NovelToon NovelToon

Eros Love

Pernikahan

"Keyla Xandria Rumasya, aku mengambil engkau menjadi seorang istriku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus"

"Abian Xerxes Vangelis, aku mengambil engkau menjadi seorang suamiku, untuk saling memiliki dan juga menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, dan pada waktu sehat maupun sakit. Untuk selalu saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang sangat tulus"

Kalimat itu, adalah awal dari perjalanan hidup mereka yang baru. Tentang suka dan duka, tangis dan tawa, perjuangan dan perhentian sang hati berlabuh.

Kalimat itu adalah awal dari semua hal yang tak pernah dibayangkan oleh kedua insan.

Tentang Abian yang dinginnya melebihi kutub utara.

Dan tentang Keyla yang terlalu manja bagi Abian.

Tentang cinta yang harus di perjuangkan.

Tentang berkat yang tak boleh disia-siakan.

Tentang senyum yang terbit.

Tentang air mata yang luruh.

. . .

Abian meletakkan kopernya di dalam kamarnya. Ia kemudian merebahkan dirinya di atas kasur, masih dalam balutan tuxedo. Hanya dari hitam yang melingkar di kerah bajunya ia longgarkan.

Telinganya mendengar suara langkah kaki kecil.yang menuju ke arahnya. Ahh, pasti istrinya. Ia mengintip yang dilakukan gadis itu dari lipatan tangan yang sedari tadi bertengger di wajahnya.

Keyla, perempuan yang sudah mengganti gaun menikahnya dengan gaun lilac sebatas lutut--terlihat melihat ke sekeliling kamar.

Apartemen Abian cukup bagus.

"Jangan berharap apa-apa dari gue." Ucapan dari Abian membuat Keyla menatap pada lelaki yang perlahan membuka dua kacung atas kemeja putihnya.

"Gue gak suka lo."

Keyla diam mendengar hal itu, jelas Abian tak menyukainya. Pernikahan ini saja terlalu mendadak bagi mereka berdua. "Kita tidur satu kamar ya?" Tanya Keyla yang menatap kasur dengan sprei abu-abu yang tengah dibaringi oleh suaminya.

"Terserah lo mau tidur dimana, yang pasti gue di sini." Ucap Abian tak peduli. Ia terlalu pusing memikirkan hal ini, konyol sekali.

"Terus gue tidur dimana?" Tanya perempuan itu.

Terdengar decakan kesal dari bibir Abian, "Menurut lo?" Ketusnya.

"Di situ." Menunjuk kasur yang ditempati oleh Abian.

Lelaki itu memutar bola matanya malas, "Terserah."

"Tapi Abian--"

"Jangan berisik." Ketus Abian. Keyla, perempuan itu bak ayam di pagi hari yang terlalu banyak suara. Menyebalkan.

Keyla menundukkan kepalanya merasa bersalah terhadap suaminya itu, "Maaf." Keyla kemudian menarik kopernya menuju lemari baju miliknya. Saat ia melihat koper Abian, perempuan itu berinisiatif untuk menyusun barang di dalamnya juga.

"Jangan sentuh barang gue." Lontar Abian yang sempat melihat apa yang perempuan itu lakukan.

"Tapi biar gue susun." Tawar Keyla dengan nada lembutnya.

"Gak perlu."

Keyla tersenyum hambar, ia merasa tak mampu menghadapi sikap Abian. Ia tak biasa. "Ya udah, gue bikin makan malam dulu ya?" Ucap perempuan itu, mungkin suaminya lapar makanya marah-marah.

Saat Keyla hendak pergi, sebuah ucapan dingin membuat tubuhnya meremang, ia tak nyaman, "Lo harus sadar diri, ini rumah gue dan berarti lo harus nurut apa kata gue. Suka atau gak suka" Ucap Abian dengan nada datarnya, lelaki itu kemudian bangkit berdiri dan melangkah melewati tubuh Keyla. Ia masuk ke kamar mandi.

. . .

Keyla melepaskan celemeknya setelah ia usai memasak. Perempuan itu menatap ke arah tempat tidurnya dengan Abian. Pernikahan ini terlalu cepat untuk dirinya, apalagi dengan Abian, ia sama sekali tak mengenal lelaki itu. Ia hanya dipertemukan sebulan yang lalu untuk menghadiri makan malam yang ternyata adalah perencanaan pernikahan dirinya dengan Abian.

Bahkan Keyla ingat ekspresi lelaki itu saat di meja makan. Ia sangat terlihat tak nyaman. Lelaki itu bahkan enggan untuk bertukar tatap dengan dirinya. Dan hari ini mereka telah menjadi suami-istri bahkan di saat mereka masih menginjakkan kaki di bangku kelas dua belas.

Perempuan dengan rambut panjang yang ia ikat bak ekor kuda itu berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menuju kamar untuk memanggil Abian untuk makan malam.

"Abian--maaf gue gak tahu kalau lo lagi ganti baju." Peremouan dengan dress lilac itu lantas membalikkan badannya saat matanya melihat tubuh Abian yang hanya mengenakan celana sebatas lutut tanpa baju.

Abian menatap dingin pada Keyla yang membelakangi dirinya, "Keluar." Ucapnya dengan begitu dingin.

"Maaf Abian." Imbuh perempuan itu lalu berlalu pergi.

Maaf.

