Kedatangan Abian

"Aya, bisa ngomong bentar gak?" Menggenggam tangan Andrea yang tengah memotret bunga yang tengah bermekaran.

Andrea tersentak kaget dengan genggaman tangan itu, ia menoleh ke arah Rama yang menatapnya dengan serius. Andrea melepaskan genggaman itu dan berdiri menghadap Rama, "Lo juga lagi ngomong kali" Ucapnya berusaha santai.

"Gue suka sama Keyla"

Andrea membulatkan matanya sempurna mendengar penuturan lelaki itu, "Heh, mohon maaf nih. Nama gue Andrea bukan Keyla" Marah perempuan itu, untuk apa memberitahukan dirinya dengan hal itu?

"Ya lo pikir gue amnesia apa?" Menyahuti dengan agak sebal karena Andrea menyimpulkan dengan sendirinya.

"Terus ngapain ngomong ke gue?" Kesal.

"Ya lo kan temannya Keyla" Ikut kesal.

Andrea menaikkan sebelah alisnya, ia bersedekap dada,"Terus?"

"Ya bantulah gue deket ampe pacaran sama Keyla, ya?" Cengengesan. Tangannya yang bebas menggaruk tengkuknya sendiri yang tak gatal.

Andrea berdecih, "Dih, urusan gue apa?"

Rama menggenggam kembali tangan Andrea, "Aya, please. Sesama teman dari SMP itu harus saling membantu" Ucapnya memelas.

"Gue sibuk, bye" Pergi dari hadapan Rama, ia enggan membantu lelaki itu.

. . .

Rama memasuki kantin yang cukup sesak sebab banyaknya siswa, menuju tempat dimana sahabatnya berada, "Kenapa nih cowok?" Bertanya sebab melihat Keenan yang terlihat uring-uringan.

"Biasalah, perkara rp" Jawab Akiel yang tengah menyantap cireng.

Rama mendudukkan diriinya di samping Keenan yang terus saja menarikan tangannya di atas ponsel, "Apa? Dighosting lo?" Bertanya sembari mengambil cireng yanh Akiel santap.

Keenan memicingkan matanya pada Rama yang masih menatapnya, "Sejak kapan gue pernah dighosting?" Tak terima jika dirinya dikatakan seperti itu.

"Ya lo gak pernah tapi sering mengghosting" Ucap Abian, sudah hapal dengan sifat sang sahabat. Akiel terlihat meneguk habis thai tea Abian.

Dibalas dengan gelengan lesu dari Keenan.

"Terus kenapa?" Rama gemas sendiri sebab tak diberi jawaban.

"Gue ditolak, nggak tahu aja dia muka rl gue seganteng ini" Ucapnya dengan tampang sedih dan ucapan kelewat percaya diri.

Tiga sahabatnya menatap jijik pada Keenan yang berucap dengan begitu narsis, "Dih najis bet" Tutur Rama.

Akiel menatap pada Rama dengan lekat, ia tersenyum miring, "Liat tangan lo dong" Berucap pada si bontot di circle mereka.

"Dih mau apa lo? Cosplay dukun" Kelakar Rama pada Akiel.

"Ck, sini aja"

Rama menyerahkan tangan kanannya pada Akiel, menunjukkan telapak tangan pria itu, "Apa?" Bertanya saat Akiel juga meletakkan telapaknya di atas miliknya.

"Thai tea matca satu, dah sana"

Rama memperhatikan lembaran uang yang diletakkan Akiel pada telapak tangannya, ia berdecak dengan kesal, "Heh El--"

"Air mineral satu" Abian meletakkan juga uang di atas telapak tangan Rama, ikut menitipkan pesanan

"Ingat, gpl gak pake lama" Akiel tak membiarkan lelaki itu memberikan kalimat protes.

Dengan bersungut-sungut, Rama bangkit berdiri dan menuju tempat penjualan thai tea di kantin mereka. Menuruti perintah Akiel.

"Mau aja disuruh-suruh" Gumam Abian yang memperhatikan Rama tengah mengantri.

Ia mengambil cireng milik Akiel dan menyantapnya.

"Ntar sore ada latihan basket" Tatapan pria itu teralihkan pada Keenan yang baru saja berucap.

"Hm" Mengangguk saja.

"Jangan gak masuk lagi" Peringatnya.

"Hm"

Rama kembali dengan satu cup thai tea dan sebotol.air mineral, "Gue gak masuk buat hari ini, lo tahu lah" Ucapnya menyambungi pembicaraan yang lain mengenai latihan basket.

