapa nyonya Andien wanita itu langsung menatap tajam pada mama Malika membuat wanita paruh baya itu bingung dengan sejuta pertanyaan dalam hatinya.
Melihat sikap besannya yang kurang nyaman dengan keberadaannya, nyonya Andien mundur beberapa langkah dan mencari sosok yang ingin dipeluknya. Nyonya Alea adalah ibu dari Malika yang ikut menunggu jenasah menantu dan putrinya.
Diapun menyapa asisten tuan Pram menanyakan keberadaan putrinya.
Asisten itu menceritakan apa yang terjadi di Rumah sakit di negara A, Nyonya Alea membekap mulutnya merasa syok mendengar penuturan asisten tuan Pram.
"Ya, Tuhan bagaimana nasib putriku di negeri orang dalam keadaan seperti ini?,
kenapa keluarga ini tega memperlakukan putrinya seperti sampah, ya Allah lindungilah putriku di sana jangan biarkan sesuatu terjadi padanya, kumohon padamu ya Rabb," doa lirih yang terucap dari bibirnya yang bergetar dengan air mata yang terus membanjiri wajahnya.
Wanita paruh baya itu kemudian mencari sosok suaminya ditengah kerumunan para pelayat.
Dirinya ingin menceritakan apa yang terjadi seperti apa yang sudah dia dengar dari asisten tuan Pram.Tuan Daniel terperanjat mendengar cerita istrinya.
Ketika tuan Daniel ingin memarahi tuan Pram, tangannya di tahan oleh nyonya Alea. Nyonya Alea memberi isyarat kepada suaminya dengan menggeleng lemah.
Ekspresi Wajahnya seakan memberitahu kepada suaminya untuk saat ini lebih pengertian pada suasana duka yang masih meliputi keluarga besan mereka.
"Papa cobalah untuk mengerti dalam situasi seperti ini. Tunggulah beberapa saat setelah pemakaman menantu kita papa," pintanya lirih.
Nyonya Alea terus memohon kepada suaminya untuk tidak berbuat onar di tempat di mana menantu mereka masih bersemayam dikediaman besan mereka.
Tuan Daniel mengepalkan tangannya geram memandang keluarga besannya. "Mengapa mereka tega melakukan itu pada putri kesayangannya," batinnya.
🌷🌷🌷🌷
Langit akhirnya mulai menumpahkan sedikit demi sedikit butiran halus berupa gerimis. Angin mulai gemuruh dan suasana pemakaman itu makin kelam dengan riuhan tangis siapapun yang merasa kehilangan Arie.
Akhirnya hujanpun turun dengan derasnya saat gundukan tanah mulai rapi di buat oleh para tukang makam. Keluarga Arie masih setia menunggu para petugas makam menyelesaikan tugasnya. Mereka menaburkan bunga di atas pusara Arie tanpa kehadiran sosok seorang istri yang baru seumur jagung yang dinikahinya. Adanya tenda yang di pasang di sekitar pusara Arie melindungi keluarganya yang belum mau hengkang dari situ mereka masih saja setia sampai prosesi terakhir pemakaman dengan para wartawan yang menunggu untuk mengambil sesi gambar terakhir sebagai bahan liputan berita mereka. Disisi lain para pelayat yang tidak kebagian tempat untuk berlindung dari amukan hujan memilih meninggalkan tempat itu sambil berlari menyusuri taman pemakaman untuk kembali ke mobil mereka.
Selesai memberikan doa terakhir di pemakaman Arie. Satu persatu para pelayat meninggalkan pemakaman tapi, tidak dengan keluarga Arie. Ibunya masih menangis pilu atas kepergian putranya yang sangat mendadak, tangisnya masih terus menggema di pemakaman itu, kenyataan yang tidak pernah bisa dicerna oleh pikirannya. "Sayang, Arie...kenapa sayang secepat itu meninggal, kamu meninggalkan bunda, mengapa bukan bunda yang harus kau antar ke tempat ini mengapa harus bunda yang menangisi kepergianmu. sayang... Ariee!! bunda tidak punya alasan lagi untuk hidup nak... sayaaang!!", teriak nyonya Andien histeris di atas pusara putranya. Tiba-tiba kesadarannya hilang iapun pingsan tidak sanggup lagi menahan kesedihannya suaminya bergegas mengangkat tubuh wanita yang sangat dicintainya. Diapun juga terluka dengan kepergian putra semata wayangnya tapi otaknya masih waras menerima semua ini sebagai bentuk takdir dari yang kuasa. Apapun yang dimilikinya tidak akan bisa menghidupkan lagi putranya, mereka kembali ke kediamannya untuk menjalani acara kematian putranya.
Orangtua Malika juga meninggalkan tempat pemakaman menantunya setelah doa-doa yang mereka panjatkan untuk ketenangan menantu mereka.
Keduanya saling bergandengan dibawah payung yang melindungi tubuh mereka ke arah mobil yang terparkir di area pemakaman. Keduanya memilih pulang di kediaman mereka.
Hujan makin deras seakan turut serta merasakan sesosok anak manusia yang telah pergi untuk selamanya, meninggalkan seorang istri yang baru dinikahinya dan kedua orangtua yang telah membesarkannya, serta kerabat dan sahabat. Hanya amal yang dibawanya sebagai cahaya di alam kuburnya.
"Selamat jalan Arie, selamat jalan suamiku, semoga engkau tenang disisi-Nya, semoga kita bertemu lagi di JannahNya," doa gadis itu nun jauh di negara A.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
EndRu
orang belum mau pergi dari pemakaman kok pakai kata "hengkang"
hadeeh
2023-09-16
0
Asnawati Spd
sedinnya jd istri
2021-10-24
2