Ia benar-benar mengatakan hal itu.

Menurutlah pada suami, itu yang diucapkan oleh sang ibu padanya sebelum pemberkatan nikah di gereja.

. . .

Abian dengan seragam SMA-nya, menuju ke arah meja makan. Dimana sudah terdapat istrinya yang duduk sembari menuangkan air mineral ke dalam cangkir. Perempuan itu sudah berbalutkan seragam SMA barunya, rambut nya ia kuncir hingga memperlihatkan betapa jenjangnya leher Keyla.

Menyadari kedatangan Abian, perempuan itu lantas menyiapkan nasi goreng buatannya disertai telur setengah matang, "Sarapannya Abian." Ucap Keyla, menyambut lelaki itu bahkan ia menampilkan senyumnya.

"Hm." Abian menatap menu sarapan pagi ini, telur setengah matang. Ia menyukainya. Lelaki itu lalu menyantap makanannya dalam diam, ia tak berbicara sepatah katapun.

"Gue pesan ojek online aja ya?" Tanya Keyla saat suaminya sudah selesai makan.

Abian meletakkan cangkirnya lalu memakai ras ransel di pundaknya, "Terserah, bukan urusan gue." Ucapnya sama sekali tak peduli dengan perkataan orang asing yang memaksa masuk ke hidupnya.

"Kalau bareng lo boleh?" Tanya Keyla dengan hati-hati.

Abian bangkit dari duduknya, lalu melangkah pergi meninggalkan sang istri sendirian, "Gue duluan." Ucapnya singkat. Mengatakan secara rak langsung jika Keyla tak boleh berangkat bersamanya ke sekolah.

"Abian, gue kan baru pindah gue gak tahu--"

"Tanya aja ke orang yang lo temui. Tanya letak kantor." Potong Abian langsung.

"Tapi Abian--"

Langkah Abian terhenti, ia lalu menghembuskan nafasnya pelan, "Anggap kita gak pernah kenal, jangan ajak gue ngomong di sekolah." Ucapnya dengan dingin, membuat Keyla yang tengah meletakkan piring kotor mereka mencengkeram kuat pinggiran wastapel. "...apapun alasannya." Sambung lelaki itu sebelum benar-benar pergi dari situ.

Sekolah...

Keyla, gadis cantik namun bertubuh mungil itu terlihat bingung berdiri di koridor sekolah sebab tak tahu letak kantor guru berada.

"Maaf, boleh gue nanya gak?" Keyla mencegat langkah kaki seorang lelaki yang tengah membawa buku bacaan itu.

Lelaki itu menatap pada perempuan yang terlihat asing di matanya, "Kenapa ya?" Tanyanya dengan santun. Semua orang itu harus diladeni dengan baik.

"Kantor guru dimana ya?" Tanya Keyla dengan mata yang menatap wajah lelaki itu. Tampan. Tapi pesona suaminya tak bisa disandingkan.

Mendengar pertanyaan dari mulut Keyla, bisa ia simpulkan jika perempuan itu adalah baru di sekolahnya, "Lo anak baru?" Memastikan kesimpulannya benar atau tidak.

"I-iya."

"Ya udah gue antar, sekalian gue mau ke sana."

"Makasih."

"Gak masalah."

"Kenalin gue Rama, ketua OSIS di sini." Sembari melangkahkan kakinya, lelaki itu mengenalkan diri dan jabatannya kepada sang anggota keluarga baru di Smansa Taruna.

"Keyla." Membalas singkat.

"Kelas berapa lo?" Tanya Rama pada Keyla sekedar basa-basi semata untuk mengusir kecanggungan.

"Dua belas."

"Oh sama dong, gue di IPS tiga." Keyla menganggukkan kepalanya paham, Rama kemudian menatap pada perempuan yang sebatas dadanya itu. Kenapa cewek cantik kebanyakan pendek? "Kalau lo?" Tanya Rama.

"Emm, gue masuk di IPA dua." Ucapnya sembari menatap wajah Rama dari samping.

Kelas XII IPA 2...

Keyla kini berdiri di depan semua siswa sebagai wujub perkenalan dirinya sebagai anak baru, ia menerbitkan senyumnya yang manis pada teman sekelasnya itu. "Hai perkenalkan saya Keyla Xandria Rumasya pindahan dari Bandung" Ucapnya dengan ria.

Beberapa orang berbisik-bisik tentang kehadiran anak baru itu. Membuat Keyla canggung sendiri berdiri di depan, ini tak ada yang menyapa balik padanya?

"Baik Keyla, kamu silakan duduk di tempat yang kosong di sana ya?"

Keyla menatap sebuah bangku kosong yang ada di baris belakang di dekat jendela.

"Iya Bu."

Ia melangkahkan pantofel hitamnya menuju bangku tersebut, mendudukan diri dan mendengarkan penjelasan guru dengan tak terlalu seksama.

Istirahat pertama....

Keyla malas berteman dengan orang baru, ia dengan halus menolak ajakan para perempuan di kelasnya untuk ke kantin bersama, ia memilih pergi sendiri dan duduk di meja sendirian. "Lo anak baru di kelas dua belas IPA dua kan?" Suara bariton itu membuat Keyla mengalihkan pandangannya. Seorang lelaki dengan seenaknya mengambil tempat duduk di samping Keyla yang tengah menikmati semangkuk soto.

