Eros Love

Eros Love

Pernikahan

"Keyla Xandria Rumasya, aku mengambil engkau menjadi seorang istriku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus"

"Abian Xerxes Vangelis, aku mengambil engkau menjadi seorang suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus"

Kalimat itu, adalah awal dari perjalanan hidup mereka yang baru. Tentang suka dan duka, tangis dan tawa, perjuangan dan perhentian sang hati berlabuh.

Kalimat itu adalah awal dari semua hal yang tak pernah dibayangkan oleh kedua insan.

Tentang Abian yang dinginnya melebihi kutub utara.

Dan tentang Keyla yang terlalu manja bagi Abian.

Tentang cinta yang harus di perjuangkan.

Tentang berkat yang tak boleh disia-siakan.

Tentang senyum yang terbit.

Tentang air mata yang luruh.

. . .

Abian meletakkan kopernya di dalam kamarnya. Ia kemudian merebahkan dirinya di atas kasur, masih dalam balutan tuxedo. Hanya dari hitam yang melingkar di kerah bajunya ia longgarkan.

Telinganya mendengar suara langkah kaki kecil.yang menuju ke arahnya. Ahh, pasti istrinya. Ia mengintip yang dilakukan gadis itu dari lipatan tangan yang sedari tadi bertengger di wajahnya.

Keyla, perempuan yang sudah mengganti gaun menikahnya dengan gaun lilac sebatas lutut--terlihat melihat ke sekeliling kamar.

Apartemen Abian cukup bagus.

"Jangan berharap apa-apa dari gue." Ucapan dari Abian membuat Keyla menatap pada lelaki yang perlahan membuka dua kacung atas kemeja putihnya.

"Gue gak suka lo."

Keyla diam mendengar hal itu, jelas Abian tak menyukainya. Pernikahan ini saja terlalu mendadak bagi mereka berdua. "Kita tidur satu kamar ya?" Tanya Keyla yang menatap kasur dengan sprei abu-abu yang tengah dibaringi oleh suaminya.

"Terserah lo mau tidur dimana, yang pasti gue di sini." Ucap Abian tak peduli. Ia terlalu pusing memikirkan hal ini, konyol sekali.

"Terus gue tidur dimana?" Tanya perempuan itu.

Terdengar decakan kesal dari bibir Abian, "Menurut lo?" Ketusnya.

"Di situ." Menunjuk kasur yang ditempati oleh Abian.

Lelaki itu memutar bola matanya malas, "Terserah."

"Tapi Abian--"

"Jangan berisik." Ketus Abian. Keyla, perempuan itu bak ayam di pagi hari yang terlalu banyak suara. Menyebalkan.

Keyla menundukkan kepalanya merasa bersalah terhadap suaminya itu, "Maaf." Keyla kemudian menarik kopernya menuju lemari baju miliknya. Saat ia melihat koper Abian, perempuan itu berinisiatif untuk menyusun barang di dalamnya juga.

"Jangan sentuh barang gue." Lontar Abian yang sempat melihat apa yang perempuan itu lakukan.

"Tapi biar gue susun." Tawar Keyla dengan nada lembutnya.

"Gak perlu."

Keyla tersenyum hambar, ia merasa tak mampu menghadapi sikap Abian. Ia tak biasa. "Ya udah, gue bikin makan malam dulu ya?" Ucap perempuan itu, mungkin suaminya lapar makanya marah-marah.

Saat Keyla hendak pergi, sebuah ucapan dingin membuat tubuhnya meremang, ia tak nyaman, "Lo harus sadar diri, ini rumah gue dan berarti lo harus nurut apa kata gue. Suka atau gak suka" Ucap Abian dengan nada datarnya, lelaki itu kemudian bangkit berdiri dan melangkah melewati tubuh Keyla. Ia masuk ke kamar mandi.

. . .

Keyla melepaskan celemeknya setelah ia usai memasak. Perempuan itu menatap ke arah tempat tidurnya dengan Abian. Pernikahan ini terlalu cepat untuk dirinya, apalagi dengan Abian, ia sama sekali tak mengenal lelaki itu. Ia hanya dipertemukan sebulan yang lalu untuk menghadiri makan malam yang ternyata adalah perencanaan pernikahan dirinya dengan Abian.

Bahkan Keyla ingat ekspresi lelaki itu saat di meja makan. Ia sangat terlihat tak nyaman. Lelaki itu bahkan enggan untuk bertukar tatap dengan dirinya. Dan hari ini mereka telah menjadi suami-istri bahkan di saat mereka masih menginjakkan kaki di bangku kelas dua belas.

Perempuan dengan rambut panjang yang ia ikat bak ekor kuda itu berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menuju kamar untuk memanggil Abian untuk makan malam.

"Abian--maaf gue gak tahu kalau lo lagi ganti baju." Peremouan dengan dress lilac itu lantas membalikkan badannya saat matanya melihat tubuh Abian yang hanya mengenakan celana sebatas lutut tanpa baju.

