Gunting, Batu, Kertas

Satu bulan kemudian...

"Bian ini dasinya ketinggalan" Keyla dengan sebuah dasi terlihat menghampiri Abian yang tengah mengikat tali sepatu.

"Heem" Meraih dasi itu dan memasukkannya ke dalam tas tanpa mengenakannya.

"Boleh bareng?" Tanya Keyla saat Abian bangkit berdiri usai mengenakan sepatunya. Lelaki itu terlihat semakin tampan dengan rambut hitamnya yang lebih panjang dari sebelumnya.

Abian menatap lama pada Keyla, ia menghela nafasnya pelan, "Belum bisa, sorry" Ia tahu perlakuan Keyla terhadapnya baik tapi entah mengapa ia belum bisa membiarkan Keyla untuk masuk ke kehidupannya lebih dalam sampai saat ini.

"Kan buang-buang uang kalau pesan kendaraan terus, tapi kalau sama Abian kan lebih hemat" Berucap dengan halus dan sendu. Ia juga bosan jika hanya berbicara dengan sang suami hanya di apartemen. Bahkan saat ia bersama Andrea dan Olivia lalu tak sengaja berpapasan dengan Abian, lelaki itu bahkan tak menyapanya sama sekali.

"Sayangnya hubungan kita nggak boleh ada yang tahu" Sebenarnya ingin membiarkan Keyla masuk hanya hati masih ragu menerima yang baru.

"Ya bilang aja berangkat bareng" Sebal Keyla ia menatap ke arah lain, membuang muka daripada sang suami, "...kan satu apartemen" Sambungnya kemudian, lagipula sahabat Abian tahu jika mereka datu apartemen jadi bukan masalah besar kan?

"Lagian kenapa sih? Malu ya punya gue? Perasaan gue gak jelek-jelek amat" Berucap dengan nada suara yang terdengar semakin kesal. Ia menatap lagi pada lelaki yang ternyata sedari tadi terus menatap ke arahnya, "Capek tahu ngejar-ngejar Abian, Bian mah enak kalau gak suka tinggal bilang gak mikir perasaan gue" Berkeluh kesah lagi hingga membuat Abian menghembuskan nafasnya.

"Ya udah lo tinggal bilang apa mau lo" Apa tak masalah jika menarik perempuan itu masuk? Apa perempuan itu tahan?

"Gak bakal dituruti juga" Masih merajuk.

"Lo nggak nyoba"

"Apanya yang gak nyoba? Gue--"

"Gue udah pesanin taksi buat lo, kayaknya dah sampai. Sana gih ntar telat" Belum selesai Keyla berucap, Abian sudah memotongnya lebih dulu.

Keyla menatap heran pada lelaki itu, "Tumben" Imbuhnya sembari memperbaiki letak tas di pundaknya, "Bye Bian" Melambaikan tangannya sembari kaki membawanya pergi.

Meninggalkan Abian yang tengah memikirkan satu hal yang sedari tadi berkecamuk di pikirannya.

. . .

"Kak Andrea ya?" Seorang lelaki dengan hoodie hitam yang membalut seragam SMA-nya terlihat menghampiri Andrea yang tengah melangkah melewati lapangan Smansa Taruna.

"Hm?" Andrea menghentikan langkahnya dan menoleh pada lelaki itu. Terukir senyum manis dari bibir sang pria.

"Buat Kakak" Sebotol kopi disodorkan lelaki itu, Andrea menerimanya dengan senang hati sebab tak ada yang salah dengan hal itu.

"Thanks" Tutur sang primadona ramah.

Lelaki itu tersenyum sembari menganggukan kepalanya, "Iya Kak, ngomong-ngomong cardigan Kakak bagus" Memuji cardigan pastel milik sang kakak kelas yang terlihat cocok dipakai olehnya.

"Oh iya, ini kesukaan gue"

"Kakak suka warna pastel?" Iseng bertanya.

"Yap"

"Waw"

Obrolan ringan terjadi antar senior dan junior itu, Andrea memang tipe perempuan yang mudah akrab dengan seseorang.

