"Key" Nayra memanggil Keyla yang sedari tadi bermain ponselnya seorang diri. Nayra dan yang lain tak tahu alasannya mengapa perempuan itu enggan bergaul akrab dengan mereka. Perempuan itu lebih sering bermain ponselnya seorang diri.
"Hm?" Menoleh pada Nayra yang berada di dekat bangku Karin.
"Lo dicari Keenan tuh" Menunjuk ke arah luar pintu.
Keyla mengernyitkan dahinya. Ia tak tahu siapa itu Keenan, lagipula ia tak merasa pernah berkenalan dengan nama yang begitu asing itu, "Keenan siapa?" Tanya Keyla tak paham.
"Temannya Rama" Cetus Karin yang sedari tadi sibuk dengan make up-nya.
Keyla keluar dari tempat duduknya, menuju ke pintu luar untuk mencari tahu siapa itu Keenan. Ia menolehkan kepalanyake arah kanan pintu masuk. Menemukan tiga orang laki-laki dengan seragam yang ke luar dari celana, satu diantaranya adalah Abian.
"Keyla ya?" Tanya lelaki itu.
Keyla yang sedari tadi menatao pada Abian kini beralih menatap lelaki itu, "Em iya" Menjawab dengan kikuk.
Keenan memamerkan senyumnya, "Kenalin gue Keenan" Ucapnya ria pada perempuan dengan tinggi 145 cm tersebut. Kenapa perempuan generasi sekarang kebanyakan yang ia temui bertubuh kurcaci?
"Gue Akiel" Sahut lelaki di sampingnya.
Keyla mengangguk saja tak tahu harus membalas apa, "Kenapa ya?"
Akiel mengeluarkan sebungkus cokelat ke hadapan Keyla, "Dari Rama. Orangnya lagi rapat OSIS"
Keyla bertambah bingung. Ia tak meminta cokelat dari Rama, ia juga tak begitu suka cokelat, harus kah menerimanya? Kemudian tak sengaja menatap pada Abian yang melempar pandangan dingin dengan aura tak sedap. Keyla merinding melihat tatapan pria itu.
Keenan berdecak sebal, ia pegal harus memegang cemilan yang tak akan pernah masuk ke dalam perutnya, "Udah ambil aja, banyak mikir lo" Meraih tangan Keyla dan memindahkan posisi cokelat batang tersebut.
"Nggak bisa, gue gak enak" Hendak mengembalikannya kembali.
"Ck, sama Rama gak usah ada kata gak enakan. Kurang ajar sama dia juga nggak apa-apa lo" Keenan mengibaskan tangannya, seolah mengatakan jika semua ucapannya itu benar dan patut ditaati, "...maksudnya pas udah jadian ntar" Sambung lelaki itu yang malah membuat Keyla bertambah bingung.
"Jadian?" Mata perempuan itu kemudian menatap pada Abian yang sedari tadi hanya diam, "Gue maunya sama Abian, gimana dong?"
. . .
"Wah parah, lo kok diem aja Yan?" Di kantin, Keenan bertanya dengan heboh tentang diamnya Abian saat perkataan Keyla yang secara halus menyatakan perasaan pada dirinya.
"Lha emang gue harus gimana?" Bertanya dengan datar sembari menyantap pentol gorengnya.
Yang lain terdiam sejenak saat, seorang perempuan dengan rambut pendek dikepang mendekati ke arah Abian, dan menyodorkan sebuah kotak makan pada lelaki itu, "Kak Abian, ini makan siang untuk Kakak" Abian meliriknya dan kotak makan itu, "...tolong terima ya?" Pintanya.
Abian mengambil kotak makan itu. Membuat beberapa sorakan riuh di kantin sebab sang kulkas mengambil pemberian perempuan yang notabene tak ia kenali. Tapi sorakan itu menghilang kala Abian mengopernya pada Akiel, "Buat lo"
Ia lalu kembali menatap pada perempuan itu, "Pergi dari hadapan gue" Titahnya dengan dingin. Sungguh itu menusuk sekali.
"Kak..."
"Pergi atau lo gue buat kapok" Sungguh jangan melawan perkataan Abian jika tidak ingin diganggu habis-habisan oleh lelaki itu.
Nampak perempuan itu sudah hendak mejumpahkan air matanya sebab menahan malu, "Maaf" Lirihnya lalu pergi dari situ.
"Seharusnya lo begitu ke Keyla" Ucap Rama dengan sendu. Ia mengaduk minuman dinginnya dengan uring-uringan.
Abian menatap pada Rama yang berwajah sendu. Hanya karena Keyla, Rama menjadi pendiam begini. Abian ingin Keyla tetap di sampingnya, tanpa harus mempublikasikan hubungan mereka.
Siapa pun yang akan mengambil Keyla, maka akan ia halangi. Bahkan untuk sahabatnya sendiri.
. . .
Abian dan sahabat-sahabatnya minus Rama sebab lelaki itu ada urusan terlihat melangkah menuju toilet. Akiel me atap dingin melihat dua perempuan yang terlihat membully seorang adik kelas, Akiel lantas melangkah mendekati mereka dan melerai, "Ck, kalian apa-apaan sih?" Tak suka melihat pembullyan terhadap perempuan.
"Ngebully orang keknya emang hobi lo ya? Heran gue" Sungguh Keenan tak habis pikir dengan perempuan itu. Wajah cantik tapi kelakuan seperti tak dididik oleh orang tuanya. Ingin rasanya Keenan menjadi guru akhlak untuk perempuan ini, ya walaupun akhlaknyaminus juga. Tapi apa salahnya belajar bersama. Hanya saja itu terlihat seperti orang buta mengajar orang buta.