Keyla melirik lelaki itu, ia lalu mengambil tisu dan membersihkan sudut bibirnya dari kuah soto, "Kenapa emang, mau kenalan?" Tanyanya tanpa menatap lelaki dengan rambut yang cukup panjang untuk ia ikat..

Abian yang menyadari keberadaan Keyla di kantin. Abian sendiri duduk bersama teman-temannya, Tuh cewek ngapain sih? Batinnya melihat Keyla berbincang dengan Reynan, lelaki yang suka berbuat onar di Smansa Taruna

"Emang boleh?" Memamerkan lesung pipinya pada Keyla.

"Nggak." Keyla meneguk es cendol miliknya dengan santai.

Reynan terkekeh entah mengapa, ia lalu menyodorkan telapak tangannya pada Keyla, "Kenalin gue Reynan"

"Keyla." Menjawab tanpa membalas jabatan tangan itu.

"Lo cantik." Puji Reynan dengan maksud agar Keyla meresponnya.

"Gue tahu."

"Boleh minta nomor lo gak?" Bertanya dengan modus baru.

Keyla menghembuskan nafasnya pelan, ia menatap pada lelaki dengan pakaian yang terkapar dari celananya sendiri, "Nggak, nomor gue itu gak bisa dikasih ke sembarangan orang." Ia lalu bangkit berdiri sembari memegang ponselnya.

"Gue permisi, Reynan."

Keyla.

Perempuan yang memiliki banyak topeng di setiap situasi yang berbeda itu melangkah pergi. Meninggalkan kantin dengan langkah anggunnya.

"Sorry sorry." Terlalu anggun tak berarti jika tak ada kecelakaan yang terjadi. Ia tak sengaja menabrak bahu seorang laki-laki.

"Nggak apa-apa." Imbuh lelaki itu, ia menatap pada Keyla. "Anak baru yang tadi pagi kan?"

Keyla mengangguk, "Rama kan?"

"Ingat lo nama gue?" Terkekeh pelan membuat Keyla mengernyitkan dahinya.

"Baru tadi pagi juga kenalan masa lupa." Ucapnya. Apa yang lucu memang?

"Iya sih, lo Keyla kan?"

"Iya."

Di arah yang berlawanan dengan Rama, seorang laki-laki dengan sorot mata dinginnya menatap lurus. "Um, Bian sini lo." Panggil Rama pada sahabatnya yang satu itu.

Abian menaikkan sebelah alisnya lalu menghampiri Rama, "Hm?" Berdiri di samping Keyla yang hanya sebatas dadanya.

"Anak baru IPA dua nih."

Abian menatap pada Keyla yang mendongak padanya, ia lalu menatap pada Rama. Ia berprilaku seolah tak mengenal Keyla yang sebenarnya adalah istrinya sendiri, "Terus urusannya sama gue apa?" Tanyanya dengan dingin.

Keyla membuang muka. Ia tahu jika ia tak dibolehkan berinteraksi dengan Abian di luar rumah. Bahkan di rumah pun ia jarang berbincang.

"Gak mau kenalan lo?" Tanya Rama sembari tersenyum. Rama itu murah senyum, tak seperti Abian yang mesti dibayar dulu senyumnya.

"Gak." Ketus Abian singkat.

Rama melirik pada Keyla yang memasang wajah datar, ia lalu tertawa canggung, "Ahaha Key, maklumi ya emang gini Abian kalau baru ketemu sama orang." Ucapnya.

"Iya, nggak apa-apa kok Ram. Gue ke kelas duluan ya?" Keyla tak ingin berlama-lama di samping Abian. Suaminya itu memilik hawa yang mengerikan.

"Yoi." Rama dan Abian menatap punggung Keyla yang semakin menjauh. Senyum Rama terbit lebih lebar.

"Manis bet sih tuh cewek." Gumamnya yang terdengar oleh Abian.

Lelaki yang memiliki badan yang lebuh tinggi dari pada Rama memutar bola matanya malas, "Gue ke lapangan basket Ram."

"Oh iya." Mengangguk saja tanpa menatap kepergian Abian, ia masih fokus pada pikirannya dengan Keyla sang murid baru yang begitu sejuk dipandang. Laku ia tersadar satu hal, "...mampus, gue lupa minta nomornya pula"

Luka

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, anak-anak sudah berhamburan ke luar sekolah menggunakan kendaraan masing-masing. Keyla berdiri di samping gerbang sekolah untuk menunggu jemputan.

Tak lama kemudian seorang lelaki dengan motor sport merah berhenti di depannya. Melepaskan helm agar sang perempuan tahu siapa dirinya. "Nunggu jemputan Key?" Tanyanya dengan ramah.

"Eh Rama, iya nih." Membalas dengan santun. Rama itu, Ter lihat seperti cowok baik.

"Siapa? Cowok lo?" Tanya Rama sembari terkekeh kecil. Dalam hati ia sudah dag dig dug untuk menerima jawaban dari Keyla.

"Tukang ojek." Menjawab dengan polos. Rama sepertinya bukan lelaki jahat yang harus ia jauhi.

Rama tertawa begitu garing mendengar jawaban dari Keyla, "Naik, bareng gue aja. Yang ojol pesenan lo dicancel aja." Ucapnya sembari memindahkan letak tasnya ke arah badannya. Ia menepuk jok belakang, agar Keyla naik.

