Mati Lampu

"Tehnya" Keyla meletakkan secangkir teh panas di atas meja, Abian memintanya membuatkan itu seusai makan malam tadi.

"Hm"

Keyla mendudukkan dirinya di samping Abian, melihat tontonan lelaki itu. Pertandingan basket. Hhh, Keyla saja benci berolahraga apalagi menonton seperti ini di televisi. Ia yang tadi membawa cemilan mulai membuka bungkusnya, dengan bersandar di lengan Abian ia menikmati makanan tersebut.

Abian risih dengan ini, ia menggoyangkan lengannya, "Huh, minggir" Tidak Abian.

"Gak mau" Menjawab dengan santai.

"Keyla" Memanggil dengan nada yang naik satu oktaf.

Keyla menelan makanannya, ia melirik pada Abian yang tetap fokus pada tontonannya, "Apa sih marah-marah mulu?" Cibir Keyla yang tak mengubah posisinya sama sekali.

Deringan ponsel Keyla di atas meja menghentikan perdebatan mereka, Keyla menatap pada ponselnya begitu juga dengan Abian yang penasaran siapa yang menelpon.

Rama.

Lantas Abian langsung membuang muka, seolah ia tak menyukai itu.

Keyla meraih ponselnya, ia mengernyit bingung, "Ngapain Rama nelpon?" Bermonolog.

"Gak usah diangkat bisa gak sih?" Ketus Abian yang jelas-jelas tak suka dengan itu.

"Lha kan dia nelpon, gak sopan dong kalau gak diangkat" Sahut Keyla.

Abian menatap pada Keya yang masih bersandar di lengannya, tangannya yang bebas merebut ponsel Keyla, "Ngebantah?" Ia mematikan panggilan telepon tersebut, dan meletakkannya kembali di atas meja.

Keyla berdiri tegak, ia menatap pada Abian yang memilih untuk meminum teh yang sudah menghangat.

Tiba-tiba lampu yang menerangi keadaan di sekitar padam, membuat penglihatan mereka hitam. "Kyaaaa" Keyla yang takut akan kegelapan refleks merapatkan tubuh pada sang suami yang masih memegang cangkir teh.

Abian yang masih dalam posisi meneguk teh buatan Keyla akhirnya terkena tumpahan teh tersebut, "Ck" Berdecak sebal karena pakaiannya basah di bagian bahu hingga dada atas. Ia mengambil handphone miliknya dan menyalakan senter, menatap tajam pada Keyla yang masih memeluk tubuhnya.

Ia menyingkirkan tubuh Keyla lalu melangkah menuju lemari kecil yang ada di samping televisi untuk mengambil lilin dan juga korek api, lalu menghidupkannya sebagai alat penerangan bagi mereka berdua.

"Tunggu di sini" Ucap lelaki itu yang bertanda jika ia akan meninggalkan Keyla seorang diri.

"Abian ikuut" Keyla lantas bangkit berdiri dan memegang ujung kaos lelaki itu.

Abian menghembuskan nafasnya pelan, "Jauh-jauh sana" Usirnya.

"Tapi--"

Abian membalikkan badannya dan menatap pada Keyla yang menundukkan kepalanya sembari bermain dengan ujung kaos lelaki itu, "Bantah terus"

"Nggak mau sendiri Ian, takuuut" Merengek bak anak kecil.

"Mental kerupuk lo, udahlah lo tunggu di sini, jaga lilin" Menunjuk lilin putih yang masih setia dengan nyala apinya.

"Emang lo mau ngepet?" Tutur Keyla yang membuat Abian sebal.

"Diem di sini, jangan kemana-mana"

"Gak mau Ian, ik--kyaaa" Perempuan itu merapatkan tubuhnya saat angin berhembus melalui ventilasi dan menyebabkan api di sumbu lilin menjadi padam.

Abian menghembuskan nafasnya pelan, "Kenapa gue harus nikah sama cewek manja kayak lo?" Bergumam lalu kembali menghidupkan lilin itu kembali. Membawanya di tangan kiri menggantikan posisi ponselnya yang sudah ia matikan.

"Ayo buruan" Menggenggam tangan mungil Keyla dan membawanya masuk ke dalam kamar. Niat lelaki itu, ia akan mengganti baju kaosnya yang terkena siraman air teh yang hangat.

Abian meletakkan lilin itu di atas meja belajar lalu menuju almarinya untuk mengambil baju ganti. Sedangkan Keyla, ia memilih duduk di atas kasur mengamati Abian yang hendak membuka baju yang ia kenakan.

Sadar jika ia diperhatikan oleh sepasang mata polos Keyla, lelaki yang awalnya membelakangi sang istri, kini menolehkan kepalanya pada perempuan itu hingga tatapannya saling beradu, "Hadap sana" Menyuruh Keyla agar menatap dinding yang ada di belakangnya.

Keyla menghembuskan nafasnya gusar tapi tetap menuruti ucapan Abian.

Usai berganti pakaian, Abian memilih duduk di samping Keyla. Ia malas untuk kembali ke ruang tengah, walau sekedar mengambil ponselnya yang ia tinggal di sana.

"Kyaa"

"****" Abian terkejut kala tangan Keyla menekan kejantanan miliknya. Ia lantas menjauhkan diri dari perempuan itu dengan bergeser ke sisi ranjang yang lain, "Benar-benar lo ya" Sebal sembari meringis sebab ngilu yang ia rasakan.

Melihat Abian yang kesakitan akibat ia yang pecicilan, membuat perempuan itu tak enak hati, "Abian, maaf..." Lirih peremouan itu menyesal, "Sini gue--"

"Diem di situ!" Jerit Abian yang melihat Keyla mengulurkan tangannya mengarah pada aset berharga miliknya.

"Tapi--"

"Tangan lo diem" Tangan mungil Keyla hendak kembali mendekat.

"Tapi gue--"

"Jangan gerak. Nggak, tangan lo diem" Abian benar-benar frustasi melihat Keyla yang tak bisa membiarkan tangannya diam.

Keyla menyembunyikan tangannya di belakang punggung, "Maaf..." Menyesal.

Abian membuang muka ke arah lain, istrinya ini memang sesuatu sekali bagi kehidupannya. "Huh"

Terpopuler

Comments

nnda

nnda

hhhh episode ini antara mau sedih sama ngakak jadi satu😅😅

2021-11-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!