Dompet yang tertinggal

Perlahan Abian membuka matanya. Ia merasa berat di lengan kirinya. Mendapati Keyla yang terpejam dengan tangannya yang dijadikan bantal perempuan itu. Bagaimana bisa Abian yang awalnya tidur membelakangi Keyla kini malah tangannya yang menjadi alas tidur perempuan itu.

Abian perlahan menarik tangannya dari kepala perempuan itu, yang malah menjadi alasan dari membukanya mata Keyla. Perempuan itu menguap lebar yang malah membuat Abian menutup mulut istrinya itu.

"Hm? Abian dah bangun?" Tanya Keyla pada Abian yang duduk sembari bersandar.

Abian menyingkirkan tangannya dari wajah Keyla dan turun dari ranjang.

"Mau kemana?" Tanya Keyla sembari mengucek matanya.

"Dapur" Menjawab singkat sebelum meninggalkan Keyla yang masih mengumpulkan nyawanya untuk beraktivitas.

. . .

Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh, Abian datang dengan setelan seragam Smansa Taruna dan duduk di meja makan untuk menemani Keyla sarapan.

"Cuma bikin ini, nggak apa-apa kan?" Ucap Keyla dengan nada yang sedikit merasa bersalah karena hanya membuat nasi goreng untuknya dan Abian. Ia tak tahu apa makanan kesukaan lelaki itu.

"Hm" Cuek saja dengan menu sarapan, toh ia juga jarang makan pagi. Abian terlihat tengah berpikir tentang sesuatu, ini agak aneh saat ia memberitahukan kegiatannya pada orang lain yang baru hadir dalam kehidupannya, "Gue ada latihan basket, pulangnya telat" Akhirnya mengatakan kegiatannya pada Keyla.

"Em iya" Mengangguk saja. Toh ia tak punya alasan untuk mengatakan tidak.

"Jangan pulang sama Rama" Keyla mengangkat kepalanya saat mendengar larangan dari sang suami. Apa hubungannya dengan Rama? Atau apakah Abian hanya menebak saja jika Keyla akan pulang dengan lelaki itu?

"Kenapa?"

Abian menghembuskan nafasnya, "Kalau gue bilang nggak boleh ya artinya gak boleh" Ketusnya dengan mutlak, lalu mengambil tasnya, "...gue duluan" Ucapnya lalu pergi dari situ.

Keyla memejamkan matanya sebentar agar sabar dengan sikap sang suami yang sulit ditebak, ia lalu melihat sebuah dompet cokelat yang tergeletak di atas meja makan. Tepatnya di samping piring Abian. "Abian, ini dompetnya--" Pupus sudah, lelaki itu sudah keluar dari dalam apartemen.

. . .

Terlambat.

Keyla gagal mengejar waktu agar gerbang depan tak ditutup. Dan sialnya lagi di depan terdapat guru BK yang tengah menghukum para siswa yang juga terlambat.

Memutar otaknya untuk menghindari hukuman itu. Ia kemudian berlari ke samping sekolah. Memanjat pagar itu, tak peduli dengan luka di lengannya maupun seragamnya, yang ia pikirkan hanyalah bagaimana agar ia tak terkena hukuman guru BK Smansa Taruna.

Sudah gue duga ada yang lewat sini, Rama yang tengah bertugas untuk membantu memergoki siswa yang tak taat aturan memergoki seorang perempuan yang tengah turun dari gerbang belakang kantin tersebut.

Ia kemudian melangkah mendekati perempuan yang baru saja turun dari gerbang itu dan memegang bahunya. Matanya membulat sempurna kala tahu siapa itu.

"Keyla?!" Terkejut sebab anak baru seperti Keyla berani tak taat peraturan.

Keyla menyengir pada Rama yang sudah ia tahu jabatannya di Smansa Taruna, "Eh Rama? Hehe tadi macet di jalan" Ucapnya tak berbohong.

"Lo ngapain manjat pagar?" Tak habis pikir dengan jalan pikiran perempuan itu

"Y-ya kan di depan--"

Kini tahu apa alasan perempuan itu, Rama menghembuskan nafasnya pelan, "Huh, untung gue yang nemuin lo. Buru sana ke kelas"

Mata Keyla berbinar saat Rama membiarkannya lolos dari hukuman, "Makasih Rama, tambah ganteng deh" Ucapnya lalu pergi menuju kelasnya.

Rama mengulum senyumnya mendengar hal itu. Ah, ia tak waras semenjak suka dengan anak baru itu.

Keyla tak mengurangi tempo lariannya sebab ia mengejar waktu, dan kebetulan di koridor ia berpapasan dengan Abian. Keyla menghampiri sang suami terlebih dulu.

"Abian!"

Abian membalikkan badannya saat mendengar ada yang memanggilnya dengan begitu nyaring, ia terkehut meligat Keyla yang datang padanya, "Udah gue bilang kan--"

Keyla langsung menyodorkan dompet lelaki itu sebelum ia menyelesaikan ucapannya, "Dompetnya tadi ketinggalan di meja makan" Ucapnya dengan tak lupa tersenyum.