"Keduluan Kang ojolnya Ram yang cancel pesanan gue." Ucapnya sembari memperbaiki helai rambutnya yang panjang.

"Ya udah ayo bareng gue."

Keyla diam sebentar memperhatikan motor lelaki itu, motornya sama seperti milik Abian hanya saja berbeda warna, "Nggak usah gue naik ojek aja." Menolak halus.

"Udah nggak apa-apa." Rama tetap memaksa.

. . .

Keyla menekan password apartemen Abian dengan angka yang sudah diberitahukan suaminya itu semalam. Ia masuk ke dalam rumah dan terkejut akan kehadiran suaminya di pintu depan. Menatapnya dingin.

"Abian?"

"Masuk." Titah lelaki yang mengenakan kaos hitam.

Keyla menundukkan kepalanya lalu masuk melewati tubuh yang suami yang wajib ia hormati tanpa alasan pasti.

"Darimana lo? Anak sekolah kok pulang malem." Ketus lelaki itu, menatap pada seragam SMA barunya yang terlihat berantakan.

"Maaf, tadi susah cari ojek." Jujur Keyla. Ia tadi menolak keras ajakan Rama untuk mengantarnya. Dan memilih untuk berjalan kaki ke pangkalan ojek terdekat yang membuatnya begitu lama sebab tak tahu letaknya dimana.

Abian masih menatap dingin pada Keyla, ia bersedekap dada di hadapan sang istri. "Kenapa gak diterima aja tawaran Rama?" Mengatakan dengan dingin, ia melihat dan mendengar dengan jelas bagaimana pembicaraan dua orang itu sebelum memutuskan untuk pergi dari tempat sebelum Rama dan Keyla menyelesaikan pembicaraannya.

Keyla mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan itu, "Emang Rama ada nawarin apa?"

"Tebengan."

Keyla nampak ber-oh ria, ia memperbaiki letak tasnya, "Gue nggak mau, gak enak sama dia." Ucapnya menjelaskan, sebab baru pertama kali kenal jadi ia sungkan menerima bantuan lelaki itu.

"Oh, gak peduli." Abian berlalu pergi seolah penjelasan itu tak berguna sama sekali.

Malam semakin terasa, Abian yang baru saja dari luar mendekat pada kamarnya bersama sang istri sebab suara ringisan terdengar di telinganya.

Lelaki dengan jaket army itu membuka pintu kamar, menemukan istrinya yang mengenakan piyama dress tengah meniup-niup lengannya.

"Aww."

Abian mendekat dan berdiri di hadapan perempuan yang tengah meringis dengan air mata yang membasahi pipinya, "Kenapa lo?"

Keyla menghapus air matanya, ia menatap ke atas ke arah sang suami. "Hiks, tadi keserempet motor. Sakit banget." Derai air matanya bertambah.

Abian menatap aneh pada istrinya itu, apa-apaan ini? Jadi benar jika Keyla itu cengeng dan manja. Ahh, sepertinya ini akan merepotkan dirinya. "Nggak usah nangis, luka kecil doang." Abian lalu berjongkok dan mengambil kotak p3k dari laci yang ada di samping kasur king size miliknya. Ia menatap pada istrinya itu dengan malas, "Nih." Setelah meletakkan kotak p3k itu, Adam keluar kamar. Memberikan ruang untuk Keyla mengobati dirinya sendiri.

Tiga puluh menit sudah berlalu, Adam kemudian masuk kamar kembali dengan ponsel di tangannya. Ia terdiam di depan pintu melihat ke arah Keyla yang masih saja duduk sembari meniup lukanya tanpa diobati, "Kenapa masih belum dibersihin sih?" Sungguh Abian ingin murka.

"Takuut..." Menatap Abian dengan mata berkaca-kacanya.

Abuan menatap sinis pada Keyla, perempuan itu mungkin akan menjadi beban bagi dirinya. Lelaki itu kemudian duduk di samping Keyla dan mengambil alih kotak p3k.

Abian dengan telaten membersihkan luka yang mengeluarkan cairan merah sedari tadi dan sudah hampir seluruhnya membeku. "Tadi kan gue lagi cari pangkalan ojek." Kisah Keyla tentang bagaimana ia mendapatkan luka pada lengannya itu.

"Kenapa gak pesan online aja?" Merespon cerita Keyla itu sebab ia diam.

"Dicancel teruus." Murung Keyla sembari menekukkan bibirnya ke bawah.

Abian menatap wajah Keyka yang masih banjur air mata, "Jadi lo jalan kaki?" Abian tahu betul dimana pangkalan ojek yang terdekat dengan Smansa Taruna. Jika ditempuh dengan jalan kaki, itu memakan waktu lima belas menit.

"Heem, terus keserempet motor ninja hitam, gak tahu deh siapa. Tapi keknya ganteng--aaaw."

"Tanggung jawab gak tuh cowok?" Kesal Abian, ia sengaja menekan pada luka Keyla sebab perempuan itu malah melempar pujian pada orang yang menabrak dirinya.

Keyla menggeleng.

"Gak usah muji kalau gitu." Ucapnya lagi dengan sebal. Apakah tampang yang baik mesti diwajarkan sikap kurang ajarnya? Kalau iya, maka enyahlah kalian dari muka bumi ini.

Usai membersihkan luka itu dan menutupnya dengan perban, Abian lantas bangkit berdiri.