"Aya" Suara itu memutuskan pembicaraan mereka, Andrea menoleh ke asal suara itu terlihat Rama tengah melangkah mendekati dirinya. Ia menghembuskan nafasnya gusar.

"Huh, makasih ya gue ke kelas dulu" Berterima kasih atas pemberian adik kelas itu lalu melangkah pergi ingin menghindar dari Rama yang ia tahu apa yang diinginkannya sebulan ini.

"Iya Kak" Berucap pelan menatap kepergian Andrea, lalu ia dilintasi oleh ketua OSIS Smansa Taruna.

"Aya" Mencekal lengan mungil itu agar Andrea menghentikan pergerakannya.

Andrwa menepis tangan Rama, menatap jengkel padanya, "Apa? Lo kalau mau supaya gue ngedeketin lo sama Keyla gue bakal langsung nolak" Menjadi sensitif sebab sebulan ini Rama terus membicarakan perempuan itu di samping telinganya.

"Emang kenapa sih?"

"Ya lo pikir aja sendiri" Gusarnya. Ia enggan. Sangat enggan membantu Rama untuk bisa memiliki hubungan dengan Keyla.

"Keyla, bareng ayo" Menemukan Keyla tengah melangkah menuju kelas, ia meninggalkan Rama seorang diri di lapangan Smansa Taruna.

Keyla menghentikan langkahnya sejenak menunggu kedatangan Andrea, ia menatap pada Rama yang ternyata menatap ke arah Andrea. "Lo sama Rama kenapa?" Tanya Keyla saat Andrea sudah ada di sampingnya.

"Tahu tuh ngeselin banget" Ketusnya. Ia lalu menatap pada Keyla yang lebih pendek daripada dirinya, "Lo suka Rama gak Key?" Bertanya.

Keyka menggelengkan kepalanya, "Gue suka temennya" Ya bukan sebuah rahasia lagi jika si anak baru Keyla menyukai Abian. Bahkan mungkin sudah banyak dari siswa Smansa Taruna yang tahu jika Keyla terus mencoba menerobos masuk ke dalam relung hati Abian selama satu bulan ini.

"Abian mulu otak lo, mau gak?" Menawarkan sebotol kopi yang mendapatkan dari adik kelas tadi.

"Gue gak terlalu suka kopi" Tolak Keyla secara halus.

"Ya udah"

Tatapan Keyla lalu terarah pada seorang lelaki yang tengah berada di deretan anak tangga bersama dengan dua sahabatnya, "Bian" Memanggil nama sang lelaki idaman.

"Gue ke situ dulu" Keyla berpamitan kepada Andrea lalu melangkah pergi menghampiri sang suami yang mesti ia hancurkan dinding esnya.

"Moga aja mental lo kuat, Key" Gumam Andrea. Sejauh ini memang belum nampak siapa yang pernah berhasil mendekati primadona itu. Ia terlalu sukar untuk digapai.

Keenan, Akiel, serta Abian menatap pada Keyla yang menuju ke arah merek, tak lupa dengan senyum manis yang merekah di bibir perempuan itu.

"Temenan ayo" Berucap setelah ia berdiri di hadapan Abian yang tengah menikmati sebotol cola.

Abian menatap pada Keyla datar, ia menutup botol airnya, "Gue bukan temen lo"

"Ya udah ayo pacaran" Berucap dengan antusias, "...di sekolah" Sambungnya dengan nada tak terlalu keras. Lagipula mereka sudah menikah dengan status yang lebih dari pacaran.

Keenan dan Akiel yang mendengar hal itu menjadi heboh, "Wahhh Yan, gue udah lama gak liat pemandangan gini" Akiel bertepuk tangan dengan sikapnya yang hiperbola.

"Bilang aja lo iri" Sindir Keenan pada lelaki itu

Abian memejamkan matanya sejenak mendengar pembicaraan kedua sahabatnya, "Mending masuk kelas deh kalian" Muaknya pada Keenan dan Akiel.

"Ups sorry" Akiel lalu menarik Keenan untuk pergi meninggalkan Abian dan Keyla berdua saja. Memberikan waktu untuk mereka berbicara.