Abian diam sebentar, lalu mengambil dompet tersebut, "Balik ke kelas" Ucapnya datar.

Keyla menganggukan kepalanya, "Oke suami" Ucapnya pelan lalu berlalu pergi untuk menuju kelas dengan kembali berlari.

Abuan menatap kepergian Keyla, masih ternguang ucapan perempuan itu barusan, "Mulai ngelunjak tuh bocah" Ucapnya kemudian lalu pergi dari situ.

Istirahat....

Rama, Abian, Keenan, dan juga Akiel menginjakkan kaki mereka di lantai satu dari Smansa Taruna, mereka akan menuju kantin. Dan kebetulan berpapasan dengan Keyla yang baru keluar dari UKS. Rama menghampiri perempuan itu, membuat mata Abian tak terlepas dari interaksi mereka berdua, "Keyla, gue malam tadi ngechat lo" Tak menyapa langsung mengatakan tujuannya menghampiri Keyla.

"Hah?" Tak paham dengan ucapan Rama yang tiba-tiba.

"Iya, kok gak dibuka?" Tanya Rama.

Tiga sahabatnya sudah berdiri di belakang si bungsu--di antara mereka.

Keyla menghidupkan ponselnya dan memeriksa whatssap, "Gak ada masuk lho pesannya" Ucapnya pada Rama. Mata Keyla tak sengaja mengarah pada Abian yang sedari tadi menatap padanya, Abian dengan segera mengalihkan pandangannya. Keyla menduga jika Abian yang menjadi pelaku dari hilangnya chat Rama.

"Lho kok bisa?"

Keyla kembali menatap pada Rama, "Mungkin gak sengaja kehapus" Ucap Keyla.

Raka memgangguk saja, ia lalu mengirim ulang chatnya, "Udah gue chat ulang, save ya?" Ucapnya humble.

Keyla menatap pesan yang baru saja masuk di ponselnya tersebut, lalu tersenyum tipis, "Oke" Keyla kemudian menatap pada Abian yang masih membuang pandang. Terlebih dulu tersenyum pada dua orang lainnya yang tak ia ketahui siapa itu.

"Untuk Abian" Menyodorkan susu kotak stroberi pada lelaki yang memiliki tinggi 179 cm tersebut.

Abian menatap pemberian dari Keyla, lalu melirik pada Rama yang menatap lekat pada Keyla dan dirinya. Terbersit kecewa di mata lelaki itu, "Hm" Menerimanya dengan tatapan datar.

"Gue ke kelas ya?" Pamit Keyla lalu berlalu pergi. Semua menatap punggung perempuan itu. Keenan dan Akiel saling lempar tatap, jadi ceritanya Raka suka Keyla tapi Keyla memilih Abian. Luar biasa.

"Ah iya" Balas Rama pelan. Ia kemudian menatap pada Abian yang masih memasang wajah datarnya., "Abian, lo..."

"Mau? Nih ambil" Menyodorkan susu kotak stroberi pemberian Keyla pada Rama.

Rama menatap minuman kemasan itu, ia mau tapi itu bukan dituju padanya. Ia harus lapang dada, "Gak ah" Berusaha terlihat tak apa.

"Makanya ganteng" Cetus Abian yang membuat Rama sebal dengan dirinya.

"Mulut lo ya sialan!"

. . .

Rama menatap sebal pada Keenan yang sedari tadi cekikikan bermain ponsel, lelaki itu cukup mengganggu pemandangan, "Keenan, hape mulu lo" Melempar kulit kacang pada lelaki yang terjebak dalam permainan virtual.

Keenan menatap tak biasa pada Rama yang melemparinya dengan kulit kacang itu hingga menyentuh jakunnya, "Ck, sewot banget lo, kek bakal gue ghosting aja" Sewot Keenan yang merasa terganggu.

"Najis bencong" Kini melemparinya menggunakan kulit kacang lainnya. "Gue masih suka sama donat yee" Ucap ketua OSIS itu

"Kali aja bakal pindah haluan ke pisang" Balas si pemain roleplay tersebut. Ia kembali membalas chat dari teman permainannya dalam dunia virtual.

Ganteng doang, doyan sama virtual.

"Gue jahit juga ya lama-lama mulut lo berdua" Sebal Akiel mendengar pertengkaran Rama dan Keenan.

"Demen kok ama yang virtual" Julid Rama sembari mencomot cimol milik Abian.

Keenan memegang dada kirinya, berekspresi seolah-oleh ada belati yang menancap di dadanya, meringis kesakitan untuk mendalami aktingnya, "Deg, nyesek lho Ram" Ucapnya berlebihan.

