DESA Yang sedang mereka tuju kini mulai terlihat ketika mobil bermerek sedan coklat itu berbelok ke arah kanan di persimpangan jalan.
kang edi yang mengemudikan laju mobil itu segera membuka percakapan karena perasaan nya sudah tenang dan tidak gugup seperti sebelumnya.
"kenapa ditempat ini tidak terkena imbas badai angin tadi ya mbah rajak.??"
tanya kang edi kepada tabib yang bernama mbah rajak atau berjuluk tabib jalak putih yang sudah kesohor ilmu pengobatan nya dan ilmu mistik nya.
"memang kang, tadi itu angin kiriman dari seseorang untuk menggagalkan tujuan kita." ucap mbah rajak dengan tenang dan berwibawa.
"oh begitu, jadi itu ada hubungan nya dengan penyakit yang diderita oleh adik saya dan istrinya itu mbah..??"
"yah bisa jadi begitu kang ed. sebab saya melihat sesuatu yang sangat kuat energi nya dari sebelah kiri kita yang lumayan jauh berada di kedalaman hutan. lalu bergerak membelok ke arah tempat yang akan kita tuju."
"jadi..?! ada orang yang akan mencelakai keluarga adik saya mbah..??" ucap kang Edi tersentak kaget.
"tenang saja kang, mbah sudah pasang perisai ditempat itu untuk menghalau bala dari serangan gaib manapun."
"alhamdulilah, terimakasih mbah atas bantuan nya." ucap kang Edi bersyukur lalu mengusap dadanya.
"sudah seharusnya mbah menolong yang sakit dan kesusahan kang edi. sembuh atau tidak nya itu tergantung kehendak yang maha kuasa. sebagai manusia biasa, mbah hanya sebagai perantara untuk mengobati penyakit yang diderita. karena sudah tugas seorang tabib melakukan hal yang seperti ini."
ucap sang tabib penuh wibawa dan berkesan merendah.
"iya mbah saya paham." ucap kang edi sambil tersenyum tertunduk penuh hormat.
Ketika percakapan mereka terhenti, mereka sudah memasuki kedalaman desa. malam sudah sangat larut. kang edi melihat jam tangan nya. jam menunjukan pukul satu malam. setelah mereka berhenti didepan sebuah rumah yang gelap, mereka segera bergegas keluar mobil dan menuju rumah tempat keluarga riko tinggal.
Kedua orang itu berjalan ke depan rumah yang gelap tadi.
"rumah ini sepi sekali, seperti tidak berpenghuni." ucap kang edi lirih seakan ditujukan kepada dirinya.
"mereka sudah pindah kang. bukan disini lagi tempat tinggalnya."
sahut mbah Rajak sesekali melirik kesana kemari menatap desa yang sepi lengang.
"bagaimana mbah bisa tahu.??"
ucap kang edi penuh sanksi.
"sebelum nya sudah mbah ceritakan waktu diperjalanan tadi kang."
"oh iya, maaf mbah saya baru ingat." ucap kang edi tersenyum malu.
"mari ikut mbah." ucap mbah Rajak kepada kang edi.
lalu kang edi mengikuti langkah tabib itu dari arah belakang.
Mbah Rajak berjalan ke arah belakang rumah itu diikuti oleh kang edi menuju jalan setapak yang mulai menjauhi perkampungan. jalanan mulai gelap karena tidak ada cahaya lampu atau rembulan. mereka mulai menyalakan senter yang sedari tadi sudah dijinjing ditangan masing-masing.
Semakin jauh langkah mereka memasuki perkebunan semakin jauh juga mereka meninggalkan perkampungan. tiba disatu titik terlihat cahaya kuning seperti lampu minyak menaungi didepan gubuk yang lumayan gelap dikejauhan.
Setelah mereka berjalan mendekat, barulah jelas apa yang dilihat dari kejauhan itu memang sebuah lampu minyak yang dipasang di dinding bilik kayu luar gubuk tersebut.
Tok.Tok.Tok.."Assalamualaikum.."
setelah mengetuk pintu dan mengucap salam, kang edi berbalik menghadap mbah rajak. karena tidak ada jawaban dari dalam. mbah rajak tetap tenang dan berbicara pelan sekali menatap kepada kang edi.
"sudah saya buka perisai gaib nya, silahkan ulangi lagi kang edi."
karena baru paham yang dikatakan mbah Rajak itu, barulah ia mengulangi lagi mengetuk pintu dan mengucap salam kembali.
"wa'alaikum salam.."
klik..klik...krieett..!!
terdengar suara perempuan tua lalu terdengar suara kunci pintu terbuka.
Setelah pintu terbuka, kang edi tersentak kaget akan apa yang ia lihat didepan nya.
"hah..!! Ibu..?!"
kang edi segera memeluk sang nenek yang tak lain adalah ibunya yang sudah tua renta. sang nenek yang terbengong tadi segera ingat bahwa ia masih punya anak yang sudah lama tidak pernah menjenguknya.
