Bintang
Aku berlari menuju posisi ketiga pria itu berada. Nafasku tersengal. Aku menunduk memegang lututku. "Capek juga ternyata."
"Perlu nafas buatan kak!" Rion menawari.
Dan Nair meninju lengannya. "Kakakku capek berlari, bukan tenggelam! Modus murahan!" Nair mendengus kesal.
Nair merangkul bahuku. "Ayo kak! Kakak mau makan apa nanti, pesan aja kak. Nair menang nih."
Aku menatapnya dengan mata berbinar. "Hot plate chiken teriyaki kayaknya boleh Nair. Dorry cheese cream juga oke."
Nair membawaku berjalan meninggalkan Nath dan Rion di belakang. "Pesan semua kak! Jangan khawatir. Atau mobil kakak mau sekalian dicuci?"
Dia adikku yang tak banyak bicara tapi dia menyayangiku. Dia tak pernah menjahiliku seperti Nath. Dan Nair, dia pendiam yang punya perasaan peka. Dia akan sangat mudah membaca situasi hanya dengan melihat tatapan seseorang.
"Nair! Mobil kak Bi gak ada dalam perjanjian." Jerit Nath di belakang sana. Dan ku dengar tawa Rion.
"Rion! Itu Nair main curang!" Nath mencari dukungan. "Kak Bi kan harusnya gak dapat traktiran." Huuuh! Adikku satu itu!
"Biarkan aja Nath!" Rion menjawab singkat.
"Bagus, Yon! Anggap aja latihan nafkahi anak orang!" Nair menoleh ke belakang sejenak. Lalu kembali menatap lutus ke depan.
Deg!
Nah kan!! Nair pasti tau ada apa-apa antara Rion dan aku! Walau pun sebenarnya belum ada hubungan apapun.
"Ayo kita lari sampai ke rumah kak." Nair menggandeng tanganku dan kami berlari bersama.
"Kak, semoga hubungan kita akan terus seperti ini. Meskipun kakak telah bersama pria pilihan kakak kelak." Aku berhenti saat Nair mengucapkan itu.
Nair berhenti karena tangan kami masih saling menggenggam. "Nair!" Aku menelisik wajahnya.
"Rion baik kak! Tapi dia masih muda. Dia belum puas dengan masa mudanya. Aku hanya takut dia meninggalkan kakak di tengah jalan. Dan jika itu terjadi. Kembalilah pada kami. Lepaskan tangannya dan dengan tanganku ini, aku akan menghajarnya." Nair menunjukkan dua kepalan tangannya.
Aku... aku ingin menangis sekarang. Aku memeluk tubuhnya. "Kakak belum yakin Nair. Dan untuk sampai dititik kami bersatu masih sangat jauh".
"Kak!" Aku mengurai pelukannya. "Mama tahu?"
Aku menggeleng. "Cukup kita yang tahu Nair! Jangan beritahu siapapun. Karena kakak yakin, akan banyak yang mendukung dan ada banyak yang mencela."
"Kakak ingin semuanya murni karena perasaan. Kakak gak mau mengulang kisah mama dan papa."
Pernikahan pertama papa karena perjodohan, pernikahan pertama mama juga karena campur tangan orang tua mereka.
Nair mengangguk.
[Othor: Kamu gak tau, papamu udah bertindak lebih dulu, Bi!!!😎]
"Apa-apaan peluk-pelukan dijalan?" Ucap Rion yang datang bersama Nath dengan nafas memburu.
Cemburu kah? Lucu banget muka keselnya.
Astagfirullah!
Kami sampai di rumah dan ya ampun! Sandal dan sepatu di teras rumah sudah seperti kerumunan semut memburu gula. Buaaanyak!
"Beeegh... Orang sekomplek pada datang Kak?" Nath juga terkejut.
"Satu, dua, tiga... sepuluh, sebelas! Astaga banyak banget ini!" Nath yang kurang kerjaan menghitung jumlah pasangan alas kaki yang berbaris rapi itu. Dengan ukuran beraneka ragam.
"Assalamualaikum!" Teriak kami bersama-sama.
"Waalaikum salam!" Mereka menjawab salam kami.
"Princess Bundaaaa!" Bunda Una langsung berlari kearahku. Memelukku dengan erat.
Bunda Una adalah adik almarhum papa yang menikah dengan kakak almarhumah mamanya Zoya. Ribet? Memang! Tapi inilah keluarga kami.
"Kamu baik-baik aja kan sayang!"
"Baik bunda. Bi gak apa-apa!" Aku menenangkannya.
Dan satu persatu menanyakan keadaanku. Ada Uti dan kakung (orang tua mama Lintang), kakek dan nenekku (Orang tua papa Akhtar), oma Citra dan opa Darma (orang tua bunda Una), Ayah Satya, om Langit dan tante Rara, serta anak-anak mereka.
Zoya duduk terpaku dengan mata berkaca. Dia duduk di sofa. Aku berlutut menggenggam tanganya yang saling bertautan.
"Everything's will be okey, Zoy."
"Oma sudah bahagia disana." Aku menghapus air matanya.
"Ada aku dan kami." Aku menunjukkan padanya betapa banyak orang di belakang ku.
Dia sering bersedih saat kami berkumpul begini. Sejak meninggalnya oma Hana enam bulan lalu, Zoya selalu seperti ini. Dia merasa sendiri. Dia merasa sebagai orang lain diantara kami.
Oma Hana adalah ibu dari mamanya Zoya, mama Arum. Dia merasa hanya oma yang memiliki hubungan darah dengannya. Dia melupakan aku dan ayah Satya yang merupakan anak oma Hana. Walaupun kami akhirnya tau ayah Satya hanya anak angkat.
