Kenapa episode ini bernama Lingua?. Bagi para pembaca yang pernah muda di era 90 an tentu masih ingat dengan grup vokal beranggotakan dua pria dan satu wanita. Grup itu bernama Lingua. Dan episode ini akan menceritakan interaksi dua pria dan satu wanita mirip Lingua, yakni Angga, Beno, dan Naya.
Lingua berjalan cepat menembus hutan dibelakang pesisir pantai. Angga dan Beno yang terbiasa akrab tampak asyik mengobrol. Naya hanya memandang dan menyimak.
"Bro..inget ga lu, terakhir kali kita berburu saat kegiatan pecinta alam tahun lalu?" tanya Beno.
"Inget dong. Yang lu vantatnya berdarah gegara dipatok ayam hutan kan?! Hahaha.." Angga terbahak.
"Bukan yang itohh. Aduh malu-maluin aja lu didepan Naya," Beno mendesis kesal.
"Hhaha..emang iya sampe berdarah, Ngga?" iseng Naya ikut menggoda Beno.
"Iya dong. Lucu banget dah.. wkwkwk," goda Angga semakin usil.
"Udah udah.. bukan itu yang mo gue bahas," potong Beno jengkel.
"Emang mana lagi yang berkesan, selain cederanya buah vantat lu? Hahaha," masih saja Angga menggoda.
"Dia nangis ga waktu itu, Ngga?" timpal Naya semakin menjadi-jadi.
"Wooh kalian laki bini sama aja. Gue sumpahin lu bedua beneran berjodoh tar." Beno sewot. Niat hati mengenang masa lalu. Ternyata dia yang malah jadi bulan-bulanan ulah usil Angga.
"Hahaha..sumpah lu ga ada serem-seremnya deh. Siapa juga yang mau nolak berjodoh dengan dewi kampus," seloroh Angga spontan. Namun sedetik kemudian ia tersadar bahwa ucapannya terlalu berlebihan. Benar saja, Naya merona merah pipinya. Angga khawatir Naya bakal tersinggung.
"Udah ah ganti topik. Emang kenangan berburu yang mana sih?" Angga kembali serius demi menutupi kegugupannya sekaligus menghindar jikalau Naya tersinggung akibat bahasan sebelumnya.
"Ganti topik gimana maksud lu?. Tuh lihat Naya tersipu malu. Jangan-jangan kalian..." Beno menggantung kalimatnya.
"Stop gue bilang. Ooh yang kita berburu dapet kelinci satu tapi yang makan selusin cowok yah?" Angga ngotot mengalihkan pembicaraan.
"Iyaa.. yang itu maksud gue. Yahh semoga kali ini kita lebih beruntung mendapatkan hasil buruan yang lebih bermakna hehe," Beno terkekeh. Namun sudut mata Beno tetap fokus memperhatikan gerak-gerik Angga dan Naya. Ada kejanggalan diantara keduanya. Ada rasa yang masih terpenjara dalam jiwa.
Disisi lain, Naya bukannya marah seperti ketakutan yang dirasakan Angga. Justru Naya semakin merasa nyaman. Setiap ucapan Angga terdengar begitu berkesan ditelinganya. Sejauh ini tumbuh rasa simpatik Naya pada sosok Angga yang terkesan spesial dimata Naya.
"Eh, Nay. Ceritain dong tentang mantan cowok lu. Atau siapa yang pernah bisa merebut hati lu," pancing Beno cerdas.
"Mantan yang mana yah?" Naya terlihat sedikit bingung.
"Emang ada banyak? Sampe lu bingung mantan yang mana.." kejar Beno semakin cerdik.
"Ehmm.. boleh nih aku cerita terus terang?" tanya Naya.
"Lu ga ingat titah paduka raja Angga tadi?. Kita adalah sahabat, kita adalah saudara. Jadi lu salah jika ga mau terbuka sama kita-kita. Itu artinya lu ga mau bersahabat dengan kami," emang belut ya Beno ini. Pilihan kata-katanya itu menohok namun terselubung, skak-mat banget tapi sopan. Hahaha. Author jadi bangga bisa punya Beno dalam cerita ini.
"Iya iyaa.." jawab Naya sambil sekilas melirik Angga.
Cekrek!
Kamera mata Beno membidik tepat pada lirikan itu.
"Aku tuh bingung mantan yang mana. Cowok aja belum pernah punya, gimana mau punya mantan coba?!" tandas Naya. Yes, satu poin telah dikantongi Beno demi membantu sahabatnya, si lugu Angga yang masih terlalu hijau dalam hal asmara.
"Serius lu?. Sejak sekolah sampe segede ini belum pernah punya cowok??" tanya Beno kaget, atau tepatnya pura-pura kaget.
"Swear✌️," Naya mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya untuk meyakinkan Beno dan juga Angga pastinya.
"Harusnya julukan lu diganti. Dewi murni kampus yang orisinil dan tak ada duanya," Beno menyelipkan pujian.
"Hahaha..bisa aja lu, Ben" Naya tersenyum renyah.
"Beruntung ya bro, kita bisa berburu bersama dewi orisinil kampus yang legendaris dan limited edition," Angga menimpali.
