Malika masih mengenang kepergian suaminya yang secara mendadak. Hanya sesaat kebersamaan mereka tanpa melewati bulan madu. Hak suaminya yang terlewatkan begitu saja karena keegoisannya.
Rupanya suaminya sudah memiliki firasat kalau dirinya akan pergi untuk selamanya. Kenangan indah yang tidak dapat diraih seakan waktu merenggutnya tanpa tawaran untuk memilih.
Malam pengantin yang gagal dan bulan madu yang tragis meninggalkan luka mendalam bahkan membekas dalam hati dan ingatan Malika.
"Mas Arie aku merindukan mu sayang, hiks! hiks!"
Aku menyesal tidak memberikan hakmu. Kenapa aku bodoh sekali, andai aku tahu kau pergi secepat itu harusnya aku tidak egois padamu, sayang," tangis Malika kembali pecah.
Hatinya seakan kembali tercabik oleh permainan takdir. Ujian demi ujian yang harus dilewatinya tanpa tahu ujung jalan mana yang memberikan cabang untuk memilih arah mencapai secercah kemenangan yaitu, "kebahagiaan."
Grepp !!
Pintu kamar itu terbuka, tampak sosok tampan, gagah dan berkharisma melangkah masuk dengan membawa sekuntum bunga lili putih. Bunga lili yang melambangkan kesepian diantara riuhnya kehidupan.
Malika melirik lelaki yang ada dihadapannya dengan wajah yang masih sembab dan matanya yang sedikit bengkak karena kelamaan menangis.
"Malika !!"
Rei menghampiri Malika dan memberikan buket bunga lili yang dibawakan nya untuk Malika.
"Apakah kamu memikirkan bayi kita ?" tebak Rei, sambil merapikan anak rambut Malika yang sedikit menutupi wajah gadis itu.
Malika menegakkan tubuhnya mendengar pertanyaan Rei padanya.
"Apakah kau sudah mengambilnya dari rumah mertuaku ?," Malika balik bertanya pada Rei.
"Maaf Malika setelah kami selidiki rupanya mertuamu sudah membawa anak kita keluar negeri," ucap Rei dengan wajah tertunduk lesu.
"Tidakkkkk, jangan bawa putraku !!!"
"Rei !!"
"Ambil kembali putraku, Aku hanya punya dia, Aaaaa!!" Malika kembali histeris mengetahui putranya telah pergi jauh.
Rei memeluk tubuh Malika untuk menenangkan wanita ini. Pikirannya masih bingung dengan kejadian yang menimpa Malika.
Malika menumpahkan rasa sesalnya dengan segala ujian yang enggan untuk meninggalkannya.
Pedihnya kehilangan dan sakitnya rasa kesedihan yang terus meraut hatinya yang sudah semakin rapuh. Hanya iman yang masih tersisa untuk membujuknya supaya tidak nekat mengakhiri hidupnya.
Kehadiran Rei seakan menempati antara lara dan kenyamanan. Kehangatan dan perlindungan menjanjikan rasa aman untuk diri Malika ditengah goncangan badai kehidupan. Entah apa yang terjadi kalau Rei tidak datang disaat yang tepat, mungkin hidupnya akan hancur berkeping-keping. Entah sihir apa yang dibawa lelaki ini memberikan perpaduan antara luka dan suka dalam waktu bersamaan. Dekapan Rei makin erat membelit tubuh Malika. Rei merutuki dirinya sendiri yang telah memberi luka pada Malika.
"Sayang aku janji membawa anak kita kembali padamu, cepat sembuh sayang, makan yang banyak dan minum obatmu, banyak istighfar untuk mengusir bisikan setan dan teruslah berdoa supaya putra kita segera ditemukan", ucap Rei selanjutnya.
"Aku sudah mengerahkan anak buahku untuk mencari anak kita bahkan menyewa detektif untuk melacak keberadaan mertuamu. Sepertinya mertuamu orang yang berpengaruh sampai teamku tidak bisa melacak keberadaannya."
Setelah mendengar penuturan Rei tentang pelacakan, Malika baru ingat keberadaan ponselnya, yah Eye smartphone lebih tepatnya Eye Heart smartphone buah karyanya. ponsel itu diprogram sendiri oleh Malika dengan kecanggihan teknologi tingkat tinggi.
Hanya Malika yang baru memilikinya. Ponsel itu belum bisa dilempar ke pasaran karena masih menguji kelayakannya, walaupun tingkat kemampuan ponsel itu sudah diketahui Malika apa saja yang menjadi keunggulannya. Namun Malika masih belum berani mengurus izin pada pemerintah, mengingat semua pejabat memiliki kepentingan pribadi atau kelompok tertentu yang ingin mengakui hak ciptanya. Banyaknya pengkhianat dalam tubuh perusahaan ayahnya yang berkedok kesetiaan yang pada akhirnya ia tahu orang kepercayaan ayahnya.
Malika meleraikan pelukannya pada Rei dan berteriak panik menanyakan ponselnya.
