Episode 15 : Malam pertama

Setelah semuanya selesai mandi dan berganti pakaian kering, mereka duduk mengelilingi api unggun. Sebagian dari mereka sedang memasak dengan memanaskan sisa persediaan daging rusa guling. Menggunakan batok kelapa mereka juga merebus daun sirih sebagai pengganti minuman hangat. Apapun mereka upayakan demi bertahan hidup.

"Ikat aja melintang dengan kaki pendek. Semakin lebar semakin baik. Kalau bisa satu dipan saja tapi bisa memenuhi satu ruangan gubuk," tegas Angga mengarahkan tim membuat tempat tidur dipan dari kayu gelondong sambil menunggu masakan selesai.

"Apa ini akan kuat menyangga kita bersebelas?" tanya Jaka samb terus bekerja merakit kayu demi kayu tanpa mengenal lelah.

"Persilangan kayu yang melintang dan membujur akan saling memberikan kekuatan. Seharusnya cukup mampu menyokong tubuh kita. Tapi jika tidakpun juga tak menjadi masalah karena dipan tetap akan tersangga pondasi. Lagi pula kaki pendek dipan tak akan membuat kita terluka saat terjatuh," jawab Angga. Pengalamannya sejak kecil dengan terbiasa hidup di alam liar membawa dampak manfaat yang besar bagi tim.

Membuat dipan dengan luas 25 meter persegi sebenarnya tak terlalu mudah. Butuh waktu dan ketelatenan. Namun pekerjaan yang dilakukan bersama-sama oleh banyak orang mampu mempermudahnya.

"Makan dulu, sudah siap semua." Ucap Naya memanggil para pria. Saat itu dipan sudah 80% pengerjaan menuju selesai. Hanya tinggal menyelesaikan sisa bagian tepi dan meletakkannya didalam ruangan gubuk.

Hidangan berupa rusa bakar, rebusan daun, didampingi minuman daun sirih hangat terlihat sangat mengundang hasrat. Dengan penuh semangat mereka menikmati segala kudapan yang ada tanpa ada kata mengeluh karena rasa yang hambar ataupun jijik. Justru Mayang yang sebelumnya menolak hidup menderita terlihat paling getol menikmati makanan tersebut.

"Kok rasanya beda ya. Kayak ada manis-manisnya gitu," ucap Fikri curiga. Sejenak ia mengambil batok kelapa yang berisi sirih hangat dan meminumnya.

"Lho..ini juga aneh. Kok bisa manis gini diminumnya?" Fikri semakin bingung. Nampak Jaka dan beberapa yang lain ikut mencermati ucapan Fikri.

"Iya lu bener, Kri. Manis dan asinnya sekarang pas banget. Berasa beneran mewah nih rusa bakarnya," tangkap Jaka sependapat.

"Kalian masaknya gimana tadi?" wajah Angga mengarah menghadap ke Naya.

"Hehe..kita nemuin tebu liar dibelakang gubuk," ujar Rena mewakili jawaban tim wanita.

"Wow..ini berkah. Kemudahan dikirimkan Tuhan ke kita, bahkan di hari pertama tinggal. Ini adalah pertanda baik," sambut Pak Herson terharu.

"Meski saya bukan hamba yang baik. Saya mengajak semua orang di dalam tim ini. Setelah selesai makan mari kita beribadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Saat kita tak punya apa-apa dan tak punya siapa-siapa. Kita masih memiliki Tuhan. Bersyukurlah, berdoalah, menangislah Kepada-Nya.." Tak salah jika Pak Herson dituakan dalam tim. Ia begitu baik. Jiwa kebapakannya dengan tulus mengalir memancarkan ketenangan untuk semua anggota tim.

Angga berdiri kemudian melangkah keluar seorang diri. Diatas sebuah batu lebar disamping gubuk ia termenung sendiri.

"Kenapa yang diucapkan Mbah Restu sedikit demi sedikit terwujud?. Kesulitan macam apa ini?. Mengapa aku harus menjalani semua permasalahan ini?" gumam Angga dalam lamunannya.

"Semua orang berhak bahagia. Tapi kenapa aku ditakdirkan tidak bahagia seperti ini?. Ada apa denganku?" pikiran Angga berkecamuk. Ia tak paham dengan alam pikirnya sendiri. Semua terasa rumit dan sulit.

"Kamu kenapa?. Kok melamun sendiri sih.." Angga terperanjat. Naya tiba-tiba muncul disampingnya dan duduk tepat disamping Angga sehingga tercium wangi tubuhnya yang khas.