"Aku dong yang beruntung bisa kenal kamu. Ga tau deh gimana nasibku ditangan penjahat jika ga ada kamu." Lirikan Naya yang kedua kearah Angga. Meski hanya sesaat, namun terlihat begitu tulus.
Cekrek..
Kamera mata Beno kembali mengabadikan lirikan Naya terhadap Angga.
"Eh baru sadar gue. Lu bedua ternyata saling nyebutnya kamu-aku. Cieeh cieeh..ini sudah terlalu melukai hatiku duh duh duuhh wkwkwk," goda Beno.
"Ishh apaan sih.." Naya tertunduk malu. Rona merah semakin jelas terlihat pada kedua pipi putihnya.
Ketika asyik mereka bercengkrama, melintaslah seekor rusa berukuran sedang. Bisa dibilang ini adalah rusa remaja, sedang ranum-ranumnya. Dagingnya tentu lunak dan nyaman dikunyah.
"Sstt..diam jangan bersuara," bisik Angga.
Secepat kilat Angga melesat. Beberapa bebatuan yang menonjol diantara semak belukar menjadi tumpuan kakinya. Langkahnya ringan tanpa suara. Naya terbelalak kagum melihat kemampuan Angga. Bahkan itu belum seberapa dibanding kelihaian Angga dalam bertarung.
Wuss..
Saat jarak dengan rusa sudah cukup dekat, Angga melemparkan pedang dari genggamannya. Pedangpun terlontar cepat seperti anak panah menikam perut sang rusa.
Dalam hitungan detik rusapun tumbang. Ini sebuah pertunjukan super dasyat bagi seorang Naya. Ia hanya pernah melihat aksi serupa melalui film. Tak disangka kini ia dapat melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Angga melakukannya.
"Wiiih Anggaa.." pekik Naya antara girang dan kagum.
"Kamu fantastis.." teriak Naya tanpa malu-malu lagi. Ia tak menyangka bahwa Angga akan sehebat itu. Dalam benaknya ia hanya berharap bisa berlindung kepada Angga dengan kemampuan Angga seperti layaknya pria berkelahi. Terbiasa saling jual beli pukulan dan tendangan. Pria macho yang pemberani. Namun prasangka Naya salah besar. Angga bukan hanya pria macho yang punya bogem keras, tapi Angga adalah seorang maestro. Seperti Jacky Chen di dunia nyata.
"Ooh maafkan kami rusa. Terpaksa kami membunuhmu. Sebenarnya kami tak tega menyakiti binatang. Tapi apa daya, rusa bakar sungguh sangat enak sekali," Beno ikut tertawa riang. Ia sudah terbiasa melihat kemampuan Angga yang seperti itu. Terlalu mudah bagi Angga untuk menggunakan kemampuan dalam melumpuhkan rusa. Masih tersimpan sekarung kemampuan Angga, hanya Beno dan Fikri yang tahu dan paham betapa sangat mematikannya seorang Angga.
Sigap Beno mendekati rusa dan mengakhiri hidup rusa dengan menyembelihnya sesaat sebelum sang rusa mati. Tak lupa ia membaca basmalah sebelum melakukannya.
Dalam tawa riang mereka bertiga berlalu memanggul hasil buruan dan bersegera kembali ke markas di tepi pantai.
"Hebat..kamu hebat sekali.." puji Naya dengan segala ketulusannya.
"Itu masih biasa, Nay. Terlalu mudah bagi Angga kalau cuma melumpuhkan seekor rusa," ucap Beno.
"Hahh??!. Biasa?, Terlalu mudah?. Emang Angga bisa lebih hebat lagi?" Naya tercengang, terpana, terbata.
"Lihat saja nanti. Lu beruntung bisa hidup disini bareng Angga. Lu bakal menyaksikan pertunjukan spektakuler seorang Angga dari hari ke hari. Semakin berbahaya lawannya, semakin edan aksi Angga. Lu bisa pegang omongan gue." kebanggaan Beno terhadap Angga membuat ia seperti sedang membual.
"Uuhh makin gemes," Naya melirik Angga.
Cekrekk!
Kamera mata Beno untuk yang ketiga kalinya menangkap momen lirikan Naya yang begitu dalam.
"Apa?? Gemes?," tanya Beno memastikan.
"Ohhm.gg gaa. Lupakan saja," Naya tergagap.
"Jangan dengerin apa kata Beno, Nay. Dia suka lebay kalau ngomong.." ucap Angga menutupi.
Kelembutan dewi kampus berjalan anggun menyusuri rerumputan. Rambutnya tergerai indah. Wajah putihnya nampak bersinar terpoles peluh. Perasaan Angga melambung tinggi. Seribu doa ia lantunkan, namun hanya Angga yang tahu apa isi doanya. Pembaca tidak akan diberikan bocoran tentang doa Angga.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Silvia N.
mantul
2022-07-12
0
Shakila Rassya Azahra
aku tau thor doanya angga dia berdoa supaya berjodoh sama naya 🤔😆😆😆
2022-05-31
0
Bidadarinya Sajum Esbelfik
keren ceritanya 👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼💪💪💪💪
2021-12-25
1