"Sakit." Keyla meringis, perempuan itu nampaknya hendak menangis kembali.

"Luka kecil doang, gak usah cengeng." Abian sungguh tak tahan dengan kecengengan Keyla. Ia pasti selama ini bermimpi karena sudah menikahi gadis cengeng seperti perempuan yang bernama Keyla.

"Hiks." Terdengar isakan dari Keyla.

"Gak usah nangis gue bilang." Sungguh jika Keyla adalah seorang lelaki, Abian pastikan jika ia sudah enyah dari hadapannya.

"Hiks, Abian, lo injak kaki gue."

Abian menundukkan kepalanya, melihat kakinya yang kekar menginjak kaki mungil Keyla. Ia lalu memindahkan posisi kakinya itu agar tak menginjak kaki sang istri, "Eh, sorry gak sengaja." Ucapnya kikuk.

Keyla menundukkan dan mengusap kakinya yang diinjak oleh suaminya tersebut, "Sakit hiks." Kembali terisak hingga membuat batin Abian panik.

"Gue udah beli makanan, gih makan." Ucapnya berusaha bersikap tenang dan tak bersalah di hadapan Keyla.

"Iya"

. . .

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, Keyla dengan wajah mengantuknya datang menghampiri Abian yang tengah menonton televisi dengan ditemani sebungkus keripik singkong balado.

"A-Abian" Panggil Keyla dengan wajah mengantuknya. Ia mendekat pada Abian yang entah sejak kapan melepas bajunya.

"Hm?" Berdehem tanpa menoleh.

"Temenin tidur..." Ucap Keyla dengan nada memelas, ia tipe orang yang tak bisa ditinggal sendiri saat tidur jika tak berada di kamarnya sendiri.

Abian diam dengan tatapan tak terbaca, "Hah?" Gagal nyambung dengan yang Keyla ucapkan. Apa tadi? Temani tidur? Ya memang sih mereka sudah boleh melakukan apa yang suami istri yang biasa dilakukan, tapi temani tidur? Apa ia tengah menjelma menjadi babysitter perempuan itu? Oh tidak, Abian tak mau itu.

"Lo kalau mau tidur ya tidur aja, kek ada hantu aja ya gangguin" Acuh pada Keyla dan ia mengganti saluran televisi miliknya.

"Tapi gue takut" Mulai lagi tingkah merengek perempuan itu.

Lo baru tinggal beberapa hari udah ngelunjak.

"Nggak, sana tidur. Gue lagi sibuk" Masih bersikap tak peduli dengan perempuan itu.

Dengan terpaksa Keyla kembali ke kamar tidur.

. . .

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas Malam, Abian masuk ke dalam kamar. Terkejut melihat Keyla yang masih membuka matanya dan menatap langit-langit.

Belum tidur tuh orang? Batin Abian yang melihat perempuan yang masih terjaga.

Keyla menyadari kehadiran Abian, lantas menolehkan kepalanya dan senyumnya mengembang, menyambut sang suami yang perlahan mendekat pada tempat tidurnya.

"Abian" Ria Keyla.

"Hm? Tidur buru" Abian membaringkan tubuhnya di samping Keyla, memindahkan gunung sebagai pembatas tubuh mereka agar tak bersentuhan.

"Jangan taruh guling di tengah, perih" Ucap Keyla sembari menunjuk luka di lengannya.

Abian menatapnya tanpa ekspresi, Ya apalagi kena badan gue ogeb, batinnya frustasi.

"Terserah lo" Lalu Abian menyingkirkan guling tersebut dan tidur membelakangi Keyla, berusaha lekas tidur untuk menyambut hari esok.

"Abian" Panggil Keyla lima menit setelahnya.

"Hm?" Berdehem saja tanpa membuka matanya.

"Lo kenapa terima perjodohan ini?" Terlontar pertanyaannya yang membuat Abian membuka matanya secara perlahan.

"...secara kan kita sama sekali gak saling kenal" Sambung perempuan yang masih menatap langit-langit kamar.

Tak ada respon dari Abian. Membuat Keyla tersenyum samar.

"Lo punya pacar gak Bi?"

"Bi?" Abian membalikkan badannya agar telentang. Ia menaruh lengannya di bawah kepala. Cukup ambigu dengan cara Keyla memanggil dirinya.

Keyla menolehkan kepalanya menghadap Abian yang menatap langit-langit kamar, "Kan nama lo Abian"

"Oh" Mengangguk saja, ia malas mempermasalahkan nama panggilan itu sebab ia biasa dipanggil 'Yan'

"Punya pacar gak?" Keyla mengajukan pertanyaan yang bahkan tak dijawab oleh suaminya itu.

"Nggak"

Suasana kemudian menjadi sunyi, dinginnya malam mulai masuk ke pori-pori kulit pasutri itu. Perlahan Abian menolehkan kepalanya menatap Keyla yang entah sejak kapan menutup matanya dan bernafas dengan teratur.

Ia menatap lekat wajah itu, perempuan yang kini menikah dengannya--ditempat tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarnya besar kedua belah pihak dan sebagian kolega. Berita tentang pernikahannya benar-benar tak tersebar sebab tak ada yang boleh tahu tentang pernikahannya ini.

Konyol.