Angga tak menjawab pertanyaan tersebut. Ia masih tenggelam didalam kubangan yang ia gali sendiri. Semakin ia berenang ke tepian, semakin sulit ia meraihnya.

"Pikiranmu pasti sedang berkecamuk. Semua ini terjadi begitu mendadak dan cepat. Aku bisa merasakan keresahanmu, kesedihanmu, kebingunganmu, ketidakberdayaan.." Naya terus berucap tanpa berharap Angga mendengarnya.

"Kk..kamu..kamu.." tenggorokan Angga tercekat.

"Ya..aku bisa merasakan itu. Entah kenapa sejak kita ngobrol di kapal, aku merasa ada kedekatan emosional diantara kita. Akupun tak tahu arti dari ini semua.." tatapan Naya menerawang jauh menembus kepekatan malam.

"Semua yang kamu katakan memang benar. Tak ada satupun yang meleset.." ucap Angga lirih.

"Aku merasa rapuh. Semua orang takut dalam kesendirian. Sampai adalah istilah bahwa sendiri akan membunuhmu." ungkap si cantik Naya terdengar melow.

"Aku punya Papa dan Mama, tapi terasa jauh dari pandangan. Aku memiliki harta, namun satu koinpun tak dapat kugenggam. Aku punya prestasi, tapi tapi sedikitpun tak mampu kuperjuangkan. Tapi didalam semua kerapuhanku itu, aku menemukan kenyamanan. Rasa aman dan tenang karena kehadiranmu tak pernah kudapatkan dari siapapun selama ini," perlahan Naya menyandarkan kepalanya dibahu Angga. Perlahan pula Angga membelai lembut puncak kepala sang dewi. Tak ada paksaan, tak ada kesengajaan. Hanya ketulusan yang sedang berbicara.

"Terimakasih atas ketulusan ini. Kamu cantik, kamu baik hati, dan sekarang kamu membawa penghargaan yang sangat besar kepadaku dengan tumbuhnya perasaan nyaman.." ucap Angga juga dengan segala ketulusannya.

Mereka saling memuntahkan isi jiwa. Belum ada kata cinta. Belum ada ikatan hubungan. Namun keterkaitan batin dan emosi seperti tak terpisahkan. Ada medan magnet tak kasat mata yang berputar mengelilingi keduanya.

"Ahyaa..aku tahu!" Angga bersorak girang. Naya tersentak dan kembali duduk dengan tegak.

"Ada apa?" tanya Naya bingung.

"Aku tahu sekarang, kenapa aku menghadapi banyak kesulitan, kerumitan, berbagai permasalahan dan ketidakbahagiaan.." mata Angga berbinar.

"Boleh aku mendengarnya?" pinta Naya penasaran. Tiba-tiba Angga memutar tubuhnya dan duduk menghadap Naya. Tak cukup sampai disitu, ia juga meraih tangan Naya dan membawanya dalam genggaman.

Naya tersentak. Namun ia kemudian diam saja meresapi kehangatan kungkungan tangan Angga disetiap jemarinya.

"Aku sejenak tak bahagia, demi untuk membuatmu dan mereka bahagia. Dengan memberi kebahagiaan maka aku akan menemukan kebahagiaan.."

"Aku menghadapi kesulitan, demi untuk memberimu dan mereka kemudahan. Aku ada karena kamu ada."

Segala permasalahan yang terjadi padaku adalah ujian. Yah ujian untuk meraih kemenangan yaitu mengenalmu. Kamu adalah mutiara. Aku harus membayar mahal untuk itu," Angga tersenyum.

Kini giliran Naya tercekat. Lidahnya terasa kelu tak bisa berucap. Bulu kudunya meremang.

...

Cantikmu..

Mengalihkan duniaku,

Tak hanya sekedar pikirkan 'aku',

Namun juga kamu,

Itu yang ku mau.

Aku ada karena kau ada,

Bahagiamu adalah harapanku,

Ceriamu adalah keinginanku,

Jalanku mengarah padamu.

Senyummu..

Melambungkan jantungku,

Seperti berjalan dalam taman bunga,

Wangimu membius raga,

Menjerat rasa,

Lama mencari muara,

Karena aku adalah delta,

Hadirlah..

Selalu disini,

Disisi,

Dihati,

Membunuh sepi.

...

"Wow...indahnya. Pantas saja namamu Pujangga. Ternyata ini jawabannya." Ucap Naya sangat terharu bercampur bahagia. Angga hanya tersenyum tanpa suara.

