Meminta Bantuan

"Bian"

Abian dengan hoodie putih dan celana jeans menghentikan langkah kakinya sesaat setelah keluar kamar. Ia menatap pada Keyla yang tengah duduk di atas sofa dengan ditemani segelas jus anggur.

"Sini" Menepuk sofa di sampingnya, "Temenin nonton" Sebab tak mendapatkan respon dari Abian, maka ia memberitahukan keterangan mengapa meminta Abian menghampirinya.

"Gue mau keluar" Abian sama sekali tak beranjak dari tempatnya.

Keyla menggembungkan pipinya sebal, "Keluar mulu, istri gak diajak" Gerutunya sembari mengalihkan pandangannya ke arah televisi.

"Kemarin gak" Langkah kaki Abian mendekat pada Keyla dan duduk di samping perempuan itu.

"Kemarin doang" Gumam Keyla.

Suasana menjadi hening sesaat, Abian yang fokus pada ponselnya dan Keyla yang fokus dengan tontonannya. Merasa ada yang janggal, Abian menatap pada Keyla yang ternyata terus menatap ke arah televisi, mengikuti arah pandang istri ia membulatkan matanya sempurna melihat adanya adegan kissing yang ditampilkan, refleks lelaki berumur delapan belas tahun itu menutup mata Keyla dengan tangannya yang besar.

"Anak kecil gak boleh nonton yang begituan" Ucapnya sembari memindah saluran televisi. Tinggi badan Keyla membuat Abian lupa jika perempuan seumuran dengannya.

"Aaa Bian, awas" Keyla kesal sebab acara menontonnya diganggu oleh Abian. Menyesal sudah ia karena telah mengajak sang suami menemaninya untuk menonton.

Keyla menyingkirkan tangan kekar Abian dari hadapannya ia kembali menatap ke arah televisi, "Yahhh tuh kan gegara Abian" Merajuk sudah sang gadis.

"Ngapain juga lo nonton yang begituan?" Sahut Abian sembari meneguk minuman milik sang istri dengan santai.

"Abian pernah ciuman?" Tanya Keyla secara gamblang membuat Abian meliriknya sekilas lalu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.

"Hm"

"Hah?" Kaget sebab ia yakin 'iya' adalah jawaban dari deheman suaminya.

Abian menatap pada Keyla, menaikkan sebelah alisnya, "Apa?" Tak perlu seterkejut itu juga.

"B-beneran? Yang kayak di tv tadi" Menunjukkan ke layar televisi yang tengah menyiarkan kartun anak-anak.

"Gak perlu tahu" Enggan menjawab dengan pasti.

Keyla mendekatkan dirinya pada Abian, "Enak gak Bi?" Bertanya dengan begitu antusias.

"Hm"

Keyla menahan senyumnya dan duduk dengan tegak, "Beneran? Jadi pengen nyoba deh" Cekikikan bak orang gila, Abian bahkan dibuat heran dengan kelakuannya, "Eh tapi emang gak bau ya? Misalnya habis makan bakso gitu terus ciuman emang gak bau apa?" Bertanya dengan begitu polos.

"Pertanyaan lo gak berbobot" Respon Abian yang tadi sempat berdecak sebal sebab kelakuan sang istri.

"Aaa tapi penasaran, tapi aneh gak sih?" Kembali bermonolog sebelum ia menatap ke arah Abian, "Bi--"

Abian menyerang bibir ranum Keyla lebih dulu daripada ucapan Keyla, ********** lembut jemarinya merayap naik ke tengkuk perempuan itu dan memperdalam ciumannya. Puas menikmati bibir sang istri, ia melepas tautan bibirnya dan menatap dekat pada Keyla yang terlihat syok dengan apa yang barusan terjadi.

"Gak penasaran lagi kan?" Ucapnya sembari mengusap bibir Keyla yang lembab, ia memundurkan posisi tubuhnya, memberi ruang pada Keyla.

"Berhenti penasaran tentang hal yang terlalu dini lo tahu" Ucapnya saat melihat Keyla sudah sepenuhnya sadar. Wajah perempuan itu nampak merah bak kepiting rebus.