"Lo istri gue Key, suka atau nggak. Lo artinya kepunyaan gue, lo hak milik gue, dan gue gak suka lo dekat sama yang lain" Ucapnya yang terdengar berbisik di telinga sang istri. Abian sudah menyatakan hak kepemilikannya atas seorang Keyla.

Saat ia mengucapkan kalimat tentang pernikahannya, ia sudah mengikhlaskan semua yang ada padanya dan memaksakan diri untuk menerima kehadiran Keyla. Suka atau tak suka.

Chat dari Rama

"Sarapannya Abian" Keyla meletakkan dua piring nasi di meja makan.

Abian mengamati dua menu yang dibuat oleh istrinya itu, seporsi ayam kecap dan juga kangkung yang ditumis. Tak banyak bicara, Abian menarik kursi dan menyantap sarapannya itu.

Sebenarnya, lelaki itu tak biasa dengan sarapan di rumah. Bisa dikatakan ia tak pernah memakan makanan di pagi hari. Bahkan saat jam menunjukkan kurang dari pukul tujuh. Tapi Keyla, perempuan itu terbiasa dengan sarapan sehingga membuat Abian mengambil keputusan untuk menemaninya. Lagipun, masakannya tak seburuk yang Abian bayangkan.

Abian menyelesaikan sarapannya lalu meneguk air minum yang Keyla tuangkan padanya. Saat lelaki itu mengambil tasnya Keyla menatap lelaki itu dengan matanya nan cokelat, "A-Abian, gue boleh nebeng lo gak?" Ucapnya sedikit takut mendapat penolakan.

"Lagi buru-buru, gue duluan" Acuh lelaki itu sembari melangkah pergi dengan memasukkan tangannya ke dalam saku celana.

"Abian..." Menatap sang suami dengan sendu.

Langkah Abian terhenti, ia sedikit menoleh pada Keyla yang menatap padanya, "Masih kayak kemaren, anggap kita gak saling kenal di sekolah" Ucapnya dingin lalu pergi dari pandangan Keyla.

. . .

Keyla berlari kecil di koridor Smansa Taruna sebab bel sebentar lagi akan berbunyi. Tapi tetap saja ada yang menghalangi rencananya, ia tak sengaja menabrak bahu seseorang. Keseimbangannya saat itu tak baik sebab terlalu fokus pada langkah kakinya sehingga Keyla jatuh menyentuh lantai.

"Nggak apa-apa?" Seorang lelaki mengulurkan tangannya pada Keyla. Rama. Lelaki itu memamerkan senyumnya pada Keyla.

Keyla mendongakkan kepalanya dan bersitatap dengan ketua OSIS itu, menerima uluran tangan Rama dan bangkit berdiri, "Baik kok" Ucapnya sembari membersihkan rok miliknya.

"Oke" Mengangguk saja, kemudian pandangannya teralihkan pada lengan Keyla yang di plester. "Em, tangan lo kenapa?" Tanyanya ingin tahu.

Keyla menatap lengannya yang kena notice dati Rama, "Cuma habis keserempet aja semalam" Ucapnya berusaha bersikap tenang.

Terlihat jelas Rama khawatir dengan perempuan itu, "Tuh kan, gue udah bilang kan bareng gue aja berangkatnya" Ucapnya cemas.

"Nggak enak abisnya, orang kita baru kenal"

"Yaelah nggak apa-apa kali, santai aja sama gue"

"Haha iya-iya, gue ke kelas ya" Keyla lekas melangkahkan kakinya sebab mengejar waktu.

"Keyla" Rama kembali memanggil dan menunda langkah kaki kecil Keyla.

"Ya?" Menoleh pada lelaki itu dengan matanya nan cokelat.

"Ntar kantin bareng yuk"

"Boleh"

"Yess"

"Kenapa?" Suara itu menyentakkan Rama yang tengah kegirangan sebab ajakannya diterima oleh Keyla. Abian lelaki itu menatap heran pada sang sahabat sebab terlihat sangat antusias entah karena apa.

Rama masih tersenyum saat ia menoleh terhadap sahabatnya Abian, lelaki itu lantas merangkul bahu Abiandan mengajaknya ke kelas. "Gak apa-apa, kelas yuk" Ucapnya masih tersenyum.

"Gue keknya bakal nge-chrush in Keyla deh" Ucap Rama di tengah langkah mereka yang menaiki anak tangga untuk menuju lantai dua tempat kelas mereka berada.

Langkah Abian terhenti.

"Manis banget dia" Ucap Rama yang ikut menghentikan langkahnya.

Abian yang sudah berwajah datar kini mulai mengeluarkan auranya yang dingin, ia menatap tajam pada lelaki di hadapannya itu. "Gue saranin jangan" Ucapnya datar.

Menaikkan sebelah alisnya tak paham, "Napa?"

Abian sadar tatapannya terlalu berlebihan, ia membuang pandangannya ke arah lain, "Sakit hati baru tahu rasa lo" Imbuhnya pelan.

"Gak bakal kali" Rama terkekeh pelan. Ia mengira Abian mengkhawatirkan dirinya.

"Terserah lo" Ucap Abian, ia lalu menatap sang sahabat yang sifatnya lebih baik dari dirinya sendiri.

Dia punya gue, Rama. Cuma untuk gue.

. . .

Bel istirahat baru saja berbunyi, sekelompok besar manusia keluar dari dalam kelas dan kebanyakan menuju ke satu tempat yang sama, kantin sekolah. Tempat dimana para warga sekolah melepas haus dan lapar hingga membuat dompet menipis sebab keinginan lambung yang tak tak malu.