"Ponselku..Rei di mana kau simpan ponselku?, Aku menaruhnya di kantong celana sebelum para bajingan itu datang mengambil putraku," Tanya Malika dengan wajah panik.
"Tunggu sayang aku menyimpannya di Brankas dalam kamar ini," terang Rei untuk menenangkan Malika.
Sebenarnya kamar ini khusus dirancang untuk pasien keluarga Rei bukan untuk pasien umum walaupun rata-rata pasien rumah sakit milik keluarganya ini memiliki tingkat kelas sosial yang tinggi, Tetap saja tidak diperbolehkan untuk orang lain.
Tapi khusus untuk yayang bebnya Malika saja yang memiliki hak istimewa dari seorang Rei.
Rei memberikan ponsel milik Malika. Malika yang melihat ponselnya yang telah diamankan ditangan orang yang tepat yaitu seorang Rei.
Lelaki yang tiba-tiba hadir tanpa dipinta keberadaannya.
Entah kesialan apa yang dialami Malika sampai harus memiliki anak dari pria asing.
🌷🌷🌷
Pagi ini Malika lebih kelihatan segar setelah empat hari dirinya dirawat di rumah sakit milik keluarga Rei. Malika tidak ingin mengenakan make-up apapun diwajahnya, padahal Rei sudah membelikan satu set makeup yang sudah tersedia dalam boks makeup lengkap dengan cream perawatan wajah.
Malika tidak mau menyentuh apapun kecuali baju ganti lengkap dengan underwear yang juga sudah Rei sediakan Malika memakai dress panjang yang berlengan pendek. Rambutnya disanggul bak sanggul milik pramugari, nampak leher jenjang yang begitu mulus menambah daya tarik pesona seorang Malika. Bibir sensual yang tetap merona walau tanpa ditimpa lipstik. Penampilan yang sama saat Rei pertama kali bertemu.
Rei menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan Malika. Diletakan makanan itu di atas meja makan di ruangan itu. Pagi ini Rei tidak ingin ke kantor, dia hanya ingin berdua saja dengan Malika.
"Ayo Malika kita sarapan," ajak Rei menggamit tangan Malika menuntun nya ke meja makan.
Kursi ditarik Rei untuk Malika lalu Rei menempatkan kursi yang bersebrangan dengan Malika.
"Apa perlu aku suapin sayang," tawar Rei. Malika tampak terharu dengan perlakuan Rei padanya tapi hatinya seakan membentengi untuk tidak mudah jatuh lagi dalam pelukan lelaki ini.
"Maaf aku bisa sendiri Rei, tidak perlu berlebihan seperti itu. Hubunganku denganmu hanya karena Ezra putra kita selebihnya kita hanya orang asing," tegas Malika.
Rei hanya diam walaupun hati nya sangat sakit dengar penolakan gadis ini. Rei menarik nafasnya kasar berusaha tenang dan tetap tersenyum pada Malika.
"Maafkan aku Malika sudah membuatmu tidak nyaman, Setelah menemukan anak kita aku akan mengembalikan semuanya seperti semula," ucap Rei.
"oh ya, ? termasuk takdirku sebelum bertemu denganmu ? apa bisa kau mampu mengembalikan waktu juga ,?" tanya Malika sengit. Malika buru-buru menghabiskan makanannya dengan perasaan yang tak menentu.
" Ya Tuhan apa yang telah kulakukan ? mengapa aku tega menyudutkannya dengan pertanyaan seperti tadi," sesalnya kemudian.
"Mas Rei maafkan saya, seharusnya saya tidak bersikap kasar padamu," gumam Malika lirih. Wajahnya tertunduk dengan matanya yang terpejam menahan bulir bening yang hampir menyeruak dari kelopak mata indahnya.
Rei bangun dari duduknya menghampiri Malika dan berlutut tepat dihadapan Malika.
"Amarahmu tidak seberapa dibandingkan luka yang aku berikan padamu, hukumlah aku Malika bila perlu pukul aku supaya rasa bersalahku sedikit berkurang walaupun kesalahanku tidak bisa ditebus dengan apapun bahkan cinta tulus yang kupunya untukmu tak akan bisa menembus cangkang keras yang sudah tertutup dalam hatimu," ucap Rei yang rela merendahkan dirinya dihadapan gadis yang telah menyembuhkan jiwanya walaupun dengan cara yang salah.
Malika meraih tangan Rei yang bersimpuh dibawah kakinya.
"Apa yang kau lakukan Rei, tolong jangan begini padaku, beri aku waktu Rei untuk memaafkanmu." Situasiku cukup sulit hingga tak mampu takluk dengan kebaikan yang kau berikan padaku saat ini," jelas Malika menatap sendu Wajah Rei.
Rei memeluk gadisnya menangis menyesali perbuatannya.
🌷🌷🌷
"Malika apa yang terjadi setelah dengan mertuamu, setelah suamimu meninggal?," tanya Rei mengulik tabir kehidupan gadis ini untuk menghilangkan rasa penasarannya.
Malika kembali termenung mengingat lagi rentetan peristiwa pada hari dimana suaminya meninggal dan keadaannya saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments