Chat dari Rama

"Sarapannya Abian" Keyla meletakkan dua piring nasi di meja makan.

Abian mengamati dua menu yang dibuat oleh istrinya itu, seporsi ayam kecap dan juga kangkung yang ditumis. Tak banyak bicara, Abian menarik kursi dan menyantap sarapannya itu.

Sebenarnya, lelaki itu tak biasa dengan sarapan di rumah. Bisa dikatakan ia tak pernah memakan makanan di pagi hari. Bahkan saat jam menunjukkan kurang dari pukul tujuh. Tapi Keyla, perempuan itu terbiasa dengan sarapan sehingga membuat Abian mengambil keputusan untuk menemaninya. Lagipun, masakannya tak seburuk yang Abian bayangkan.

Abian menyelesaikan sarapannya lalu meneguk air minum yang Keyla tuangkan padanya. Saat lelaki itu mengambil tasnya Keyla menatap lelaki itu dengan matanya nan cokelat, "A-Abian, gue boleh nebeng lo gak?" Ucapnya sedikit takut mendapat penolakan.

"Lagi buru-buru, gue duluan" Acuh lelaki itu sembari melangkah pergi dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

"Abian..." Menatap sang suami dengan sendu.

Langkah Abian terhenti, ia sedikit menoleh pada Keyla yang menatap padanya, "Masih kayak kemaren, anggap kita gak saling kenal di sekolah" Ucapnya dingin lalu pergi dari pandangan Keyla.

. . .

Keyla berlari kecil di koridor Smansa Taruna sebab bel sebentar lagi akan berbunyi. Tapi tetap saja ada yang menghalangi rencananya, ia tak sengaja menabrak bahu seseorang. Keseimbangannya saat itu tak baik sebab terlalu fokus pada langkah kakinya sehingga Keyla jatuh menyentuh lantai.

"Nggak apa-apa?" Seorang lelaki mengulurkan tangannya pada Keyla. Rama. Lelaki itu memamerkan senyumnya pada Keyla.

Keyla mendongakkan kepalanya dan bersitatap dengan ketua OSIS itu, menerima uluran tangan Rama dan bangkit berdiri, "Baik kok" Ucapnya sembari membersihkan rok miliknya.

"Oke" Mengangguk saja, kemudian pandangannya teralihkan pada lengan Keyla yang di plester. "Em, tangan lo kenapa?" Tanyanya ingin tahu.

Keyla menatap lengannya yang kena notice dati Rama, "Cuma habis keserempet aja semalam" Ucapnya berusaha bersikap tenang.

Terlihat jelas Rama khawatir dengan perempuan itu, "Tuh kan, gue udah bilang kan bareng gue aja berangkatnya" Ucapnya cemas.

"Nggak enak abisnya, orang kita baru kenal"

"Yaelah nggak apa-apa kali, santai aja sama gue"

"Haha iya-iya, gue ke kelas ya" Keyla lekas melangkahkan kakinya sebab mengejar waktu.

"Keyla" Rama kembali memanggil dan menunda langkah kaki kecil Keyla.

"Ya?" Menoleh pada lelaki itu dengan matanya nan cokelat.

"Ntar kantin bareng yuk"

"Boleh"

"Yess"

"Kenapa?" Suara itu menyentakkan Rama yang tengah kegirangan sebab ajakannya diterima oleh Keyla. Abian lelaki itu menatap heran pada sang sahabat sebab terlihat sangat antusias entah karena apa.

Rama masih tersenyum saat ia menoleh terhadap sahabatnya Abian, lelaki itu lantas merangkul bahu Abiandan mengajaknya ke kelas. "Gak apa-apa, kelas yuk" Ucapnya masih tersenyum.

"Gue keknya bakal nge-chrush in Keyla deh" Ucap Rama di tengah langkah mereka yang menaiki anak tangga untuk menuju lantai dua tempat kelas mereka berada.

Langkah Abian terhenti.