"Kenapa diusir?" Tanya Keyla pada Abian yang mengubah posisinya dari duduk di anak tangga menjadi berdiri.

"Gue nggak ngusir" Ucapnya sembari memasukkan satu tangannya yang bebas ke dalam saku celana, "Gue ke kelas" Berbalik badan hendak pergi.

"Aaaa Bian" Merengek dengan suaranya yang kekanakkan, tangannya yang mungil memegang ujung baju Abian yang tak dimasukkan ke dalam celana.

"Hm?" Mengangkat sebelah alisnya pada sang istri mungil.

"Malam ini ayo jalan" Ajak Keyla yang berakhir di balas dengan gelengan oleh Abian.

"Ayo main gunting batu kertas, kalau gue menang kita jalan" Tetap ingin keluar bersama-sama untuk mengaburkan waktu bersama.

"Wahhh Yan, gila besar banget nyalinya" Abian dan Keyla dikejutkan oleh suara bariton itu. Keenan pelakunya. Ia dan Akiel kembali datang kepada mereka dan juga kini terlihat Rama juga ada di tempat.

"Jalan sama gue aja Key" Ucap Rama yang mendengar kalimat ajakan Keyla pada Abian.

Keyla menatap pada yang bertutur kata, ia menggeleng, "Kan gue mau pacaran sama Abian bukan sama lo" Menolak Rama secara tak langsung.

"Wahh sad boy" Ledek Akiel terhadap Rama yang terdiam.

"Ahahaha"

"Ayo" Menarik lengan Abian yang terus menatap ke arahnya sedari tadi dengan tatapan begitu dalam.

Abian masih terdiam sebelum ia menghembuskan nafasnya pelan lalu mengangguk setuju pada Keyla.

"Gunting batu kertas"

Keyla terdiam saat tangannya membentuk menyerupai guntingpada permainan itu harus dihadapkan dengan kepalan tangan Abian yang berarti batu.

"Gue menang" Ucap Abian dengan senyum miring yang tercetak di bibirnya.

Keyla menggeleng, tak terima dengan kekalahan yang ia dapatkan atas permainan yang ia ajukan pada Abian, "Nggak, dua kali" Menawar.

Setuju saja dengan Keyla. Abian kembali mengikuti permainan yang istrinya mainkan itu.

"Gue menang" Ucap Abian yang kembali memenangkan permainan itu.

"T-tiga kali deh, beneran" Bernegoisasi kembali. Sampai berapapun yang Keyla inginkan hanyalah kemenangannya agar bisa pergi keluar bersama Abian.

Abian menaikkan sebelah alisnya, ia lalu melirik pada tiga sahabatnya yang sedari tadi menonton mereka.

"Bian" Panggil Keyla yang membuat Abian mengalihkan perhatiannya terhadap gadis itu.

Abian menatap dalam pada istrinya yang terlihat sangat mendambakan hal itu. Mau tak mau ia harus mengiyakannya. Kembali memainkan permainan yang Keyla ajukan.

Pertama, Abian mengeluarkan kertas, Keyla mengeluarkan gunting.

Kedua, Abian mengeluarkan batu, Keyla mengeluarkan kertas.

Dan yang terakhir, Abian mengeluarkan kertas, Keyla mengeluarkan gunting.

"Yeyy menang, kita jalan ntar malam" Riang Keyla yang berhasil memenangkan permainan simpel tersebut. Ia sebenarnya terlihat menggemaskan.

Abian memasukkan tangannya ke dalam saku celana, "Gak bisa, gue sibuk" Ucapnya monoton dengan tatapan yang terus terarah pada sang gadis.

Keyla menghentikan perasaan riangnya, "Gak mau tahu, wlee" Menjulurkan lidahnya pada Abian lalu melangkah pergi dari situ.

Keempat lelaki itu menatap kepergian anak kelas dua belas IPA dua tersebut, Rama menatap pada Abian yang kemvali meneguk sodanya, "Yan, lo beneran bakal jalan?" Tanya Rama, di lubuk hatinya Rama berharap jika Abian menolak.

Abian menatap pada Rama yang baru saja berucap, "Ntah" Ucapnya sebelum berlalu pergi dari situ.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!