Bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, anak-anak sudah berhamburan ke luar sekolah menggunakan kendaraan masing-masing. Keyla berdiri di samping gerbang sekolah untuk menunggu jemputan.
Tak lama kemudian seorang lelaki dengan motor sport merah berhenti di depannya. Melepaskan helm agar sang perempuan tahu siapa dirinya. "Nunggu jemputan Key?" Tanyanya dengan ramah.
"Eh Rama, iya nih." Membalas dengan santun. Rama itu, Ter lihat seperti cowok baik.
"Siapa? Cowok lo?" Tanya Rama sembari terkekeh kecil. Dalam hati ia sudah dag dig dug untuk menerima jawaban dari Keyla.
"Tukang ojek." Menjawab dengan polos. Rama sepertinya bukan lelaki jahat yang harus ia jauhi.
Rama tertawa begitu garing mendengar jawaban dari Keyla, "Naik, bareng gue aja. Yang ojol pesenan lo dicancel aja." Ucapnya sembari memindahkan letak tasnya ke arah badannya. Ia menepuk jok belakang, agar Keyla naik.
"Keduluan Kang ojolnya Ram yang cancel pesanan gue." Ucapnya sembari memperbaiki helai rambutnya yang panjang.
"Ya udah ayo bareng gue."
Keyla diam sebentar memperhatikan motor lelaki itu, motornya sama seperti milik Abian hanya saja berbeda warna, "Nggak usah gue naik ojek aja." Menolak halus.
"Udah nggak apa-apa." Rama tetap memaksa.
. . .
Keyla menekan password apartemen Abian dengan angka yang sudah diberitahukan suaminya itu semalam. Ia masuk ke dalam rumah dan terkejut akan kehadiran suaminya di pintu depan. Menatapnya dingin.
"Abian?"
"Masuk." Titah lelaki yang mengenakan kaos hitam.
Keyla menundukkan kepalanya lalu masuk melewati tubuh yang suami yang wajib ia hormati tanpa alasan pasti.
"Darimana lo? Anak sekolah kok pulang malem." Ketus lelaki itu, menatap pada seragam SMA barunya yang terlihat berantakan.
"Maaf, tadi susah cari ojek." Jujur Keyla. Ia tadi menolak keras ajakan Rama untuk mengantarnya. Dan memilih untuk berjalan kaki ke pangkalan ojek terdekat yang membuatnya begitu lama sebab tak tahu letaknya dimana.
Abian masih menatap dingin pada Keyla, ia bersedekap dada di hadapan sang istri. "Kenapa gak diterima aja tawaran Rama?" Mengatakan dengan dingin, ia melihat dan mendengar dengan jelas bagaimana pembicaraan dua orang itu sebelum memutuskan untuk pergi dari tempat sebelum Rama dan Keyla menyelesaikan pembicaraannya.
Keyla mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan itu, "Emang Rama ada nawarin apa?"
"Tebengan."
Keyla nampak ber-oh ria, ia memperbaiki letak tasnya, "Gue nggak mau, gak enak sama dia." Ucapnya menjelaskan, sebab baru pertama kali kenal jadi ia sungkan menerima bantuan lelaki itu.
"Oh, gak peduli." Abian berlalu pergi seolah penjelasan itu tak berguna sama sekali.
Malam semakin terasa, Abian yang baru saja dari luar mendekat pada kamarnya bersama sang istri sebab suara ringisan terdengar di telinganya.
Lelaki dengan jaket army itu membuka pintu kamar, menemukan istrinya yang mengenakan piyama dress tengah meniup-niup lengannya.
"Aww."
Abian mendekat dan berdiri di hadapan perempuan yang tengah meringis dengan air mata yang membasahi pipinya, "Kenapa lo?"
Keyla menghapus air matanya, ia menatap ke atas ke arah sang suami. "Hiks, tadi keserempet motor. Sakit banget." Derai air matanya bertambah.
