Mobil yang membawa Rei sudah membelah jalanan Ibukota. Raffi terlihat bengong dengan perintah tuannya.
"Maaf tuan kita ke rumah sakit apakah anda sakit?," tanya Raffi ragu-ragu pada tuannya, sambil melihat dari kaca spion depan pada tuannya.
"Jalan saja kataku," kesal Rei pada asistennya.
"Ba..baik tuan," sahut Raffi gugup.
Mobil mewah lamborghini yang membawa Rei dan Raffi berjalan mulai perlahan karena sudah memasuki kawasan pondok indah.
Rei menunjukkan salah satu rumah sakit yang mungkin Malika dirawat di daerah pondok indah. Sesampainya di sana Rei menanyakan pasien bernama Malika tapi tidak ada didaftar pasien rumah sakit di daerah pondok indah.
Rei mencoba lagi ke rumah sakit mewah lainnya tetap sama saja. Beberapa rumah sakit mewah sudah didatanginnya tapi hasilnya nihil. Akhirnya Raffi membuka suara, mencoba bertanya siapa yang sedang tuannya cari.
"Maaf tuan siapa yang sedang anda cari disetiap rumah sakit yang sudah kita datangin."
Rei diam sesaat, dan berkata pada Raffi untuk cari restoran terdekat karena perutnya sudah lapar dan hari sudah siang waktu makan siang sudah lewat, sudah hampir pukul 14.00 Wib.
Tidak lama kemudian Raffi membelokkan mobil mereka di salah satu restoran kawasan Kuningan Jakarta Selatan.
Rei dan Raffi menunggu pesanan mereka datang kemudian Rei menunjukkan foto gadisnya diponselnya.
"Tolong cari gadis ini untuk ku, namanya Malika.
kami bertemu di negara A tapi dia sedang sakit dan keluarganya sudah membawanya pulang ke sini."
Cerita Rei panjang lebar kepada asisten Raffi.
Raffi terlihat menyimak semua cerita tuannya,
kisah yang menarik namun pilu, selama ini Tuan Rei selalu menolak wanita yang mendekatinya.
Tapi, dalam sekejap seorang Rei jatuh cinta hanya sekali melihatnya, namun sayang wanita itu tidak bisa melihat Rei karena sakit.
"Baik tuan aku akan mencoba menelusuri seluk beluk gadismu ini."
Mereka melahap makanan yang sudah tersaji di restoran tersebut.
Kemudian langsung kembali ke kantor Rei karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan karena sudah lama ditinggalkannya selama berobat di luar negeri.
Walaupun asisten Raffi sudah menghandle semua tugasnya namun Rei selalu memeriksa kembali semuanya dengan teliti tanpa ada yang terlewatkan.
🌷🌷🌷
Tiga minggu sudah Malika dirawat disalah satu klinik milik keluarganya yang ada di daerah puncak Bogor.
Keluarga sengaja membawa Malika jauh dari kota karena keluarga mendiang suaminya yang masih menaruh dendam pada Malika atas kehilangan putra mereka.
Daripada putri mereka diserang keluarga suaminya lebih baik memindahkannya ke tempat yang aman.
Malika masih saja tidur dari komanya seperti enggan membuka mata melihat dunia luar, orangtuanya semakin sedih melihat keadaan putri mereka.
Diruang kamar rawat yang di tempati Malika langsung berhadapan dengan taman samping yang menghamparkan pohon cemara, bunga bougenville warna warni, kuntum-kuntum bunga mawar yg mulai bermekaran berjejer rapi sesuai dengan barisan warna yang tersusun indah, belum lagi berapa jenis bunga anggrek yg tumbuh di tanah maupun yg melekat disetiap pohon yang ditumpangi nya dan masih banyak lagi jenis bunga indah lainnya menawarkan keasriannya untuk memanjakan mata bagi pasien dan para pengunjung di klinik tersebut.
Udara yang sejuk, kicauan burung yang terdengar bercicit melompat bermain berkejaran dengan kawanan burung lainnya, suasana hening yang membuat betah penghuni yang ada di area klinik.
"Sayang bangun!!"..
"Ada mama di sampingmu nak," lirih nyonya Alea kepada putrinya, sambil menggenggam tangan lembut putrinya.
Tidak lama terdengar langkah dokter menyapa tuan Daniel. "selamat pagi tuan Daniel."
Pria tua itu bangun dari duduknya dan menghampiri dokter yang ingin memeriksa keadaan putrinya," pagi dokter," sapa Tuan daniel.
"pagi nyonya Alea."
"pagi dokter!!"
"Saya permisi melihat keadaan Malika," ucap dokter Rani sambil tersenyum lalu mendekati Malika.
Dua suster yang mendampingi dokter Rani mencatat semua perkembangan kesehatan Malika dari penjelasan dokter Rani.
Dia juga memeriksa monitor yang merekam jantung pasien, suhu tubuh dan tekanan darah, lalu salah satu perawat memberi suntikan pada infus dan memeriksa kembali tabung oksigen Malika.
Tangan dokter berhenti saat beralih menekan perut Malika dan memeriksa lagi denyut nadi Malika dengan teliti, raut wajahnya berubah cerah dan menatap kedua orang tua Malika dengan tersenyum lalu mengangkat tangannya hendak menjabat nyonya Alea.
"selamat tuan, nyonya putri kalian saat ini sedang hamil."
untuk lebih detailnya nanti saya akan meminta dokter Puspa memeriksa kandungan nona Malika. Nyonya Alea sangat senang tapi juga merasa sedih.