"Emang kenapa? Kan udah nikah" Masih berusaha menjawab, walau jantungnya tengah berdisko ria.

Abian tersenyum miring, ia mengambil kunci motornya yang ada di atas meja, "Bocil" Ledeknya lalu bangkit berdiri, "...gue keluar dulu" Melangkah pergi meninggalkan Keyla.

"Ooh jadi gitu rasanya ciuman" Menyentuh bibirnya yang tadi saling bertautan dengan bibir Abian. "Seru ya?" Mulai cekikikan. Kewarasan mungkin harus diperiksa.

. . .

Seorang perempuan dengan sweater pastel dan rok pendek terlihat memasuki restoran yang cukup ramai dikunjungi, ia menghampiri seorang lelaki dengan hoodie hitam dan jeans senada. "Kenapa?" Tak ingin basa-basi Andrea lantas melempar pertanyaan langsung pada Rama yang menghubunginya agar bertemu di restoran.

Rama tersenyum manis pada Andrea lalu menunjuk buku menu di hadapan perempuan itu, "Pesan aja, ntar gue yang bayarin" Ucapnya dengan begitu ramah.

Andrea menatap Rama penuh curiga walau tangannya membuka buku menu tersebut, "Selama gue kenal lo, gak pernah yang namanya lo ikhlas traktir" Tutur Andrea saat Rama memanggil waiters.

"Aelah gak percayaan banget sama gue" Terkekeh kecil sembari ikut memesan makan untuk dirinya sendiri.

Andrea menyebutkan makanan yang akan ia santap totalnya ada lima pesanan termasuk minum yang ia sebutkan. Membuat Rama yang pelit harta itu melongo, "Sebanyak itu?" Ia bahkan hanya memesan dua nomor.

"Ya udah--" Sudah hendak beranjak pergi meninggalkan.

"Eh iya iya" Menahan kepergian gadis dengan sweater pastel itu. Pasrah sajalah.

Puluhan menit berlalu begitu saja seiring dengan makanan Andrea yang berkurang, Rama memiliki sesuatu untuk dibicarakan dengan perempuan itu dan memilih waktu yang pas untuk membicarakannya.

"Em Ya, sebenarnya maksud gue ngajak lo ketemuan itu buat bujuk lo supaya ngedeketin gue sama Keyla" Tepat setelah Andrea usai dengan makan malamnya, Rama mengutarakan hal yang ingin ia sampaikan sedari tadi.

"Ahhh lo benar-benar ya" Andrea meletakkan gelas minumnya dengan sedikit kasar di permukaan meja. Ia menatap jengkel pada Rama. Seharusnya ia peka akan hal ini.

"Aya please" Memohon pada perempuan yanh sudah berteman dengannya semenjak SMP.

Andrea menatap datar pada Rama yang memasang wajah memelas, "Dengar ya Rama, selama ini gue ngedeketin lo sama cewek-cewek yang lo incar tapi apa? Gak nyampe dua bulan udah putus, jadi gue gak mau" Berkeluh kesah.

"Aya untuk yang ini please banget bantuin gue ya? Oke?"

"Gak bakal" Ketusnya.

"Gue bakal lakuin apa pun asal lo bantu gue"

"Udah berapa kali lo ngomong omong kosong kayak gitu?" Andrea menghela nafas, "Gue muak Ram. Dan kebanyakan lo yang mencampakkan semua cewek lo"

"Nggak benar" Bantah Rama mencoba menyangkal.

"Sembilan puluh persen benar" Andrea kembali menyahut, tanfannya mengeluarkan dompetnya dari dapam sling bag, "Dan gue gak bakal mau bantu lo buat deket sama cewek lain melalui tangan gue" Ucapnya dengan mutlak.

Andrea lalu mencari keberadaan waiters, bersisitap agar segera melayani meja mereka, "Mba, minta bill" Ia lalu menatap pada Rama yang mengambil dompet siap mengeluarkan kartunya, "...biar gue yang bayar" Tutur tanpa ada keramahan sedikitpun.

Usai membayar, Andrea lantas langsung ke luar restoran meninggalkan Rama dengan perasaan kesal.