"Bukan urusan lo Keenan" Ucap perempuan itu tak suka diganggu oleh siapa pun. Mau itu primadona sekolah atau bahkan siswa lainnya.
"Cewek kok hobinya nindas? Minim akhlak banget lo" Akiel lalu menatap perempuan yang berdiri di samping si pembully tadi. "Lo juga, kenapa malah gini sih kelakuan lo? Gak usah lo ikutin kelakuannya--"
"Berisik" Hardik perempuan yang tadi membully.
"Lo nggak apa-apa?--" Keenan menatap name tag perempuan itu, "Marsha"
Perempuan dengan rambut yang dikuncir biasa, baju yang sesuai peraturan sekolah, wajah tanpa riasan itu menundukkan kepalanya. Tak berani menatap pada Keenan yang berdiri tepat di hadapannya.
"Marsha"
"Iya, nggak apa-apa Kak" Keenan yang saat itu bisa merasakan bahu Marsha bergetar, mengusapnya pelan, "Gak usah bohong, kalau mau nangis nggak apa-apa kok. Sekarang lo balik ke kelas, oke?" Berkata dengan lembut pada Marsha.
Marsha mengangguk, "Makasih Kak" Ucapnya lalu pamit pergi.
"Cabut" Ucap Abian dingin.
"Abian"
Lelaki itu hanya menoleh untuk mencari tahu siapa yang memanggilnya lalu kembali fokus pada langkah kakinya. Tak peduli jika yang ia acuhkan tengah menahan gelojak emosi.
"Sial" Umpat perempuan itu.
. . .
"Yang namanya Keyla, ikut gue" Keyla yang tengah berbicara dengan Nayra dan Karin tersentak mendengar suara bariton itu mencari dirinya. Ia menoleh ke arah pintu kelas, menemukan Abian yang berdiri di sana dengan tampang dingin.
"Abian?" Bergumam, ia lalu bangkit berdiri, "Permisi Nay" Izin pergi menjumpai kulkas berjalan itu.
"Kenapa Bi?" Bertanya dengan sopan, jangan lupakan senyum manisnya itu.
Abin tetap menatapnya datar, ia lalu mencekal pergelangan tangan Keyla. "Ikut gue" Menarik paksa perempuan itu pergi.
"Iih pelan-pelan" Merasa kesakitan sebab tangannya dicekal dan langkah kaki besar Abian yang membuatnya berlari kecil.
"Abian, ini mau kemana sih? Kalau banyak belokan gue gak ingat jalan balik ke kelas" Mengeluh sebab mereka mulai menaiki anak tangga dan berbelok di koridor lantai atas.
"Berisik"
Abian terus menariknya menuju roof top sekolah, tak pefuki banyak pasang mata yang terarah padanya, "Sakit Bi" Mengelus pergelangan tangannya yang memerah sebab ulah Abian.
"Maksud lo apa ngomong kayak gitu ke Keenan sama Akiel?" Murka.
Keyla mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan itu, ia tak paham, "Ngomong apa?"
"Gak usah pura-pura bodoh deh Key"
Keyla diam, mengingat kalimat yang bisa membuat Abuan menjumpainya seperti ini, "Emang lo ada masalah gue ngomong gitu?" Bertanya setelah menemukan alasannya.
Abuan terus menatap dingin padanya.
"Lo mau gue mengiyakan omongan teman lo itu?"
Abian menatapnya sengit.
"Nggak akan Bi, gue suka lo bahkan saat kita baru pertama kali ketemu" Ucap Keyla dengan tegas. Tak ada malu saat ia mengucapkan hal itu sebab memang itu kenyataannya.
"Lo suka gue karena apa? Tampang?"
"Iya"
"Basi" Cetus Abian.
Keyla tak percaya dengan apa yang ia dengar, apa lelaki itu tak bersyukur jika banyak yang menyukai parasnya yang elok? Memang aneh, "Emang lo mau gue jawab apa? Gue suka lo gegara ginjal lo? Amal ibadah lo? Kenal aja nggak" Berkata dengan tak santai, membuat Abian memutar bola matanya malas.
"Udah ngomelnya?"
"Belum" Langsung menyahut.
Abuan meraih dagu Keyla, menatap mata perempuan itu dalam, "Jangan pernah ganggu kehidupan SMA gue, camkan itu" Berkata dengan tegas.
"Gak mau" Membalas dengan nada yang menyebalkan di telinga Abian.
"Bebal ya lo gue bilangin" Menjauhkan jemarinya dari dagu perempuan yang berstatus istrinya itu.
Keyla bersedekap dada, menatap pada Abian yang tingginya bak tiang listrik, "Bisa marah juga ya kutub utara?" Berkata dengan suara meledek.
Abian berdecih, ia lalu melangkah pergi meninggalkan Keyla. Ia tak tahan menangani perempuan manja itu, "Rama ngajak pulang bareng" Langkah Abian terhenti.
"Terserah" Bersikap tak peduli.
"Gue mau pulang bareng lo"
"Gak ada tumpangan untuk manusia kayak lo" Ketus.
"Rama--"
"Rama ada latihan basket bareng gue, jangan ngerepotin" Setelah mengatakan itu, Abian lantas pergi dari hadapan Keyla.
"Nyenyenye" Meledek Abian walau tak lelaki itu ketahui, "Untung ganteng" Ucapnya kemudian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
nnda
next kakkk😍😍😍
2021-10-09
1