"Manis banget dia" Ucap Rama yang ikut menghentikan langkahnya.

Abian yang sudah berwajah datar kini mulai mengeluarkan auranya yang dingin, ia menatap tajam pada lelaki di hadapannya itu. "Gue saranin jangan" Ucapnya datar.

Menaikkan sebelah alisnya tak paham, "Napa?"

Abian sadar tatapannya terlalu berlebihan, ia membuang pandangannya ke arah lain, "Sakit hati baru tahu rasa lo" Imbuhnya pelan.

"Gak bakal kali" Rama terkekeh pelan. Ia mengira Abian mengkhawatirkan dirinya.

"Terserah lo" Ucap Abian, ia lalu menatap sang sahabat yang sifatnya lebih baik dari dirinya sendiri.

Dia punya gue, Rama. Cuma untuk gue.

. . .

Bel istirahat baru saja berbunyi, sekelompok besar manusia keluar dari dalam kelas dan kebanyakan menuju ke satu tempat yang sama, kantin sekolah. Tempat dimana para warga sekolah melepas haus dan lapar hingga membuat dompet menipis sebab keinginan lambung yang tak tak malu.

"Keyla, gue liat cincin lo dong" Keyla yang hendak pergi ke kantin diberhentikan oleh Nayra yang datang dengan senyum manis namun minim akhlak sebab langsung menarik cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Eh jangan, itu--"

"Elah pinjem doang, kagak bakal ilang" Ucapnya sembari pamer ginsulnya. Terlihat Nayra terpesona dengan cincin milik Keyla, "Bagus cincinnya, beli mana?" Tanyanya sembari mengembalikan cincin itu pada Keyla.

"Hadiah ini" Dusta Keyla sembari memasangkan kembali cincinnya di jari manisnya.

"Kek cincin couple, dah punya cowok ya?" Tanya Nayra dengan tatapan menggoda pada Keyla

Keyla hanya tersenyum.

"Gue ke kantin dulu ya"

"Eh bareng aja Key" Nayra berucap.

"Gak bisa, gue ada janji" Keyla menolaknya lalu pergi keluar kelas, takut Rama terlalu lama menunggunya.

"Oh oke" Tersenyum tipis menyaksikan punggung Keyla yang semakin jauh.

"Keyla" Melihat Keyla yang usai memesan pesanannya lantas Rama memanggil perempuan itu. Keyla tersenyum tipis, lalu melangkah menghampiri Rama.

Saat jarak semakin dekat, Rama menolehkan kepalanya pada Abian yang terlihat santai menyantap siomay miliknya. "Yan, lo pindah gih" Bisiknya pada sang sahabat.

Abian menolehkan kepalanya pada Rama lalu pada Keyla yang duduk dengan canggung di hadapannya, "Cuek aja kali" Imbuh lelaki itu lalu fokus pada makanannya.

Rama berusaha bersikap profesional, ia mengajak Keyla berbincang ringan dan dibalas dengan santai oleh Keyla juga.

Lain dengan Abian yang melirik Keyla dengan tatapan tajamnya. Sungguh itu membuat Keyla merinding saat bersitatap dengan suaminya sendiri. Ia tak nyaman.

Abian kenapa?

Lekas-lekas Keyla menghabiskan batagornya sebab ia merasa diusir oleh tatapan sang suami. "Em, Rama gue duluan ya? Ada pelajaran biologi habis ini" Ucapnya yang baru saja meneguk teh es miliknya mau pergi dengan buru-buru dari situ.

"E-eh iya" Menatap canggung pada punggung Keyla yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Perasaan sepuluh menit lagi deh baru bel bunyi" Gumam Rama sembari menatap jam tangannya.

"Kagak betah kali liat muka lo" Ucap Abian yang sudah mengganti mimik wajahnya menjadi datar kembali.