Ketiga lelaki itu terdiam berusaha mengingat apa yang terjadi hari ini, "Aah iya, titip salam ya?" Ucap Abian setelah sadar akan hal terpenting di kehidupan Rama.

"Iya"

"Kembaliannya mana?" Menagih pada Rama yang biasanya selalu mengambil kembalian tanpa meminta izin.

Rama yang awapnya tengah mengenang kenangan kini dibuat gemas sebab ucapan Akiel, "Uang lo pas ya, El. Kembalian apa yang lo maksud?" Sebalnya. Ia duduk di samping Keenan.

"Santai kali" Tutur Akiel sembari meneguk thai tea pesanannya.

Keempat cowok itu menolehkan kepalanya saat mendengar suara cempreng dan begitu keras menyapa seisi kantin hingga membuatnya menjadi pusat perhatian, "Andrea itu pecicilan gak sih?" Keenan mulai membicarakan si pemilik suara cempreng tersebut, Andrea. Bukan tak suka, hanya saja ia merasa jika tingkah laju perempuan itu terlalu berlebihan.

"Hm, kebantu tampang doang tuh cewek makanya masih ada yang mau berteman" Sahut Akiel yang setuju dengan ucapan Keenan.

Rama menatap pada mereka, "Heh, mulut lo ya?" Agak tak suka jika mereka membicarakan Andrea.

"Ngomongin gue?" Bak seorang kuntilanak, Andrea sudah berdiri di samping mereka.

"N-nggak kok. Karin!" Akiel gelagapan sendiri sebab subjek pergosipan mereka ada, ia yang kebetulan melihat Karin lantas memanggil sang mantan.

Tak membiarkan Akiel pergi, Olivia lantas memegang bahu lelaki itu dan membuatnya duduk kembali, "Duduk, gak usah ganggu Karin" Ucapnya, sudah kentara sekali jika Karin tak nyaman bila Akiel ada di dekatnya.

"Ish apa sih lo?" Sebal pada Olivia

Andrea yang puas melihat pemandangan di hadapannya kini menjulurkan lidahnya mengejek Akiel, "Wleee"

"Keyla mana?" Rama bertanya karena tak menemukan perempuan mungil itu bersama dengan Andrea dan Olivia.

"Hm?" Bersitatap dengan Olivia yang lebih tinggi daripadanya.

"Tadi di uks, sakit perut" Jawab Olivia.

"Oalah" Mengangguk saja.

"Halo" Semua tatapan terarah pada Abian yang bangkit berdiri dan mulai menjauh daripada meja mereka dengan ponsel yang ia tempelkan di telinganya.

"Yan" Panggil Akiel saat Abian mulai menjauh.

"Gue ke kelas duluan" Ucap lelaki yang membawa sebotol air mineral di tangannya.

. . .

Keyla terlihat tengah berbaring di atas ranjang yang disediakan di UKS, ia terus saja meringis kesakitan sebab kram di perutnya.

Langkah kaki terdengar memasuki ruang kesehatan sekolah tersebut dan membuat Keyla menoleh, "Abian?!" Terkejut melihat sang suami datang bahkan ia menutup pintu tersebut dan menguncinya.

"Kok dikunci?" Heran, tapi rasa kram di perutnya mengalihkan rasa bingungnya, "Shh"

Abian mengambil sebuah kursi lipat dan meletakkannya di samping ranjang yang Keyla baringkan, "Nih air mineral" Menyerahkan sebotol air mineral yang sudah ia buka segelnya terlebih dulu.

"Taruh situ aja, shh" Tak bisa bergerak bahkan untuk meneguknya.

Abian memperhatikan perempuan yang tengah kesakitan sebab haid itu, rambutnya yang panjang terlihat berantakan hingga beberapa helai menutupi wajahnya, "Duduk dulu" Ucapnya, sembari bangkit dari duduknya.

Keyka menggeleng, "Aaaa sakit Bian" Merengek.

"Iya sini duduk dulu, ikat rambut lo" Lelaki itu mengambil ikat rambut yang ada di pergelangan tangan Keyla, awalnya ia ingin menggunakan jedai perempuan itu hanya saja ia tahu jika Keyla akan kembali berbaring dan pasti rambutnya kembali tergerai.

Lama menunggu pergerakan sang gadis, Abian memilih untuk merubah posisi perempuan itu sendiri dengan tenaganya, ia kemudian menyisir rambut panjang Keyla dengan jemarinya dengan telaten, mengumpulkannya menjadi satu dengan begitu rapi baru mengikatnya.

"Biasanya minum obat pereda nyeri gak?" Tanya Abian saat Keyla meletakkan kepala di dada bidangnya.