"Keyla, gue liat cincin lo dong" Keyla yang hendak pergi ke kantin diberhentikan oleh Nayra yang datang dengan senyum manis namun minim akhlak sebab langsung menarik cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Eh jangan, itu--"

"Elah pinjem doang, kagak bakal ilang" Ucapnya sembari pamer ginsulnya. Terlihat Nayra terpesona dengan cincin milik Keyla, "Bagus cincinnya, beli mana?" Tanyanya sembari mengembalikan cincin itu pada Keyla.

"Hadiah ini" Dusta Keyla sembari memasangkan kembali cincinnya di jari manisnya.

"Kek cincin couple, dah punya cowok ya?" Tanya Nayra dengan tatapan menggoda pada Keyla

Keyla hanya tersenyum.

"Gue ke kantin dulu ya"

"Eh bareng aja Key" Nayra berucap.

"Gak bisa, gue ada janji" Keyla menolaknya lalu pergi keluar kelas, takut Rama terlalu lama menunggunya.

"Oh oke" Tersenyum tipis menyaksikan punggung Keyla yang semakin jauh.

"Keyla" Melihat Keyla yang usai memesan pesanannya lantas Rama memanggil perempuan itu. Keyla tersenyum tipis, lalu melangkah menghampiri Rama.

Saat jarak semakin dekat, Rama menolehkan kepalanya pada Abian yang terlihat santai menyantap siomay miliknya. "Yan, lo pindah gih" Bisiknya pada sang sahabat.

Abian menolehkan kepalanya pada Rama lalu pada Keyla yang duduk dengan canggung di hadapannya, "Cuek aja kali" Imbuh lelaki itu lalu fokus pada makanannya.

Rama berusaha bersikap profesional, ia mengajak Keyla berbincang ringan dan dibalas dengan santai oleh Keyla juga.

Lain dengan Abian yang melirik Keyla dengan tatapan tajamnya. Sungguh itu membuat Keyla merinding saat bersitatap dengan suaminya sendiri. Ia tak nyaman.

Abian kenapa?

Lekas-lekas Keyla menghabiskan batagornya sebab ia merasa diusir oleh tatapan sang suami. "Em, Rama gue duluan ya? Ada pelajaran biologi habis ini" Ucapnya yang baru saja meneguk teh es miliknya mau pergi dengan buru-buru dari situ.

"E-eh iya" Menatap canggung pada punggung Keyla yang mulai menghilang dari pandangannya.

"Perasaan sepuluh menit lagi deh baru bel bunyi" Gumam Rama sembari menatap jam tangannya.

"Kagak betah kali liat muka lo" Ucap Abian yang sudah mengganti mimik wajahnya menjadi datar kembali.

Rama menatap sebal pada sang sahabat, ia mendorong bahu kekar lelaki itu, "Sialan lo Yan. Paling juga gegara lo"

"Nggak ngerasa" Ucapnya dengan tenang, perlahan bibirnya naik mengukir senyum miring.

Malam....

Usai makan malam, Abian menghampiri Keyla yang tengah mencuci piring sendirian. Ia membuka kulkas yang ada di dekat perempuan itu, dan mengambil sebuah apel, "Jangan dekat-dekat sama Rama" Ucapnya yang membuat Keyla mengernyitkan dahinya mendengar pernyataan itu.

"Hm? Emang kenapa?" Tanyanya tak paham.

"Menurut lo?"

Keyla terkekeh kecol ia mengeringkan tangannya menggunakan tisu, "Abian nggak jelas banget sih, kalau gue tahu--"

"Karena lo istri gue, apa kata orang kalau cewek yang sudah bersuami dekat ama cowok lain?" Keyla bungkam mendengar kalimat panjang dari mulut lelaki itu.

"Tapi kan nggak ada yang tahu kita udah nikah" Membela diri.

Abian melangkah mendekati Keyla dari berdiri sangat dekat dari Keyla, ia menatap perempuan yang tinggi badannya 145 cm, entah seperti apa keturunannya jika dilahirkan oleh Keyla, "Sadar diri dong kalau udah nikah" Cela Abian dengan aura yang semakin mengerikannya.

"Kalau gitu lo sadar dong kalau gue juga harus dipublish!" Keyla tak suka dipojokkan, ia mendorong dada bidang Abian yang berakhir sia-sia sebab lelaki itu sama sekali tak bergeming.

"Nggak perlu lo publish, cukup jangan jadiin gue orang asing. Gue juga bisa muak" Ucapnya lelah dengan mata yang berkaca-kaca lalu pergi dari situ. Ia takut dengan Abian yang menatapnya tajam.

. . .

Abian tertegun melihat Keyla yang tengkurap di atas kasur dengan suara isakan. Ia menghembuskan nafasnya pelan lalu melangkah menuju pere kian yang mengenakan piyama dress dengan warna hitam itu. "Buat lo." Meletakkan secangkir air putih di atas nakas, "...gue taruh di sini."

Lelaki itu kemudian menuju lemari baju miliknya dan mengambil jaketnya.

"Gue mau keluar. Tidur duluan." Ucapnya tanpa menatap pada Keyla yang mendengar hal itu lantas bangun dan mulai merengek.

