Tim Pak Bagas yang bertugas mencari ranting juga bergerak memasuki hutan beberapa menit setelah tim Angga berangkat. Bersama Pak Bagas ada Jaka dan Sisi.
"Sis, lihat deh ini." Jaka menunjukkan sebuah gelang anyam yang melingkar di tangannya.
"Ini gue beli bulan lalu di Mariobolo. Keren yah," Jaka memutar pergelangannya dengan bangga.
"Iih iya bagus loh. Lu mo pamer aja nih. Ah bikin pengen aja lu," kagum Sisi.
"Lu mau?. Pake aja nih kalau mau mah," Jaka menawarkan.
"Lu bakal lebih cakep kalau pakai ini. Orang cantik mah pantes aja pakai apapun," lanjut Jaka sembari memuji.
"Seriusan? Uhh mau mauu," Sisi antusias. Jaka segera melepas gelang dari tangannya dan dengan lembut meraih tangan Sisi untuk kemudian memasangnya disana.
"Jarang-jarang nih bisa pegang tangan cewek cakep.." seloroh Jaka.
"Kamu mah, cari kesempitan aja.." ledek Sisi. Pak Bagas yang melihat interaksi antara kedua muda-mudi tersebut hanya tersenyum simpul. Ia sudah mengeyam banyak pengalaman sepanjang hidupnya. Modus sederhana seperti yang Jaka lakukan dengan mudah dapat terbaca olehnya.
"Kayaknya mas Jaka dan Mbak Sisi cocok deh jadi pasangan serasi," ungkap Pak Bagas memanas-manasi keduanya.
Demi mendengar ucapan Pak Bagas, serta merta Sisi menarik tangannya dari genggaman tangan Jaka. Untungnya gelang sudah selesai terpasang di pergelangan Sisi.
"Aku tuh ga bisaan kalau lihat cewek butuh sesuatu, Pak. Masa iya Sisi tertarik sama gelangku trus aku diem aja ga peduli!?" Jaka seolah memasang alibi. Pak Bagas semkin terkekeh melihat aksi Jaka.
"Makasih ya Jack. Lu baik banget dah," ucap Sisi. Untung saja tidak ada Beno atau Fikri disana. Jika sampai mereka tahu modus Jaka, habis tuh Jaka.
"Iya santuy.." jawab Jaka sok berwibawa.
"Eh tuh lihat ada pohon kering yang tumbang. Gede juga ya. Kita ambil kayu kering dari situ aja, Pak. Ada banyak tuh kelihatannya," Jaka menunjuk sebuah pohon tumbang yak jauh dari tempat mereka lewat.
Jaka berlari mendahului Sisi dan Pak Bagas untuk bergegas mengambil beberapa ranting kecil. Tak ada kewaspadaan sedikitpun darinya.
"Stop, Mas. Jangan bergerak!!. Mbak Sisi juga jangan bergerak.." teriak Pak Bagas sedikit panik. Diantara Jaka dan Sisi yang berjarak tak kurang dari tiga meter muncul seekor ular berukuran satu lengan pria dewasa. Panjangnya berkisar tiga meter.
Ular itu berwarna abu-abu gelap dengan kulit bersisik yang cukup mengkilap. Kepalanya yang menjalar ditanah terlihat menjulur ke kiri dan kanan seolah mengincar keberadaan Jaka dan Sisi. Nampaknya ular itu menggunakan bagian dalam batang pohon yang tumbang sebagai tempat berlindung. Ia kemudian merasa terusik dengan kehadiran Jaka yang tiba-tiba mematahkan sebatang ranting.
Jaka dan Sisi gemetar. Seumur-umur baru kali ini mereka bersinggungan secara langsung dengan seekor ular. Apalagi ular tersebut terbilang cukup besar bagi mereka yang belum pernah bertemu dengan ular selain melihat dari televisi atau kebun binatang.
"Sstt..jangan bergerak sedikitpun. Sedikit saja ada gerakan kecil akan memantik respon ular tersebut," instruksi Pak Bagas pada keduanya.
"Paakk..aku takut," wajah Sisi merebak risau. Airmata mulai menggenang dikedua pelupuk matanya.
Pak Bagas melangkah dengan sangat perlahan. Kondisi cukup berbahaya dan ia harus segera mengambil tindakan.
Pak Bagas bergerak cepat bersamaan dengan kepala ular yang menjalar kearah dimana Sisi berada.
Zlebb..
Tikaman belati menusuk tajam bagian tas kepala sang ular. Begitu kuatnya dorongan Pak Bagas hingga belati tersebut menembus kepala ular hingga menancap pada tanah dibawahnya. Ular menggelepar kesakitan. Ekornya bergerak kacau kesana dan kemari. Pak Bagas menekan lebih dalam tusukan belatinya hingga menacap kuat ditanah. Detik berikutnya Pak Bagas bergerak cepat menarik keras ekor ular sehingga kepala ular yang tertancap belati disana menjadi terbelah paksa. Ular menggelepar-gelepar meregang nyawa. Pak Bagas melempar begitu saja ular tersebut ke semak disekitarnya.
"Fiuhh..hampir saja," Jaka terduduk diatas rerumputan. Begitu pula Sisi. Rasa gemetar mereka masih belum sepenuhnya hilang.
"Wah Pak Bagas keren abis tadi tuh. Udah seperti pendekar pembunuh naga liatnya.." Jaka berdecak kagum.