Keyla menggeleng kecil di dada bidang Abian.

"Aah gitu?" Tangannya menyelesaikan pekerjaan untuk mengikat rambut panjang Keyla, "Udah lo baring aja"

Kini bukannya kembali berbaring, Keyla memilih untuk duduk tegak dan menatap pada Abian, "Bian, kenapa ke sini?"

"Nyamperin lo" Mengambil botol air mineralnya tadi dan memberikannya pada Keyla.

"Tumben" Komentar Keyla sembari meneguk minuman bening tersebut, "Gak takut ketahuan sama teman Abian?" Tanyanya dengan lesu sebab sakit di perutnya.

Abian menggeleng, "Kan udah dikunci" Abian menjawab sembari menutup botol tersebut.

"Mesum"

Lirikan mata Abian mengarah pada perempuan itu, "Emang gue ngapain?" Ucapnya dengan santai, tangannya meraih ponselnya yang berdering di saku celananya.

"Halo"

"..."

"Uks"

"..."

"Nggak, cuma baring-baring doang"

"..."

"Nggak perlu, gue bentar lagi juga masuk kelas"

"..."

"Hm"

Menutup panggilan telepon itu.

Keyla membaringkan tubuhnya kembali dengan tatapan yang terarah pada Abian, "Bian kenapa sih? Suka banget hem ham hem ham"

Abian memasukkan ponselnya ke dalam saku, "Gue ke kelas dulu"

"Bian gak mau peluk gitu? Cium kek" Keyla kembali berucap saat Abian membuka pintu uks.

Abian menatap pada Keyla, "Mesum" Tukasnya yang membuat Keyla sebal, "Nanti gue latihan basket, pulang agak telat" Ucapnya sebelum benar-benar pergi dari situ.

"Heem"

Langkah kaki Abian membawanya menuju tangga yang akan menghubungkan lantai bawah dengan lantai atas dimana kelasnya berada.

"Abian" Langkah lelaki dengan tinggi 179 cm tersebut terhenti saat akan menginjakkan kaki di anak tangga pertama.

Seorang perempuan datang ke hadapannya dengan senyum ria.

"..."

"Nanti malam temenin aku ke grand--"

"Kita gak pacaran, jadi stop pakai aku-kamu dan gue bukan pengawal lo" Ucapnya dengan dingin. Ia sudah tawar rasa dengan perempuan ini.

Senyum yang tadinya merekah kini luntur, "Bian, maaf" Lagi dan lagi sebuah dekapan menyelimuti tubuh Abian, suara perempuan itu terdengar sendu, "...maaf karena bikin kamu semarah ini sama aku" Ucapnya dengan aksen penuh penyesalan.

Abuan melepas paksa dekapan itu dan menatap murka, "Gue gak butuh maaf lo" Ucapnya dengan dingin bercampur amarah, "...dan stop muncul di hadapan gue"

"Gue jijik sama cewek murahan" Ucapnya dengan mutlak lalu pergi dari hadapan perempuan yang pernah menjadi ratu di hatinya.

Pulang sekolah...

"Keyla mau bareng?" Rama yang absen latihan basket menghentikan motornya di samping Keyla yang terlihat menunggu seseorang.

"Hah? Gak usah" Menolak sebab ingat bagaimana murkanya Abian terhadap dirinya.

"Udah pesan ojek ya?" Memastikan.

"Udah tapi dicancel terus, jadi mau ke pangkalan ojek terdekat aja" Menunjuk ke arah jalan yang akan membawanya ke pangkalan ojek.

"Udah bareng gue aja" Menepuk jok belakangnya.

Ntar Abian marah lagi.

Keyla menggeleng.

"Nggak apa-apa, ayo" Menarik lengan perempuan itu.

"O-oke" Dan ia sama sekali tak menolaknya.

Apartemen....

Pintu apartemen terbuka, menampilkan Abian dengan kaos olahraga tak berlengannya dan dipenuhi oleh keringat, "Huaa Bian maaf" Lelaki itu tersentak kaget dengan pelukan tiba-tiba dari Keyla yang berpiyama dress berwarna pastel.

"Apa sih Key? Gue bau keringat" Mencoba melepas pelukan itu sebab ia tahu jika Keyla sudah mandi, sebab ini menunjukkan pukul tujuh.

Keyla mendongakkan kepalanya dan memperlihatkan matanya yang sudah berkaca-kaca, "Maafin" Menyesal karena satu hal.

"Apa?"

"Tadi pulang bareng Rama"

Terpopuler

Comments

nnda

nnda

bian jangan gitu trus dong, kasian Keyla nya

2021-11-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!