Abian menatap dingin pada Keyla yang membelakangi dirinya, "Keluar." Ucapnya dengan begitu dingin.

"Maaf Abian." Imbuh perempuan itu lalu berlalu pergi.

Maaf.

Ia benar-benar mengatakan hal itu.

Menurutlah pada suami, itu yang diucapkan oleh sang ibu padanya sebelum pemberkatan nikah di gereja.

. . .

Abian dengan seragam SMA-nya, menuju ke arah meja makan. Dimana sudah terdapat istrinya yang duduk sembari menuangkan air mineral ke dalam cangkir. Perempuan itu sudah berbalutkan seragam SMA barunya, rambut nya ia kuncir hingga memperlihatkan betapa jenjangnya leher Keyla.

Menyadari kedatangan Abian, perempuan itu lantas menyiapkan nasi goreng buatannya disertai telur setengah matang, "Sarapannya Abian." Ucap Keyla, menyambut lelaki itu bahkan ia menampilkan senyumnya.

"Hm." Abian menatap menu sarapan pagi ini, telur setengah matang. Ia menyukainya. Lelaki itu lalu menyantap makanannya dalam diam, ia tak berbicara sepatah katapun.

"Gue pesan ojek online aja ya?" Tanya Keyla saat suaminya sudah selesai makan.

Abian meletakkan cangkirnya lalu memakai ras ransel di pundaknya, "Terserah, bukan urusan gue." Ucapnya sama sekali tak peduli dengan perkataan orang asing yang memaksa masuk ke hidupnya.

"Kalau bareng lo boleh?" Tanya Keyla dengan hati-hati.

Abian bangkit dari duduknya, lalu melangkah pergi meninggalkan sang istri sendirian, "Gue duluan." Ucapnya singkat. Mengatakan secara rak langsung jika Keyla tak boleh berangkat bersamanya ke sekolah.

"Abian, gue kan baru pindah gue gak tahu--"

"Tanya aja ke orang yang lo temui. Tanya letak kantor." Potong Abian langsung.

"Tapi Abian--"

Langkah Abian terhenti, ia lalu menghembuskan nafasnya pelan, "Anggap kita gak pernah kenal, jangan ajak gue ngomong di sekolah." Ucapnya dengan dingin, membuat Keyla yang tengah meletakkan piring kotor mereka mencengkeram kuat pinggiran wastapel. "...apapun alasannya." Sambung lelaki itu sebelum benar-benar pergi dari situ.

Sekolah...

Keyla, gadis cantik namun bertubuh mungil itu terlihat bingung berdiri di koridor sekolah sebab tak tahu letak kantor guru berada.

"Maaf, boleh gue nanya gak?" Keyla mencegat langkah kaki seorang lelaki yang tengah membawa buku bacaan itu.

Lelaki itu menatap pada perempuan yang terlihat asing di matanya, "Kenapa ya?" Tanyanya dengan santun. Semua orang itu harus diladeni dengan baik.

"Kantor guru dimana ya?" Tanya Keyla dengan mata yang menatap wajah lelaki itu. Tampan. Tapi pesona suaminya tak bisa disandingkan.

Mendengar pertanyaan dari mulut Keyla, bisa ia simpulkan jika perempuan itu adalah baru di sekolahnya, "Lo anak baru?" Memastikan kesimpulannya benar atau tidak.

"I-iya."

"Ya udah gue antar, sekalian gue mau ke sana."

"Makasih."

"Gak masalah."

"Kenalin gue Rama, ketua OSIS di sini." Sembari melangkahkan kakinya, lelaki itu mengenalkan diri dan jabatannya kepada sang anggota keluarga baru di Smansa Taruna.

"Keyla." Membalas singkat.

"Kelas berapa lo?" Tanya Rama pada Keyla sekedar basa-basi semata untuk mengusir kecanggungan.

"Dua belas."

"Oh sama dong, gue di IPS tiga." Keyla menganggukkan kepalanya paham, Rama kemudian menatap pada perempuan yang sebatas dadanya itu. Kenapa cewek cantik kebanyakan pendek? "Kalau lo?" Tanya Rama.

"Emm, gue masuk di IPA dua." Ucapnya sembari menatap wajah Rama dari samping.

Kelas XII IPA 2...

Keyla kini berdiri di depan semua siswa sebagai wujub perkenalan dirinya sebagai anak baru, ia menerbitkan senyumnya yang manis pada teman sekelasnya itu. "Hai perkenalkan saya Keyla Xandria Rumasya pindahan dari Bandung" Ucapnya dengan ria.

Beberapa orang berbisik-bisik tentang kehadiran anak baru itu. Membuat Keyla canggung sendiri berdiri di depan, ini tak ada yang menyapa balik padanya?

"Baik Keyla, kamu silakan duduk di tempat yang kosong di sana ya?"

Keyla menatap sebuah bangku kosong yang ada di baris belakang di dekat jendela.

"Iya Bu."

Ia melangkahkan pantofel hitamnya menuju bangku tersebut, mendudukan diri dan mendengarkan penjelasan guru dengan tak terlalu seksama.