"Iya, Asli top banget dah Pak Bagas," imbuh Sisi menimpali.
"Ayo jangan menunda waktu lagi sebelum datang bahaya berikutnya. Segera kita kumpulkan ranting dan kembali ke markas." perintah Pak Bagas tegas. Saat ini ia menfungsikan diri sebagai wakil dari Angga. Harus ada pucuk pimpinan di setiap kondisi tim sebagai ujung tombak dan pengambil keputusan.
Bergegas mereka bergerak cepat mengumpulkan ranting dan kayu kering. Mata Pak Bagas lebih waspada mengamati setiap titik yang mereka lalui, khawatir timbul bahaya seperti tadi.
"Kira-kira kita butuh berapa banyak ranting, Pak?" tanya Jaka sambil menyeka peluh dikeningnya. Meski terkadang Jaka suka mengeluh, namun dalam hal bekerja ia bukanlah seorang pemalas. Ia sadar jika tak memilih kemampuan beladiri, maka apa yang dimampu akan ia berikan.
"Sebanyak mungkin yang bisa kita bawa. Semakin banyak persediaan dimarkas semakin baik. Mengurangi kesibukan kita dimasa mendatang." Ucap Pak Bagas bijak. Bertiga mereka berhasil mengumpulkan 2 ikat besar dan 1 ikat kecil ranting.
"Pak, boleh ceritakan tentang Pak Bagas dan Mbak Lita?. Dia kok bisa sukses jadi CEO itu bagaimana ceritanya?," Jaka mencari bahan obrolan dalam perjalanan kembali menuju markas.
"Lita itu anak saya semata wayang. Ibunya sudah lama meninggal dunia. Saat itu usia Lita masih 6 tahun. Susah payah saya berjuang menjadi single parent untuk membesarkan Lita. Suatu ketika saya dan Lita yang sedang berboncengan naik motor tiba-tiba diserempet oleh sebuah mobil mewah. Untungnya pemilik mobil tersebut bertanggungjawab. Meski tak ada luka serius, tapi dia bersedia mengantar kami hingga ke rumah. Setelah mendengar bahwa Lita adalah anak yatim, dan melihat kondisi rumah kami yang ala kadarnya, dia tersentuh. Hari-hari berikutnya ia sering datang ke rumah kami hanya untuk mengirimkan sembako atau kadang juga uang. Suatu ketika si bapak yang akhirnya saya tahu bernama Pak Fadly mengungkapkan niatnya untuk menyekolahkan Lita hingga jenjang tertinggi. Tak berhenti sampai disitu, setelah lulus kuliah Lita diajak Pak Fadly untuk bekerja di perusahaannya. Istri Pak Fadly juga sama baiknya. Mereka tak memiliki anak dan merasa sayang kepada Lita. Dua tahun yang lalu Pak Fadly meninggal dunia. Namun yang mebuatykami tercengang, perusahaan itu dipercayakan kepada Lita untuk menggantikan posisi Pak Fadly sebagai CEO. Pesan Pak Fadly sebelum meninggal hanya meminta Lita merawat Bu Fadly dengan baik," panjang lebar Pak Bagas menceritakan kisah hidupnya bersama Lita.
"Wah, rejeki nomplok itu namanya Pak," Sisi berkomentar.
"Aku juga mau kalau dapet orangtua angkat seperti itu," sambut Jaka.
"Itulah perjalanan hidup, Mas. Tak ada yang tahu bagaimana nanti masa depan kita. Semua rahasia Ilahi. Bisa jadi kelak Mbak Sisi jadi jodohnya Mas Jaka. Ga ada yang tahu kan?" kembali Pak Bagas berkata. Namun kali ini diselingi dengan sedikit gurauan.
"Ish bapak, apaan sih," Sisi malu-malu kucing.
"Hahaha Pak Bagas ngasih contohnya terlalu spesifik. Saya kan jadi mauu.." Jaka bukannya malu-malu kucing, justru malu-maluin. Sekilas terlihat wajah Sisi melengos ke arah lain. Mungkin dia malu, atau bisa juga dia marah.
"Nah, tapi kenapa Pak Bagas masih saja menjadi penjaga sekolah?. Kan anaknya sudah kaya tuh.." tanya Jaka berusaha mengalihkan bahan obrolan agar Sisi tak tersinggung.
"Saya itu sudah terbiasa bekerja keras, Mas. Saya tidak suka diam dirumah tanpa melalui apa-apa. Dan lagi, tekad saya sejak dulu adalah tak ingin menjadi beban bagi anak saya selagi saya masih kuat untuk berusaha sendiri. Biarlah dia menikmati masanya dengan nyaman. Suatu ketika ia akan berada pada satu titik dimana harus berbakti kepada suami dan juga merawat saya yang tua renta. Untuk saat ini, biarkan dia bahagia." Pak Bagas menanggapi.
"Salut buat Pak Bagas. Semoga saya kelak juga bisa menjadi pria kebal banting seperti bapak," puji Jaka serius. Dari sudut mata Jaka terlihat Sisi tersenyum simpul setelah mendengar ucapan Jaka. Entah apa yang ada didalam pikiran Sisi.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Lia Yulia
salut sama Pak Bagas👍
2022-07-18
1
~SB°
Nyicil dulu ya kak...
2021-10-21
2
Albert91
wow uler😱
2021-10-20
1