Rama menatap sebal pada sang sahabat, ia mendorong bahu kekar lelaki itu, "Sialan lo Yan. Paling juga gegara lo"

"Nggak ngerasa" Ucapnya dengan tenang, perlahan bibirnya naik mengukir senyum miring.

Malam....

Usai makan malam, Abian menghampiri Keyla yang tengah mencuci piring sendirian. Ia membuka kulkas yang ada di dekat perempuan itu, dan mengambil sebuah apel, "Jangan dekat-dekat sama Rama" Ucapnya yang membuat Keyla mengernyitkan dahinya mendengar pernyataan itu.

"Hm? Emang kenapa?" Tanyanya tak paham.

"Menurut lo?"

Keyla terkekeh kecol ia mengeringkan tangannya menggunakan tisu, "Abian nggak jelas banget sih, kalau gue tahu--"

"Karena lo istri gue, apa kata orang kalau cewek yang sudah bersuami dekat ama cowok lain?" Keyla bungkam mendengar kalimat panjang dari mulut lelaki itu.

"Tapi kan nggak ada yang tahu kita udah nikah" Membela diri.

Abian melangkah mendekati Keyla dari berdiri sangat dekat dari Keyla, ia menatap perempuan yang tinggi badannya 145 cm, entah seperti apa keturunannya jika dilahirkan oleh Keyla, "Sadar diri dong kalau udah nikah" Cela Abian dengan aura yang semakin mengerikannya.

"Kalau gitu lo sadar dong kalau gue juga harus dipublish!" Keyla tak suka dipojokkan, ia mendorong dada bidang Abian yang berakhir sia-sia sebab lelaki itu sama sekali tak bergeming.

"Nggak perlu lo publish, cukup jangan jadiin gue orang asing. Gue juga bisa muak" Ucapnya lelah dengan mata yang berkaca-kaca lalu pergi dari situ. Ia takut dengan Abian yang menatapnya tajam.

. . .

Abian tertegun melihat Keyla yang tengkurap di atas kasur dengan suara isakan. Ia menghembuskan nafasnya pelan lalu melangkah menuju pere kian yang mengenakan piyama dress dengan warna hitam itu. "Buat lo." Meletakkan secangkir air putih di atas nakas, "...gue taruh di sini."

Lelaki itu kemudian menuju lemari baju miliknya dan mengambil jaketnya.

"Gue mau keluar. Tidur duluan." Ucapnya tanpa menatap pada Keyla yang mendengar hal itu lantas bangun dan mulai merengek.

"Lo tahu kan gue masih belum bisa tidur sendiri di sini, hiks." Mengusap pipinya yang kembali dibanjiri air mata.

Abian memejamkan matanya untuk merendam emosinya selama ini, "Udah jadi rumah lo." Ucapnya dengan tak santai.

"Tetap aja Abian! Gue masih belum betah, hiks." Isakan yang menjengkelkan bagi telinga Abian.

Lelaki itu kembali melepaskan jaketnya dan mendekati Keyla.

"Ya udah tidur buru." Duduk sembari bersandar di atas kasur king size miliknya.

"Hiks."

"Gue nggak suka cewek manja."

"Hiks"

"Udah sini tidur" Tak tahu dapat ide darimana, Abian mengelus kepala Keyla. Berharap perempuan itu lekas terlelap dalam tidurnya.

"Udah gosok gigi belum?" Tanya Abian.

Keyla mengangguk.

"Lengan lo udah diobati?"

Kembali mengangguk.

"Sekarang tidur, gue mau keluar." Menutup mata Keyla yang sedari tadi menatap padanya.

Mengerucutkan bibirnya.

"Tidur cepat." Menajamkan matanya yang menatap pada Keyla.

Keyla mulai memejamkan matanya, menikmati sensasi usapan kaku Abian pada kepalanya, "Besok di sekolah kita bisa nggak jadi orang asing gak, Bi?" Bertanya.

"Gak bisa." Ketus.

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa."