"Nah..inilah dia," bisik Naya dalam jiwa.

"Kubangan itu adalah duniaku. Aku tak bisa lari darinya. Aku harus menjalani hidup sesuai apa yang digariskan-Nya. Toh sekarang akupun tahu tentang mengapa aku harus berkorban dalam kesulitan," Angga juga berbisik dalam hatinya. Keduanya terdiam, masih bergenggaman tangan.

"Bro...lu dimana woy!" suara Beno menyadarkan mereka untuk kembali ke gubuk bersama.

"Lho lho..kalian.." Beno yang sedang ada di depan gubuk merasa aneh melihat Angga dan Naya berjalan bersama menujj ke arahnya.

***

"Kita biasakan untuk mengadakan piket berjaga bergiliran disetiap malam. Kita tidak sedang berada didalam perumahan atau apartemen. Pulau ini penuh dengan bahaya," ucap Angga setelah mereka semua selesai melakukan ibadah masing-masing sesuai nasehat Pak Herson.

"Setelah ini saya minta tolong Beno, Fikri, dan Jaka untuk membuat parit keliling, kemudian menaburkan garam kristal secara merata diparit tersebut untuk menghalau gangguan binatang melata dan serangga yang merayap," perintah Angga kepada masing-masing yang ditunjuk.

"Apa kita akan membagi tim untuk giliran berjaga?" tanya Sisi.

"Tentu saja," jawab Angga tegas.

"Kita bersebelas. Masing-masing penjaga terdiri dari dua orang, bergiliran setiap 2 jam dimulai sejak jam 8 malam. Masing-masing pasangan penjaga tidak boleh wanita semua, jadi harus ada satu pria dan satu wanita dalam setiap pasangan. Akan tersisa 1 orang yang tidak memiliki pasangan. Dia bebas bergabung di tim pasangan manapun. Silahkan memilih pasangan sendiri dan tentukan sendiri urutan shiftnya," tukas Angga.

Malam pertama yang tenang. Angga berharap tidak terjadi gangguan malam itu. Mereka sangat lelah dan memerlukan istirahat yang cukup agar memiliki energi yang maksimal untuk aktivitas esok hari.

***

Terpopuler

Comments

Shakila Rassya Azahra

Shakila Rassya Azahra

ciee naya sama angga sudah mulai pegangan tangan.