Istirahat pertama....

Keyla malas berteman dengan orang baru, ia dengan halus menolak ajakan para perempuan di kelasnya untuk ke kantin bersama, ia memilih pergi sendiri dan duduk di meja sendirian. "Lo anak baru di kelas dua belas IPA dua kan?" Suara bariton itu membuat Keyla mengalihkan pandangannya. Seorang lelaki dengan seenaknya mengambil tempat duduk di samping Keyla yang tengah menikmati semangkuk soto.

Keyla melirik lelaki itu, ia lalu mengambil tisu dan membersihkan sudut bibirnya dari kuah soto, "Kenapa emang, mau kenalan?" Tanyanya tanpa menatap lelaki dengan rambut yang cukup panjang untuk ia ikat..

Abian yang menyadari keberadaan Keyla di kantin. Abian sendiri duduk bersama teman-temannya, Tuh cewek ngapain sih? Batinnya melihat Keyla berbincang dengan Reynan, lelaki yang suka berbuat onar di Smansa Taruna

"Emang boleh?" Memamerkan lesung pipinya pada Keyla.

"Nggak." Keyla meneguk es cendol miliknya dengan santai.

Reynan terkekeh entah mengapa, ia lalu menyodorkan telapak tangannya pada Keyla, "Kenalin gue Reynan"

"Keyla." Menjawab tanpa membalas jabatan tangan itu.

"Lo cantik." Puji Reynan dengan maksud agar Keyla meresponnya.

"Gue tahu."

"Boleh minta nomor lo gak?" Bertanya dengan modus baru.

Keyla menghembuskan nafasnya pelan, ia menatap pada lelaki dengan pakaian yang terkapar dari celananya sendiri, "Nggak, nomor gue itu gak bisa dikasih ke sembarangan orang." Ia lalu bangkit berdiri sembari memegang ponselnya.

"Gue permisi, Reynan."

Keyla.

Perempuan yang memiliki banyak topeng di setiap situasi yang berbeda itu melangkah pergi. Meninggalkan kantin dengan langkah anggunnya.

"Sorry sorry." Terlalu anggun tak berarti jika tak ada kecelakaan yang terjadi. Ia tak sengaja menabrak bahu seorang laki-laki.

"Nggak apa-apa." Imbuh lelaki itu, ia menatap pada Keyla. "Anak baru yang tadi pagi kan?"

Keyla mengangguk, "Rama kan?"

"Ingat lo nama gue?" Terkekeh pelan membuat Keyla mengernyitkan dahinya.

"Baru tadi pagi juga kenalan masa lupa." Ucapnya. Apa yang lucu memang?

"Iya sih, lo Keyla kan?"

"Iya."

Di arah yang berlawanan dengan Rama, seorang laki-laki dengan sorot mata dinginnya menatap lurus. "Um, Bian sini lo." Panggil Rama pada sahabatnya yang satu itu.

Abian menaikkan sebelah alisnya lalu menghampiri Rama, "Hm?" Berdiri di samping Keyla yang hanya sebatas dadanya.

"Anak baru IPA dua nih."

Abian menatap pada Keyla yang mendongak padanya, ia lalu menatap pada Rama. Ia berprilaku seolah tak mengenal Keyla yang sebenarnya adalah istrinya sendiri, "Terus urusannya sama gue apa?" Tanyanya dengan dingin.

Keyla membuang muka. Ia tahu jika ia tak dibolehkan berinteraksi dengan Abian di luar rumah. Bahkan di rumah pun ia jarang berbincang.

"Gak mau kenalan lo?" Tanya Rama sembari tersenyum. Rama itu murah senyum, tak seperti Abian yang mesti dibayar dulu senyumnya.

"Gak." Ketus Abian singkat.

Rama melirik pada Keyla yang memasang wajah datar, ia lalu tertawa canggung, "Ahaha Key, maklumi ya emang gini Abian kalau baru ketemu sama orang." Ucapnya.

"Iya, nggak apa-apa kok Ram. Gue ke kelas duluan ya?" Keyla tak ingin berlama-lama di samping Abian. Suaminya itu memilik hawa yang mengerikan.

"Yoi." Rama dan Abian menatap punggung Keyla yang semakin menjauh. Senyum Rama terbit lebih lebar.

"Manis bet sih tuh cewek." Gumamnya yang terdengar oleh Abian.

Lelaki yang memiliki badan yang lebuh tinggi dari pada Rama memutar bola matanya malas, "Gue ke lapangan basket Ram."

"Oh iya." Mengangguk saja tanpa menatap kepergian Abian, ia masih fokus pada pikirannya dengan Keyla sang murid baru yang begitu sejuk dipandang. Laku ia tersadar satu hal, "...mampus, gue lupa minta nomornya pula"

Terpopuler

Comments

Siti Dewi Mutmainah

Siti Dewi Mutmainah

inj cerita nya anak,,SMA dah nikah ya

2022-11-21

0

Ely Jung

Ely Jung

hihi suka sama ceritanya 😍

2022-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!