Abian menatap aneh pada istrinya itu, apa-apaan ini? Jadi benar jika Keyla itu cengeng dan manja. Ahh, sepertinya ini akan merepotkan dirinya. "Nggak usah nangis, luka kecil doang." Abian lalu berjongkok dan mengambil kotak p3k dari laci yang ada di samping kasur king size miliknya. Ia menatap pada istrinya itu dengan malas, "Nih." Setelah meletakkan kotak p3k itu, Adam keluar kamar. Memberikan ruang untuk Keyla mengobati dirinya sendiri.
Tiga puluh menit sudah berlalu, Adam kemudian masuk kamar kembali dengan ponsel di tangannya. Ia terdiam di depan pintu melihat ke arah Keyla yang masih saja duduk sembari meniup lukanya tanpa diobati, "Kenapa masih belum dibersihin sih?" Sungguh Abian ingin murka.
"Takuut..." Menatap Abian dengan mata berkaca-kacanya.
Abuan menatap sinis pada Keyla, perempuan itu mungkin akan menjadi beban bagi dirinya. Lelaki itu kemudian duduk di samping Keyla dan mengambil alih kotak p3k.
Abian dengan telaten membersihkan luka yang mengeluarkan cairan merah sedari tadi dan sudah hampir seluruhnya membeku. "Tadi kan gue lagi cari pangkalan ojek." Kisah Keyla tentang bagaimana ia mendapatkan luka pada lengannya itu.
"Kenapa gak pesan online aja?" Merespon cerita Keyla itu sebab ia diam.
"Dicancel teruus." Murung Keyla sembari menekukkan bibirnya ke bawah.
Abian menatap wajah Keyka yang masih banjur air mata, "Jadi lo jalan kaki?" Abian tahu betul dimana pangkalan ojek yang terdekat dengan Smansa Taruna. Jika ditempuh dengan jalan kaki, itu memakan waktu lima belas menit.
"Heem, terus keserempet motor ninja hitam, gak tahu deh siapa. Tapi keknya ganteng--aaaw."
"Tanggung jawab gak tuh cowok?" Kesal Abian, ia sengaja menekan pada luka Keyla sebab perempuan itu malah melempar pujian pada orang yang menabrak dirinya.
Keyla menggeleng.
"Gak usah muji kalau gitu." Ucapnya lagi dengan sebal. Apakah tampang yang baik mesti diwajarkan sikap kurang ajarnya? Kalau iya, maka enyahlah kalian dari muka bumi ini.
Usai membersihkan luka itu dan menutupnya dengan perban, Abian lantas bangkit berdiri.
"Sakit." Keyla meringis, perempuan itu nampaknya hendak menangis kembali.
"Luka kecil doang, gak usah cengeng." Abian sungguh tak tahan dengan kecengengan Keyla. Ia pasti selama ini bermimpi karena sudah menikahi gadis cengeng seperti perempuan yang bernama Keyla.
"Hiks." Terdengar isakan dari Keyla.
"Gak usah nangis gue bilang." Sungguh jika Keyla adalah seorang lelaki, Abian pastikan jika ia sudah enyah dari hadapannya.
"Hiks, Abian, lo injak kaki gue."
Abian menundukkan kepalanya, melihat kakinya yang kekar menginjak kaki mungil Keyla. Ia lalu memindahkan posisi kakinya itu agar tak menginjak kaki sang istri, "Eh, sorry gak sengaja." Ucapnya kikuk.
Keyla menundukkan dan mengusap kakinya yang diinjak oleh suaminya tersebut, "Sakit hiks." Kembali terisak hingga membuat batin Abian panik.
"Gue udah beli makanan, gih makan." Ucapnya berusaha bersikap tenang dan tak bersalah di hadapan Keyla.
"Iya"
. . .
Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, Keyla dengan wajah mengantuknya datang menghampiri Abian yang tengah menonton televisi dengan ditemani sebungkus keripik singkong balado.
"A-Abian" Panggil Keyla dengan wajah mengantuknya. Ia mendekat pada Abian yang entah sejak kapan melepas bajunya.
"Hm?" Berdehem tanpa menoleh.
"Temenin tidur..." Ucap Keyla dengan nada memelas, ia tipe orang yang tak bisa ditinggal sendiri saat tidur jika tak berada di kamarnya sendiri.