Ketika ia teringat wajah anak pertamanya itu, seketika itu juga pecah lah tangis sang ibu dan anak yang sudah lama tidak bertemu. tabib rajak hanya memandangi pertemuan anak dan ibu tersebut, ada rasa haru juga di dalam hatinya. tapi tidak ia tunjukan dalam sikapnya. bahkan sikapnya cenderung tenang dan sangat berwibawa, sesekali hidungnya mengendus bau tak sedap yang sedari tadi sudah tercium nya dari kejauhan.
Ketika kang edi dan ibu nya selesai melepas rindu, sang tabib segera bertanya kepada nenek sekaligus ibu kang edi.
"maaf nek, didalam ada apa ya..??? kok baunya seperti ini." ucap sang tabib bertanya dengan tenang kepada nenek itu. padahal dirinya sudah tahu apa yang terjadi didalam. tanpa pikir lama sang nenek berbicara kepada mereka berdua.
"masuklah nanti saya ceritakan apa yang sedang terjadi di dalam."
tabib Rajak dan kang edi pun memasuki gubuk tersebut. lalu sang nenek menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
klik..!! klik..!!
mereka masuk ke dalam gubuk yang ruangan nya remang-remang. karena hanya diterangi lampu minyak disetiap sudut ruangan. ruangan gubuk reot itu tidak terlalu gelap dan tidak terlalu sempit karena ada beberapa kamar didalam nya.
Sesosok anak kecil berumur sepuluh tahun sedang tertidur lelapnya diatas dipan tertutupi selimut. selimut kain tebal itu menutupi bagian dada sampai kaki anak itu. bocah itu seperti nya tak mempedulikan bau menyengat yang ada di dalam gubuk itu. ia cenderung menghiraukan bau tak sedap yang menyengat didalam ruangan tersebut.
Kang edi yang dari tadi tidak mencium apa-apa, kini mulai menutup hidungnya dan sedikit mual. lalu sang nenek memberikan minyak kayu putih kepada kang edi untuk dioleskan disekitar hidung dengan bertujuan agar meringankan bau tak sedap diruangan gubuk itu.
Tabib itu ditawari minyak kayu putih juga oleh sang nenek. tetapi ia menolak ketika ditawari memakai minyak tersebut.
lalu kang edi mulai berbicara kepada sang ibu yang bernama nenek Iroh.
"ibu. maaf sebelumnya, edi baru sekarang menjenguk ibu. karena edi terlalu sibuk dengan pekerjaan edi dikota."
"tidak apa-apa nak, ibu sudah memaklumi hal tersebut." ucap sang nenek memaklumi anaknya yang sudah berkeluarga dan bekerja di kota.
"kalau saya boleh tahu nek." ucap mbah rajak bertanya kepada nenek iroh. lanjutnya lagi,
"lalu, ini anak siapa yang tertidur pulas..??"
"namanya riko. anak adik saya mbah, dia anak tunggal."
jawab kang edi yang segera sadar dan mengenali bocah yang tertidur pulas tanpa terganggu kehadiran mereka disitu. mbah Rajak hanya manggut-manggut memahami ucapan kang edi.
Lalu terdengar suara nenek iroh berkata kepada anak nya.
"ini siapa nak, kamu membawa seorang tabib untuk mengobati sakit adikmu kan ??" tanya sang nenek.
"iya ibu. saya datang kemari karena mendengar kabar dari sugeng anak ibu romlah yang sekarang bekerja bersama saya itu, katanya rendi dan istrinya sakit parah. saya hanya mendengar dari sugeng katanya dokter, dukun dan tabib pun tidak ada yang bisa menyembuhkan penyakit yang diderita rendi dan istrinya. apakah itu benar ibu..??" tanya kang edi penasaran.
"Iya nak, memang itu semua sudah dilakukan namun tidak ada yang bisa berhasil mengobati. padahal biaya sudah keluar banyak. mobil, tanah kebun, sawah, serta perhiasan sudah habis dijual demi biaya pengobatan. namun semua itu tidak membuahkan hasil nak. justru penduduk malah mengecam dan mengusir kami agar menjauh dari rumah penduduk di desa itu. alasan mereka seperti itu karena mereka tidak tahan mencium bau busuk ini." ucap sang nenek sembari menitikan air mata mengingat kejadian yang sudah terjadi.
Terdengar suara berwibawa dari mbah rajak.
"Ini sebenarnya Penyakit Kiriman nek.."
celetuk tabib jalak putih. lalu lanjutnya lagi.
"tidak sembarangan orang bisa mengobati penyakit seperti ini." ucap sang tabib kepada nenek Iroh dan kang edi. lanjutnya lagi,
"saya melihat energi negatif dan aura gaib yang sangat kuat memancar dari belakang gubuk ini ke suatu tempat yang lumayan jauh. sepertinya ada orang yang tidak suka atau iri kepada keluarga nenek." ucap sang tabib tegas tanpa menghiraukan kedua orang yang memandanginya dengan heran sedari tadi.
Pikiran dan pandangan mbah Rajak seakan meneropong jauh memakai mata batin nya. mata sang tabib hanya memandang lurus tajam tanpa berkedip seakan sedang menembus dinding bilik gubuk yang sudah rapuh karena sudah termakan usia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
By
oy
2023-03-01
0