"Kalau gue deketin lo boleh?" Abian menolehkan kepalanya pada Keyla yang berucap begitu berani padanya, "...gue nggak butuh persetujuan lo, ini keputusan sepihak." Ucap Keyla lalu memejamkan matanya agar tak tenggelam pada tatapan Abian yang terasa menginterogasi dirinya.

. . .

"Ngaret" Cetus Akiel pada Abian yang baru sampai ke tongkrongan mereka.

"Hm" Mendudukan dirinya di samping Rama.

"Rokok?" Tawar Keenan pada Abian yang sudah berbaik ponsel.

Abian menoleh pada Keenan dan mengambil sebilah dan menghidupkannya, "Thanks" Papar Abian yang dibalas anggukan oleh Keenan.

Keenan dan Akiel menceritakan pada Abian jika Rama tengah berencana mendekati adik kelas dengan nama Keyla. Sungguh membuat emosi Abian naik.

"Terus udah dapet belum nomornya?" Abian menoleh pada Akiel yang berucap sembari menatap pada Rama yang sedari tadi tersenyum sendiri.

"Udah" Bangga Rama.

Abian menatap tajam pada Rama, "Dapat darimana lo?!" Semua menoleh pada Abian yang mengusapnya dengan tidak santai.

"Dari teman sekelasnya" Jawab Rama, ia menatap heran pada Abian, "...kenapa emang?"

Abian berdehem. Enggan membalas pertanyaan Rama itu.

"Terus udah lo chat?" Tanya Akiel penasaran.

"Baru aja sih, tapi belum dibaca" Ucap Rama sehabis mengecek ponselnya.

"Gue balik duluan ya" Abian bangkit dari duduknya. Menginjak puntung rokok yang belum habis ia nikmati nikotinnya.

"Lho Yan? Lo baru nyampe" Cegat Keenan heran.

"Yaelah kek nggak tahu Abian aja lo pada" Ucap Rama. Ya, ini bukan pertama kalinya Abian yang baru sampai kembali pulang dengan durasi yang dekat.

Abian tak peduli. Ia menaiki motornya dan melesat pergi. Pulang ke apartemen.

. . .

Abian masuk ke dalam kamarnya, mendapati Keyla yang masih terlelap dalam tidurnya sama seperti saat ia tinggalkan empat puluh lima menit yang lalu. Ia kemudian menatap pada ponsel sang istri yang dicharge, menghidupkannya. Cukup terkesan sebab ponsel itu tak diberi kata sandi apapun.

Abian menemukan chat dari nomor yang tak dikenal pada notifikasi whatssap Keyla yang ia tahu itu adalah nomor Rama sahabatnya.

Ia lekas menghapus chat tersebut dari room chat Keyla dan kembali mematikannya. Ia juga mencabut charge hp itu yang sudah mencapai sembilan puluh tujuh persen. Tak baik meninggalkannya semalaman.

Selesai dengan urusan ponsel Keyla, Abian keluar dari kamar tidur menuju kamar mandinya untuk mencuci kaki dan wajahnya, baru ia masuk ke dalam kamar dan naik ke atas ranjang.

Merasakan ada pergerakan di tempat tidur, membuat lelapnya Keyla buyar, perempuan itu membuka matanya dan mendapati tubuh Abian ada di sampingnya sama seperti saat ia hendak tidur tadi, "Abian?" Keyla menatap Abian yang sedikit melirik padanya dalam posisi telentang, "...nggak jadi keluar?" Tanya perempuan itu yang tak tahu jika Abian baru saja dari luar.

"Gue ngantuk" Membalas singkat ia menarik guling di sampingnya dan hendak menaruhnya di tengah antara dirinya dan Keyla.

"Jangan..." Mencegah aksi lelaki itu sembari menunjuk lukanya.

Abian menatap dalam mata cokelat Keyla lalu kembali sadar, mengurungkan niatnya untuk menjadikan guling itu pembatas dan tidur membelakangi Keyla.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!