Abian diam dengan tatapan tak terbaca, "Hah?" Gagal nyambung dengan yang Keyla ucapkan. Apa tadi? Temani tidur? Ya memang sih mereka sudah boleh melakukan apa yang suami istri yang biasa dilakukan, tapi temani tidur? Apa ia tengah menjelma menjadi babysitter perempuan itu? Oh tidak, Abian tak mau itu.
"Lo kalau mau tidur ya tidur aja, kek ada hantu aja ya gangguin" Acuh pada Keyla dan ia mengganti saluran televisi miliknya.
"Tapi gue takut" Mulai lagi tingkah merengek perempuan itu.
Lo baru tinggal beberapa hari udah ngelunjak.
"Nggak, sana tidur. Gue lagi sibuk" Masih bersikap tak peduli dengan perempuan itu.
Dengan terpaksa Keyla kembali ke kamar tidur.
. . .
Jam menunjukkan pukul setengah dua belas Malam, Abian masuk ke dalam kamar. Terkejut melihat Keyla yang masih membuka matanya dan menatap langit-langit.
Belum tidur tuh orang? Batin Abian yang melihat perempuan yang masih terjaga.
Keyla menyadari kehadiran Abian, lantas menolehkan kepalanya dan senyumnya mengembang, menyambut sang suami yang perlahan mendekat pada tempat tidurnya.
"Abian" Ria Keyla.
"Hm? Tidur buru" Abian membaringkan tubuhnya di samping Keyla, memindahkan gunung sebagai pembatas tubuh mereka agar tak bersentuhan.
"Jangan taruh guling di tengah, perih" Ucap Keyla sembari menunjuk luka di lengannya.
Abian menatapnya tanpa ekspresi, Ya apalagi kena badan gue ogeb, batinnya frustasi.
"Terserah lo" Lalu Abian menyingkirkan guling tersebut dan tidur membelakangi Keyla, berusaha lekas tidur untuk menyambut hari esok.
"Abian" Panggil Keyla lima menit setelahnya.
"Hm?" Berdehem saja tanpa membuka matanya.
"Lo kenapa terima perjodohan ini?" Terlontar pertanyaannya yang membuat Abian membuka matanya secara perlahan.
"...secara kan kita sama sekali gak saling kenal" Sambung perempuan yang masih menatap langit-langit kamar.
Tak ada respon dari Abian. Membuat Keyla tersenyum samar.
"Lo punya pacar gak Bi?"
"Bi?" Abian membalikkan badannya agar telentang. Ia menaruh lengannya di bawah kepala. Cukup ambigu dengan cara Keyla memanggil dirinya.
Keyla menolehkan kepalanya menghadap Abian yang menatap langit-langit kamar, "Kan nama lo Abian"
"Oh" Mengangguk saja, ia malas mempermasalahkan nama panggilan itu sebab ia biasa dipanggil 'Yan'
"Punya pacar gak?" Keyla mengajukan pertanyaan yang bahkan tak dijawab oleh suaminya itu.
"Nggak"
Suasana kemudian menjadi sunyi, dinginnya malam mulai masuk ke pori-pori kulit pasutri itu. Perlahan Abian menolehkan kepalanya menatap Keyla yang entah sejak kapan menutup matanya dan bernafas dengan teratur.
Ia menatap lekat wajah itu, perempuan yang kini menikah dengannya--ditempat tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarnya besar kedua belah pihak dan sebagian kolega. Berita tentang pernikahannya benar-benar tak tersebar sebab tak ada yang boleh tahu tentang pernikahannya ini.
Konyol.
"Lo istri gue Key, suka atau nggak. Lo artinya kepunyaan gue, lo hak milik gue, dan gue gak suka lo dekat sama yang lain" Ucapnya yang terdengar berbisik di telinga sang istri. Abian sudah menyatakan hak kepemilikannya atas seorang Keyla.
Saat ia mengucapkan kalimat tentang pernikahannya, ia sudah mengikhlaskan semua yang ada padanya dan memaksakan diri untuk menerima kehadiran Keyla. Suka atau tak suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ayu Fangfan Virginia
seruh jga
2021-09-28
0