Hidangan akan terasa nikmat jika disantap dalam suasana hati yang sedang nyaman. Meski hanya nasi campur kelapa parut, jika dimakan dalam keadaan hati senang, tetap akan terasa nikmat. Sebaliknya, meski hidangannya steak, tapi dimakan dalam keadaan hati gundah, maka akan terasa tidak nikmat.
Saat itu, mereka bersebelas sedang menikmati rusa guling spesial ala Chef Mei Lita. Sebenarnya terasa hambar karena tak adanya bumbu dan peralatan masak yang memadai. Tak ada pula nasi yang sudah menjadi menu wajib bagi setiap orang di Indonesia. Namun, segala kekurangan yang ada tak menjadi masalah bagi mereka. Dalam keriangan hati dan rasa lapar yang teramat sangat, daging tanpa bumbupun terasa begitu nikmat.
"Kenyangkan perut kalian dengan daging. Tapi jangan lupakan sayurnya. Penyerapan tubuh dan juga pencernaan membutuhkan keduanya," ucap Pak Herson memberikan arahan. Seorang dosen di fakultas kedokteran tentu sangat paham bagaimana pola makan yang baik meski dengan segala keterbatasan persediaan yang ada.
"Mungkin besok kita perlu mencari ubi kayu atau sejenisnya. Kita butuh tambahan karbohidrat. Apalagi kita yang sudah terbiasa makan nasi. Kita perlu tanaman pengganti nasi. Energi tubuh kita bergantung padanya," imbuh Pak Herson lagi.
"Sebenarnya ada yang lebih penting juga Pak," ucap Jaka tak mau kalah.
"Haistt.. mulai dah. Perut kenyang, pikiran lu mulai rumit lagi," Rena mulai sewot.
"Dan lu mulai cerewet lagi kalau udah kenyang," balas Jaka.
"Apanya yang kurang, Jak?" tanya Pak Herson.
"Kita butuh kopi, Pak. Itu lebih penting dari apapun di dunia ini.." tandas Jaka yang langsung dibalas jitakan keras oleh Beno.
"Yang bener lu kalo ngomong. Gua juga suka ngopi bro. Tapi disini lu harus tirakat. Paham lu?!" ucap Beno serius.
"Iih kebiasaan marah deh. Lu mah serius mulu bawaannya. Lemesin dikin nape. Bedain mana becanda, mana serius. Herman deh," Jaka kini yang jadi sewot akibat ulahnya sendiri.
"Udah..udah. Semua sudah makan kenyang. Sekarang kita musti berdiskusi tentang pembuatan tanda SOS. Tolong sampaikan pendapat kalian," potong Angga mengakhiri obrolan kosong teman-temannya.
"Mungkin kita menggunakan metode asap. Mirip sandi morse yang dilakukan suku-suku jaman dulu," Fikri angkat bicara memberikan pendapat.
"Tulisan besar SOS di pasir pantai, bisa dengan guratan, atau media daun, kayu, batu, apapun yang bisa dilihat jika ada pesawat melintas," sambung Bu Mayang yang semakin bisa melebur bersama tim.
"Jaka kita korbankan dengan menghanyutkan dia menggunakan rakit. Masa ga ada satupun kapal yang ketemu. Wkwkwk.." ide jahil Beno. Membuat semua orang tertawa.
"Sekate-kate lu. Tega lu, Ndro!" Jaka mendesah sedih.
"Iih kebiasaan baper deh. Lu mah serius mulu bawaannya. Lemesin dikin nape. Bedain mana becanda, mana serius. Herman deh, hahaha. Mamposs lu kena omongan lu sendiri. Senjata makan tuan!!" Beno terbahak menang. Kemarin kan Author sudah bilang, Beno itu belut, cerdik. Mau adu permainan kata sama dia?. Jaka yang merasa mendapat serangan balik dari Beno hanya menanggapi dengan cengar-cengir najong.
"Kita tulis surat aja, masukin botol, hanyutin ke laut.." usul Jaka terdistorsi cerita dongeng masa kecil.
"Wkwkwk.. ga sekalian lu aja masuk botol. Kayak jin botol," ledek Fikri geli.