Rama mendorong dada lelaki itu, "Lo udah kelas dua belas, doyan ama yang garis miring. Gak habis pikir gue" Ucap Rama yang tak paham dengan hobi dan kesenangan sang sahabat saat ia sudah berusia delapan belas tahun.

"Garis miring tatap tajam, menuju ke arahmu, tinju pipimu--"

"Gue tinju beneran lo ya Nan" Akiel sungguh muak mendengar omong kosong Keenan yang sungguh tak berbobot. Ia mengepalkan tangannya di hadapan wajah Keenan.

"Ayo kita baku hantam El" Tantang Keenan sok berani, "...tapi pake garis miring" Sambungnya kemudian.

Abian mendengus sebal, ia menatap tajam pada para sahabatnya itu, "Jangan sampe ni tusuk pentol nancap di pipi lo" Ancamnya tak main-majn.

Keenan mengalah dalam menyikapi tapi tak dalam sikapnya yang tak bisa dinasehati, "Nyenyenye" Ucapnya menye-menye.

"Keenan, Akiel, Abian! Kalian apakan mobil Bapak hah?!" Akiel yang tengah meneguk sebotol cola milik Rama tersedak mendengar teriakan itu.

"Ck, pake ketahuan lagi" Sebal Keenan dengan tak santai. Bisa-bisanya mereka ketahuan mengempesi ban mobil guru BK itu dengan sangat cepat. Keenan lekas menghabiskan makanannya. Lalu menarik keran baju Akiel yang duduk di sampingnya.

"Kabur woy kabur" Seru Keenan yang lantas membuat Abian dan Rama ikut melarikan diri dari kantin tersebut.

"Sialan, cimol gue belum habis" Umpat Abian, cimol yang ia beli seharga sepuluh ribu bahkan belum habis ia nikmati sebab ulah Keenan itu.

"Kenapa gue ikutan kabur sialan?" Rama mengumpat. Ia baru sadar jika dirinya adalah ketua OSIS. Lagi pula ia tak terlibat dalam kasus ini.

"Jauh-jauh lo Ketos" Keenan mendorong Rama yang lari di sampingnya hingga lelaki itu jatuh menabrak rerumputan. Keenan merasa bahaya jika ketua OSIS itu ada di dekatnya saat ia melakukan sedikit kenakalan. Siapa tahu kan Rama menangkap mereka dan membawanya ke ruang BK dengan iming-iming menambah nilainya dalam berorganisasi.

Rama menatap sebal pada ketiga lelaki yang makin menjauh daripadanya, "Sialan lo, El!" Seru Rama sebal.

. . .

Tiga lelaki dengan keringat di dahinya terlihat mengatur pernapasannya sebab berlari menghindari kejaran guru BK yang Keenan kerjai dan mungkin juga Rama ikut mengejar mereka. Saat ini tiga orang itu berada di roof top yang sangat jarang dikunjungi sebab tempatnya yang tak direkomendasikan untuk bersantai.

Abian menatap tajam pada Keenan yang sudah mulai sedikit bersantai, ia lantas meraih kerah baju lelaki itu dengan kesal, "Lo, kenapa lo nyeret gue hah?!" Kulkas berjalan pun bisa sebal jika dirinya dibawa-bawa untuk melakukan kegiatan yang sungguh tak berfaedah.

Keenan memutar bola matanya malas mendengar keluhan dari Abian, "Lha lo yang mau-mau aja gue suruh. Yang bodoh siapa?" Membalas dengan santai pada Abian. Ya tadi emang ia iseng mengempesi ban mobil dan menyuruh Abian untuk berjaga-jaga. Ya sebagai sahabat yang baik keserempet bodoh sedikit sebab salah pergaulan, Abian menurutinya.

"Sialan lo Keenan" Melepaskan kerah baju Keenan dengan perasaan sebal.

"Udahlah, udah terjadi juga" Akiel melerai dua orang itu dan duduk di bangku kayu. Ia kemudian melirik arlojinya, "Bentar lagi bel" Beritahu Akiel pada Abian yang terlihat menggulung lengan seragamnya dan Keenan yang bermain dengan ponselnya lagi.

"Bolos ajalah, sia-sia balik" Ucap Keenan dengan santai. Memang diantara mereka berempat, hanya Keenan yang terlihat selalu bermain-main. Berdebat beberapa saat, akhirnya mereka setuju dengan usulan Keenan.

"Rama gimana?" Tanya Abian sebab lelaki itu tak bersama mereka sebab Keenan yang mendorongnya.

"Alah santai kagak bakal dibocorin ama dia kita dimana" Ucap Keenan.

"Gue ngantuk sialan!" Sentak Akiel yang mengagetkan Abian dan juga Keenan.

"Nggak usah teriak juga sialan" Abian menendang bangku yang diduduki oleh Akiel tersebut.

"Berisik dugong" Keenan tak bisa konsentrasi dengan chattingnya tersebut.

Terpopuler

Comments

nnda

nnda

next kak

2021-10-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!