Tuan Daniel merasa bingung dengan perasaannya, mereka senang memiliki cucu, namun kasihan cucu mereka lahir sebagai yatim.
"kalau begitu saya permisi tuan, nyonya," pamit dokter Rani pada orang tua Malika.
"Malika selamat sayang kini kamu telah sempurna menjadi seorang ibu," ujar Alea dengan suara parau. Sekarang bangunlah sayang karena sekarang ada kehidupan didalam perut mu, mereka harus mendapatkan makanan bergizi supaya tumbuh sehat sampai mereka hadir di dunia.
"Cepat sadar sayang, jangan menyiksa mama dan papa seperti ini."
Nyonya Alea mulai menangis lagi, kabar yang harus disambut dengan kegembiraan berubah menjadi sangat menyedihkan, tuan Daniel mengecup kening putrinya begitu lama dan berdoa di atas ubun-ubun putrinya entah apa yang pria ucapkan, pria yang masih kelihatan gagah diusianya yang sudah memasuki setengah abad ini sedang memohonkan untuk kesembuhan putrinya pada Illahi.
"Putriku, jika kamu sadar papa tidak akan menyerah pada keadaan dan akan membesarkan anakmu walaupun tanpa suamimu ayah dari anakmu, kau harus segera sadar sayang," ujarnya lirih dan terdengar oleh nyonya Alea yang masih menatap sendu pada putrinya.
🌷🌷🌷🌷
"Mas Arieeeee!...tungguuuu!"
Arie menoleh kepada Malika yang sudah mendekati dirinya.
"Kau sangat tampan suamiku," puji Malika menatap suaminya yang kelihatan sangat tampan memakai baju putih. Malika mengalungkan tangannya pada leher suaminya lalu keduanya berciuman.
"Sayang, kamu tidak boleh ada disini, kamu jangan bersamaku, tempatmu bukan lagi disisiku sayang, kau harus pergi dari sini dan rawatlah anakmu walaupun dia bukan benihku.
Perkataan Arie membuat Malika tersentak dengan menyebut seorang anak yang bukan darah dagingnya.
"Mengapa kamu mengusirku sayang, apakah cintamu telah berubah dan siapa anak yang kau maksud dan kenapa bukan benihmu, aku tidak mencintai lelaki manapun kecuali kamu sayang."
Arie mendekati Malika membelai rambut panjang istrinya kembali dia membisikkan sesuatu pada istrinya.
"Sayang kebahagiaanmu ada bersama dengan ayah dari anakmu disini sambil memegang perut malika, aku pergi ya, jaga dirimu dan putramu."
"Mas Arieeee...tidaak!! mas Arie.. mas Arie!..jangan!..jangan lakukan itu padaku, jangan biarkan aku bersama dengan laki - laki lain.
Aku mencintaimu...mas Arieeeee!!"
Arie mulai menghilang dari pandangan Malika dan Malika ingin mengejar Arie tapi ada tembok bening yang menghalangi jalannya untuk mengejar suaminya.
"Suster!..suster!, teriak nyonya Alea, melihat putrinya yang tiba-tiba kejang."
Dokter Rani menghampiri pasien dan segera memeriksanya, monitor layar menunjukkan pacu jantung Malika mulai melemah diagramnya naik turun tapi sangat kecil, suster lain membawa alat pacu jantung dan suster satunya meminta tuan Daniel dan nyonya Alea menunggu diluar supaya memudahkan team dokter menangani Malika. Nyonya Alea teriak histeris.
"Malika jangan tinggalkan mama nak, jangan lakukan itu pada mama."
Tuan Daniel merangkul istrinya memberi kekuatan pada istrinya walaupun dia sendiri sudah hampir roboh melihat kondisi putrinya yang sangat mengenaskan.
"Sayang kamu harus kuat," ujar tuan Daniel pada istrinya.
Doakan yang terbaik untuk putri kita, dia pasti sadar, jangan menyerah seperti itu. Kita adalah kekuatannya, percaya lah padaku," hibur tuan Daniel pada istrinya yang masih menangis."
Selang beberapa waktu dokter keluar menemui kedua orangtua Malika, dokter Rani menatap orang tua Malika dengan senyum tulus.
"Maaf tuan, nyonya, putri kalian sudah sadar, silahkan temui putri kalian dan jangan terlalu membuatnya berpikir keras dan satu lagi tolong rahasiakan dulu kehamilannya, melihat kondisi nona Malika kabar baikpun belum tentu menghiburnya, kita tunda dulu pemeriksaan kandungannya dengan dokter Puspa sambil menunggu perkembangan kesehatan nona Malika," jelas dokter Rani kepada keluarga Malika lalu pamit dari kedua orang tua pasien.
"Saya permisi dulu tuan."
Nyonya Malika langsung masuk menemui putrinya yang sudah hampir sebulan tidak membuka mata.
Dengan senyum sumringah wanita paruh baya itu menghamburkan pelukannya pada putrinya yang masih nampak pucat.
Di tempat lain Rei merasa putus asa karena tidak bisa melacak keberadaan Malika.
Dadanya terasa sesak bila mengenang gadis itu.
"Di mana kau sayang??"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Reres Mariani
lanjut thor
2021-11-10
1
Umina Zullfan Zullfan
lanjuuut
2021-10-25
1
Rosdiana Diana
Tolong komen dong
2021-10-03
2