"Ada pendapat lain?" tanya Angga tak menggubris candaan teman-temannya.
"Jika tidak ada lagi yang berpendapat. Giliran saya sekarang yang bicara. Apa yang kalian usulkan semuanya bagus. Kecuali usul Beno ama Jaka noh hehe. Tapi kondisinya berbeda. Kalian tidak menyadari ada sesuatu yang juga perlu kita pertimbangkan. Mengenai komplotan Pablo. Mereka tentu sangat gusar saat mengetahui bahwa Naya tidak ditemukan di kapal feri itu. Artinya adalah, jika kita menggunakan SOS entah itu asap atau lainnya, bukan tidak mungkin para penjahat itu juga melihatnya. Itu seperti kita dengan mudahnya memberikan petunjuk bagi mereka untuk menemukan kita." papar Angga.
"Wahh bener juga. Gue ga mikir jauh sampe kesana.." tanggap Beno sependapat.
"Penalaran lu ternyata jauh melebihi kita bro. Lu udah menembus kisi-kisi hati dan benteng-benteng pemikiran. Top abis luh," ucap Fikri sambil manggut-manggut.
"Bahasa lu, Kri. Sok iyes lu," cibir Rena.
"Dengan kita memasang SOS. Ada dua kemungkinan sekaligus. Penjahat yang tahu, atau tim penolong yang tahu. Sangat riskan memang," imbuh Angga.
"Lalu kita harus bagaimana sekarang, Ngga?" Lita ikut berbicara. Dalam beberapa saat ini Lita memperhatikan bagaimana kiprah Angga dalam memimpin tim. Muncul kekaguman Lita pada sosok Angga. Namun dilain sisi, sudut mata Naya seperti merasa tak terima melihat respon Lita. Tumbuh rasa tak suka ketika mendapati ada pengagum Angga lainnya.
"Lu kenapa liatinnya gitu banget?. Lu cemburu ye ama Mbak Lita?" Beno berbisik pada Naya yang kebetulan duduk disebelahnya.
"Ga. Siapa bilang!" sanggah Naya sedikit panik. Beno hanya tersenyum untuk berusaha memahami gejolak jiwa Naya.
"Sementara kita bertahan dulu disini sambil mencari solusi terbaik. Ada baiknya kita segera mencari areal lapang untuk membuat gubuk tempat tinggal. Tidak perlu bagus, yang penting bisa digunakan sebagai tempat berlindung dari hujan, dingin, dan gangguan binatang buas." ucap Angga serius.
"Bukan saya berniat menunda waktu untuk bisa segera kembali pulang. Saya rasa tak ada satupun dari kita yang ingin berlama-lama disini. Tapi berbagai kemungkinan bahaya juga perlu kita perhitungkan. Saat ini bukan hanya Naya yang mereka cari, tapi kita semua tentu sudah dianggap menyembunyikan Naya. Kita perlu berpikir lebih cermat untuk mengatur langkah selanjutnya," lanjut Angga.
"Saya mewakili Naya mohon maaf telah melibatkan kalian. Tapi semuanya telah menjadi keterkaitan. Bisa saja malam itu saya hanya menyelamatkan Naya tanpa mengajak kalian. Tapi apa kalian tahu bagaimana nasib kalian dihadapan para penjahat itu jika kalian tinggal disana?. Jadi saya konfirmasikan kepada kalian semua bahwa sekoci itu berangkat untuk menyelamatkan kalian semua. Semua sedang terancam bahaya," Angga berusaha meluruskan. Ia tak ingin terjadi lagi keluhan seperti yang diungkap Maya sebelumnya.
"Mungkin selain saya, tidak ada lagi yang komplain terkait musibah ini. Memang saya sebelumnya mengeluh tentang Naya. Saya khilaf, mohon maafkan saya. Memang benar kata Dik Lita dan Dik Angga bahwa ini adalah musibah, bisa terjadi pada siapa saja. Bisa jadi kondisi saya malah lebih memprihatinkan jika tetap tinggal di feri," kebesaran hati Mayang berbicara. Semua menghela nafas lega ketika mendengar ketulusan ucapan Mayang.