"Lo tahu kan gue masih belum bisa tidur sendiri di sini, hiks." Mengusap pipinya yang kembali dibanjiri air mata.

Abian memejamkan matanya untuk merendam emosinya selama ini, "Udah jadi rumah lo." Ucapnya dengan tak santai.

"Tetap aja Abian! Gue masih belum betah, hiks." Isakan yang menjengkelkan bagi telinga Abian.

Lelaki itu kembali melepaskan jaketnya dan mendekati Keyla.

"Ya udah tidur buru." Duduk sembari bersandar di atas kasur king size miliknya.

"Hiks."

"Gue nggak suka cewek manja."

"Hiks"

"Udah sini tidur" Tak tahu dapat ide darimana, Abian mengelus kepala Keyla. Berharap perempuan itu lekas terlelap dalam tidurnya.

"Udah gosok gigi belum?" Tanya Abian.

Keyla mengangguk.

"Lengan lo udah diobati?"

Kembali mengangguk.

"Sekarang tidur, gue mau keluar." Menutup mata Keyla yang sedari tadi menatap padanya.

Mengerucutkan bibirnya.

"Tidur cepat." Menajamkan matanya yang menatap pada Keyla.

Keyla mulai memejamkan matanya, menikmati sensasi usapan kaku Abian pada kepalanya, "Besok di sekolah kita bisa nggak jadi orang asing gak, Bi?" Bertanya.

"Gak bisa." Ketus.

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa."

"Kalau gue deketin lo boleh?" Abian menolehkan kepalanya pada Keyla yang berucap begitu berani padanya, "...gue nggak butuh persetujuan lo, ini keputusan sepihak." Ucap Keyla lalu memejamkan matanya agar tak tenggelam pada tatapan Abian yang terasa menginterogasi dirinya.

. . .

"Ngaret" Cetus Akiel pada Abian yang baru sampai ke tongkrongan mereka.

"Hm" Mendudukan dirinya di samping Rama.

"Rokok?" Tawar Keenan pada Abian yang sudah berbaik ponsel.

Abian menoleh pada Keenan dan mengambil sebilah dan menghidupkannya, "Thanks" Papar Abian yang dibalas anggukan oleh Keenan.

Keenan dan Akiel menceritakan pada Abian jika Rama tengah berencana mendekati adik kelas dengan nama Keyla. Sungguh membuat emosi Abian naik.

"Terus udah dapet belum nomornya?" Abian menoleh pada Akiel yang berucap sembari menatap pada Rama yang sedari tadi tersenyum sendiri.

"Udah" Bangga Rama.

Abian menatap tajam pada Rama, "Dapat darimana lo?!" Semua menoleh pada Abian yang mengusapnya dengan tidak santai.

"Dari teman sekelasnya" Jawab Rama, ia menatap heran pada Abian, "...kenapa emang?"

Abian berdehem. Enggan membalas pertanyaan Rama itu.

"Terus udah lo chat?" Tanya Akiel penasaran.

"Baru aja sih, tapi belum dibaca" Ucap Rama sehabis mengecek ponselnya.

"Gue balik duluan ya" Abian bangkit dari duduknya. Menginjak puntung rokok yang belum habis ia nikmati nikotinnya.

"Lho Yan? Lo baru nyampe" Cegat Keenan heran.

"Yaelah kek nggak tahu Abian aja lo pada" Ucap Rama. Ya, ini bukan pertama kalinya Abian yang baru sampai kembali pulang dengan durasi yang dekat.

Abian tak peduli. Ia menaiki motornya dan melesat pergi. Pulang ke apartemen.

. . .

Abian masuk ke dalam kamarnya, mendapati Keyla yang masih terlelap dalam tidurnya sama seperti saat ia tinggalkan empat puluh lima menit yang lalu. Ia kemudian menatap pada ponsel sang istri yang dicharge, menghidupkannya. Cukup terkesan sebab ponsel itu tak diberi kata sandi apapun.

Abian menemukan chat dari nomor yang tak dikenal pada notifikasi whatssap Keyla yang ia tahu itu adalah nomor Rama sahabatnya.

Ia lekas menghapus chat tersebut dari room chat Keyla dan kembali mematikannya. Ia juga mencabut charge hp itu yang sudah mencapai sembilan puluh tujuh persen. Tak baik meninggalkannya semalaman.

Selesai dengan urusan ponsel Keyla, Abian keluar dari kamar tidur menuju kamar mandinya untuk mencuci kaki dan wajahnya, baru ia masuk ke dalam kamar dan naik ke atas ranjang.

Merasakan ada pergerakan di tempat tidur, membuat lelapnya Keyla buyar, perempuan itu membuka matanya dan mendapati tubuh Abian ada di sampingnya sama seperti saat ia hendak tidur tadi, "Abian?" Keyla menatap Abian yang sedikit melirik padanya dalam posisi telentang, "...nggak jadi keluar?" Tanya perempuan itu yang tak tahu jika Abian baru saja dari luar.

"Gue ngantuk" Membalas singkat ia menarik guling di sampingnya dan hendak menaruhnya di tengah antara dirinya dan Keyla.

"Jangan..." Mencegah aksi lelaki itu sembari menunjuk lukanya.

Abian menatap dalam mata cokelat Keyla lalu kembali sadar, mengurungkan niatnya untuk menjadikan guling itu pembatas dan tidur membelakangi Keyla.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!