Rama ikut keluar restoran dan menyusul Andrea, ia menggapai tangannya, "Aya kali ini aja, gue janji ini bakal jadi yang terakhir" Masih memohon tentang acara pendekatannya dengan Keyla.

Andrea menghempaskan tangan Rama, menatap tajam pada lelaki yang lebih tinggi darinya itu, "Lo cuma mikirin tentang lo Ram, jujur ya gue malu ngeliat mantan-mantan lo. Gue malu sama lo yang ngebet ngedeketin mereka terus lo putusin gitu aja"

Rama terdiam mendengar kebenaran itu, ia menatap dalam perempuan dengan rambut yang terkuncir rapi tersebut, "Aya, kesannya lo ngebuat gue kelihatan brengsek banget"

"Emang lo brengsek" Tak ada beban saat mengatakannya.

"Biar itu jadi urusan gue, dan lo gak perlu ikut campur"

Andrea berdecih mendengar hal itu dari mulut Rama, "Kalau gitu jangan melibatkan gue kalau lo mau dekat sama cewek"

"Aya..."

"Lo cowok kan? Pakai usaha lo sendiri kalau gitu" Ucapnya sebelum benar-benar pergi dari situ.

Garden Coffe....

"Boleh gabung?" Keenan, Akiel, dan Abian yang tengah mengobrol ria dikejutkan oleh kedatangan Olivia yang langsung menarik kursi yang kosong di samping Abian.

"Tumben gak bareng Aya lo" Tutur Akiel menyapa Olivia. Biasanya Andrea dan Olivia tak bisa dipisahkan kemana-mana selalu bersama.

"Kan Aya lagi sama Rama" Tutur sang gadis dengan santai.

"Paling minta bantuan Aya buat deketin Keyla" Abian berucap sudah hapal dengan prilaku Rama selama ini.

Olivia menatap pada Abian, dalam, "Tapi kayaknya Aya nggak mau bantuin Rama deh" Ucapnya.

"Kenapa tuh?" Keenan menyahuti.

Olivia mengalihkan tatapannya, lalu meneguk kopi yang ia pesan, "Pacar terakhir Rama diputusin pake alasan yang sama kayak mantan-mantan yang lain. Dan di setiap hubungan Rama, pasti tangan Aya yang ngedeketin mereka jadi setiap Rama putus pasti mantan-mantannya bakal bilang kalau Rama bukan cowok yang baik dan Aya bakal ikut dalam list yang gak baik itu" Panjang lebar menjelaskan garis besar keadaan saat ini.

"Lah kan bukan Aya yang jadi penghancur hubungan mereka" Akiel merasa bingung.

"Tapi Aya yang bikin mereka berhubungan" Sahut Abian cerdas.

Olivia mengangguk, "Lagian Rama kalau suka sama cewek kenapa nggak usaha sendiri sih?" Mulai kesal sebab yang diperalat adalah Andrea sahabatnya, "Cowok tulen gak sih?" Ketusnya.

"Lo bisa-bisanya ngatain--"

"Diem lo, urus aja hubungan virtual lo itu" Olivia mengetusi Keenan yang hendak membela Rama. Mendengar kata 'virtual' membuat Keenan diam, memangnya kenapa jika hubungannya virtual?

"Gue pulang dulu" Pamit Olivia sembari bangkit berdiri.

"Bareng gak Liv, gue juga mau balik" Akiel menawarkan tumpangan pada perempuan yang sebatas dagunya itu.

Olivia menangkap objek yang menarik, "Tuh Karin, gak disamperin?" Tanyanya pada Akiel yang lantas membuat lelaki itu mengalihkan pandangannya juga.

"Ya udah lo bareng gue aja kalau gitu, Liv" Keenan menawarkan tumpangan.

Akiel menggeleng kecil setelah mengingat satu hal, "Gak dulu deh, sekarang minggu-minggu Karin pms gue gak mau bikin moodnya hancur" Sungguh mantan yang masih pengertian. Akiel kembali menatap pada Olivia, "Ayo lagian kita searah" Sebenarnya mereka tetangga.

Olivia tersenyum tipis, "Lo mau dihajar cowok gue? Nggak kan?" Akiel diam. Tahu seperti apa kekasih dari Olivia tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!