"Seperti yang saya sampaikan sebelumnya. Kita adalah satu. Jadi mulai sekarang leburkan diri kalian menjadi bagian tim sepenuhnya," Angga sebagai pemain berusaha mengarahkan sebaiknya anggota tim.
"Hidup tim Jagito Plus!!" teriak Jaka sambil mengacungkan kepalan tangannya diudara. Namun tak ada satupun yang mengikuti ajakan Jaka. Justru semua terpingkal melihat kelucuan Jaka.
Waktu menuju senja tinggal beberapa jam lagi. Segera mereka bergerak mencari tanah lapang yang sesuai untuk mendirikan gubuk disana.
"Naya, awas!!" Lita berteriak lantang. Lima meter dari tempat Naya berdiri terlihat seekor ular menjalar cepat kearah Naya. Berbeda dengan ular yang menyerang Jaka, kali ini yang datang adalah seekor ular kobra. Meski ukurannya tak terlalu besar, namun bisa nya sangat mematikan.
Dalam dua tarikan napas, Angga melesat cepat dan berguling memotong jalur diantara Naya dan kobra. Pada tarikan napas ketiga, pedang Angga berayun cepat menebas putus kepala sang kobra.
"Jangan mendekat dulu, kepala kobra masih bisa reflek menerkam pada sisa hembusan napas terakhirnya," teriak Angga kepada semua.
Semua orang memang tak ada yang berniat bergerak. Mereka masih tercengang dengan apa yang telah dilakukan Angga.
Memang Beno, Fikri, dan Pak Bagas tidak terlalu tercengang seperti anggota tim lainnya. Kemampuan fisik dan beladiri Angga cukup mumpuni untuk melakukan itu. Tapi masih saja mereka merasa takjub melihat respon cepat Angga dibanding respon mereka sendiri yang lebih lambat.
"Ben..Ben. Beno," ucap Naya masih dalam tatapan seperti melamun.
"Ada apa, Nay?" tanya Beno.
"Apa yang lu bilang emang bener. Semakin bahaya, dia semakin fantastis!" Naya berucap jujur. Tiba-tiba saja tak merasa malu jika dianggap suka kepada Angga atau sejenisnya. Bagi Naya, kini Angga sangat patut untuk diidolakan.
"Edyaan..gendeng. Gila lu, Ngga. Super hero banget lu!" teriak Jaka histeris.
***
"Mbak, terimakasih atas peringatannya tadi.." Naya merangkul Lita dengan sepenuh ketulusan.
"Haisst..jangan pada lebay. Disini kayaknya cocok untuk kita gunakan sebagai markas baru," ucap Angga menyadarkan seluruh keterpanaan yang ada.
"Beristirahatlah sebentar, segera kita akan membuat gubuk setelah istirahat," lanjut Angga.
"Nay, boleh kita ngobrol sebentar?" Sisi dan Rena datang menghampiri Naya. Detik berikutnya mereka nampak sedikit menjauh dari tim.
"Nay, maafin kita ya. Jangan marah lagi. Ga ada maksud apa-apa dari ucapan kami. Kami hanya curiga kalau lu mulai jatuh cinta. Dan jika memang lu bener jatuh cinta ya kami tentu yang akan pertama mendukung lu," ucap Rena memulai obrolan.
"Iya. Gue udah ga emosi lagi kok. Maafin gue juga terlalu kaku," balas Naya lembut.
Trio gitilici saling berpelukan hangat. Sebuah simbol persahabatan yang tulus tanpa syarat. rasa persaudaraan dalam balutan pertemanan.
"Jadi lu beneran jatuh cinta?"
"Renaaa!!"
***
Untuk pembaca yang menyukai cara menulis Author di novel ini, yuk mampir juga dikarya Author : DUA DEWI
Mohon dukungan dan ramaikan.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Shakila Rassya Azahra
jaka ga pa² kali lo anyutin 🤣🤣🤣🤣
2022-05-31
0
Albert91
semvak jaka aj dianyutin. nti jg ditemuin emaknya 😂🤣🤣
2021-10-20
1