2022-05-31

0

Albert91

Albert91

wiss..kirain mlm prtama yg hot2 gitoh, trnyta gw salh😓

2021-10-20

0

lihat semua
Episodes
1 Episode 1 : Prolog (Sebuah Undangan)
2 Episode 2 : Capcus OTW
3 Episode 3 : Pulau Biwian
4 Episode 4 : Surprise
5 Episode 5 : Sekoci
6 Episode 6 : Peluang
7 Episode 7 : Lost Contact
8 Episode 8 : Satu
9 Episode 9 : Lingua
10 Episode 10 : Berbahaya
11 Episode 11 : Yang penting makan
12 Episode 12 : SOS
13 Episode 13 : Gubuk Kayu
14 Episode 14 : Pengumuman
15 Episode 15 : Malam pertama
16 Episode 16 : Dari hati ke hati
17 Episode 17 : Gule
18 Episode 18 : Makan ga makan asal kumpul
19 Episode 19 : Badai
20 Episode 20 : Bukit kecil
21 Episode 21 : Diserang
22 Episode 22 : Gubuk ditepi air terjun
23 Episode 23 : Harmoni yang indah
24 Episode 24 : Pemuja rahasia
25 Episode 25 : Pengumuman 2
26 Episode 26 : Mereka dimana?
27 Episode 27 : 3 Lawan 1
28 Episode 28 : Disekap
29 Episode 29 : Menang atau mati
30 Episode 30 : Masalah baru
31 Episode 31 : Putri CEO
32 Episode 32 : Tak sadarkan diri
33 Episode 33 : Find them !!
34 Episode 34 : Scorpions Attack
35 Episode 35 : Bala bantuan
36 Episode 36 : Misi Penyelamatan
37 Episode 37 : Ow ow kamu ketahuan
38 Episode 38 : Bahaya terus mengancam (Kekalahan Angga)
39 Episode 39 : Bangunlah
40 Episode 40 : Kesulitan semakin besar
41 Episode 41 : Airmata
42 Episode 42 : Dua Kubu
43 Episode 43 : Kait hati
44 Episode 44 : Tanda bahaya
45 Episode 45 : Terdesak
46 Episode 46 : Pertempuran sengit
47 Episode 47 : Sang Romeo
48 Episode 48 : Eureka!
49 Episode 49 : Sisi lain
50 Episode 50 : Pengumuman 3
51 Episode 51 : Tim penyelamat
52 Episode 52 : Welcome home
53 Episode 53 : Kuberi satu permintaan
54 Episode 54 : Refreshments
55 Episode 55 : Kuberi satu kesempatan
56 Episode 56 : Serangan Pablo
57 Episode 57 : Singa rumahan
58 Episode 58 : Sayap-sayap patah
59 Episode 59 : TPS (Tim Penyelamat Sonia)
60 Episode 60 : Save Sonia
61 Episode 61 : Mungkin hari ini, esok, atau nanti
62 Episode 62 : Angga mati?
63 Episode 63 : Pelengkap (Q&A)
64 Episode 64 : Selamat jalan, Angga!
65 Episode 65 : Saat bahagia
66 Episode 66 : Pengumuman 4
67 Episode 67 : Back to campus
68 Episode 68 : Kembali Di Pulau Kecil Bersama Putri CEO
69 Episode 69 : Jajak pendapat singkat
70 Episode 70 : Berpisah itu mudah!
71 Info
72 Karya baru
73 Satu lagi
74 Latest news
75 Mahadewi
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Episode 1 : Prolog (Sebuah Undangan)
2
Episode 2 : Capcus OTW
3
Episode 3 : Pulau Biwian
4
Episode 4 : Surprise
5
Episode 5 : Sekoci
6
Episode 6 : Peluang
7
Episode 7 : Lost Contact
8
Episode 8 : Satu
9
Episode 9 : Lingua
10
Episode 10 : Berbahaya
11
Episode 11 : Yang penting makan
12
Episode 12 : SOS
13
Episode 13 : Gubuk Kayu
14
Episode 14 : Pengumuman
15
Episode 15 : Malam pertama
16
Episode 16 : Dari hati ke hati
17
Episode 17 : Gule
18
Episode 18 : Makan ga makan asal kumpul
19
Episode 19 : Badai
20
Episode 20 : Bukit kecil
21
Episode 21 : Diserang
22
Episode 22 : Gubuk ditepi air terjun
23
Episode 23 : Harmoni yang indah
24
Episode 24 : Pemuja rahasia
25
Episode 25 : Pengumuman 2
26
Episode 26 : Mereka dimana?
27
Episode 27 : 3 Lawan 1
28
Episode 28 : Disekap
29
Episode 29 : Menang atau mati
30
Episode 30 : Masalah baru
31
Episode 31 : Putri CEO
32
Episode 32 : Tak sadarkan diri
33
Episode 33 : Find them !!
34
Episode 34 : Scorpions Attack
35
Episode 35 : Bala bantuan
36
Episode 36 : Misi Penyelamatan
37
Episode 37 : Ow ow kamu ketahuan
38
Episode 38 : Bahaya terus mengancam (Kekalahan Angga)
39
Episode 39 : Bangunlah
40
Episode 40 : Kesulitan semakin besar
41
Episode 41 : Airmata
42
Episode 42 : Dua Kubu
43
Episode 43 : Kait hati
44
Episode 44 : Tanda bahaya
45
Episode 45 : Terdesak
46
Episode 46 : Pertempuran sengit
47
Episode 47 : Sang Romeo
48
Episode 48 : Eureka!
49
Episode 49 : Sisi lain
50
Episode 50 : Pengumuman 3
51
Episode 51 : Tim penyelamat
52
Episode 52 : Welcome home
53
Episode 53 : Kuberi satu permintaan
54
Episode 54 : Refreshments
55
Episode 55 : Kuberi satu kesempatan
56
Episode 56 : Serangan Pablo
57
Episode 57 : Singa rumahan
58
Episode 58 : Sayap-sayap patah
59
Episode 59 : TPS (Tim Penyelamat Sonia)
60
Episode 60 : Save Sonia
61
Episode 61 : Mungkin hari ini, esok, atau nanti
62
Episode 62 : Angga mati?
63
Episode 63 : Pelengkap (Q&A)
64
Episode 64 : Selamat jalan, Angga!
65
Episode 65 : Saat bahagia
66
Episode 66 : Pengumuman 4
67
Episode 67 : Back to campus
68
Episode 68 : Kembali Di Pulau Kecil Bersama Putri CEO
69
Episode 69 : Jajak pendapat singkat
70
Episode 70 : Berpisah itu mudah!
71
Info
72
Karya baru
73
Satu lagi
74
Latest news
75
Mahadewi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!