Ayah Satya berlutut di sebelahku. "Ada ayah, nak!"
"Ada oma dan opa." Oma dan opa duduk di sebelah Zoya. Mengelus rambutnya.
"Zoy! Stop seperti ini. Kita sudah puluhan tahun bersama. Dalam tubuh kita ada darah yang sama. Dan ada air susu yang sama pula."
"Kita lebih dekat dari yang orang lain fikirkan, Zoy!"
"Kasihan mama!" Kami menatap mama yang mulai berkaca.
"Jangan sesali kerumitan ini Zoy! Ini bukan salah mama kamu, bukan salah papa kita, bukan salah siapa-siapa." Aku menenangkannya. Karena benar kata mama Lintang, Zoya yang paling terluka disini. Dia kehilangan papa dan mamanya secara bersamaan.
Sementara aku masih punya mama. Dan mama masih memiliki aku.
"Kamu gak sendiri. Percayalah."
"Kita punya banyak bodyguard. Dari yang tua, sampai yang muda." Aku menunjuk kakek, opa, om langit dan semua pria termasuk kerumunan brondong di belakang. Yaitu adik kembarku, Rion, dan Shaka.
Dan mereka semua tertawa. Zoya bahkan ikut tersenyum.
"Bi..." Zoya terisak lalu menubrukku. Memelukku erat dan hingga tak mampu menjaga keseimbanganku. Perlahan aku jatuh kebelakang.
"Eeee... Eeehhh!!!" Sorak semuanya.
"Zoooy!!" Aku berteriak tapi kepalaku tak terasa sakit padahal ku yakin sudah membentur lantai. Aku melihat lurus ke atas.
Aku melihat wajah panik Nair dan Rion. Ternyata keduanya melindungi kepalaku dari kerasnya lantai.
Zoya langsung bangun dan membantuku untuk duduk. Aku tau semua orang masih terheran dengan tingkah Nair dan Rion.
"Zoy! Hati-hati. Kalau aku amnesia gimana aku ngajar di sekolah Zoy!" gerutuku.
"Maaf Bi. Maaf!" Zoya mencium pipiku.
"Zoyaaaa!! Basah Zoy!!!" Aku mengusap pipi basahku yang diciumnya. Entah itu karena air mata atau liurnya.
Aku menarik baju Zoya untuk ku gunakan sebagai kain lap. Zoya berusaha menghindar. Dan ku tahu semua orang membubarkan diri. Perkelahian seperti ini sudah biasa mereka lihat antara aku dan Zoya.
Zoya berlari dan aku mengejarnya. "Zoya!! Jangan lari!"
"Bi, jangan kayak anak kecil dong! Gak malu dilihatin Lovely sama Zura!"
Lovely adalah anak kedua bunda Una dan Ayah Satya. Sementara Zura adalah anak pertama om Langit dan tante Rara.
Aku dan Zoya masih saling kejar.
"Bi, cium basah enak tau!! Apa lagi dari someone special!!" Teriaknya sambil terbahak.
"Zoya!!! Jorok banget iih!" Teriakku berusaha mengejarnya.
"Maaaa!! Zoya mulai nakal ma!" aduku pada mama.
Dugh... dugh... dugh... aku menggedor-gedor pintunya kamarnya.
"Zoya buka pintunya Zoy!" Aku lelah kalau begini terus!
Aku punya ide!
"Kamu jangan ikut aku!"
Aku berbalik, "Aku mau mantai sama brondong dan malamnya Rion mau traktir di R Cafe sampai muntah-muntah."
ceklek!! Suara handle pintu terbuka
Binggo! Berhasil! Zoya gak mungkin sia-siakan kesempatan untuk ikut dalam keseruan kami.
"Bi, ikuuut!" Dia menarikku dan memelukku dari belakang. "Sorry baby Bi."
Sekilas kami seperti pasangan belok!
Ah, amit-amit. Aku masih doyan pisang.
Orang-orang di bawah menatap kami. Tempat kami berdiri memang terlihat dari lantai bawah.
"Ayo turun! Kita sarapan! Papa juga sudah pulang!" Mama berteriak dari bawah sana.
Aku membalikan badan. Dan mencium pipinya.
"Biiiii!!! Joroooook!!" Zoya menyetuh pipinya yang sedikit basah karena ulahku.
"Bi mandi sebentar, ma!" Aku lari dan masuk kedalam kamarku.
Selesai mandi aku melihat ponselku. Sebuah pesan dari Rion.
Jangan cium pria manapun seperti yang kakak lakukan pada kak Zoy.
Aku cemburu!
Aku mengerutkan kening. Dan keisenganku masih on!
Kubalas saja sekalian.
Cemburu atau ingin?
Ting!! Di balas dalam hitungan detik.
Keduanya.
Aku tersenyum!
Ini gilaa! Aku senyum cuma karena pesan sesingkat itu.
***
Mulai seru atau mulai bosan?😁
Next kita mantai bareng brondong 😉😉
Oke thor! Siapkan bikini 😅
Eh, jangan. Entar pada masuk angin 😊
Cukup pakai baju santai aja.
Jangan makan dan minum yang manis-manis. Karena setelah ini aku takut kalian diabetes ngelihat tingkah Brondongnya Bi. 😊😊😊😊
Aku doble nih kakak cantik 😚 Apresiasi buat yang udah vote, like, komen dan kasih hadiah. Thanks semuanyaaa 🤗🤗🤗🤗
Jejaknya di doble juga ya. ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Nurul Hidayati
Baca ini ingetin aku dg my pop corn..
Emang posesive banget mereka..
Apa apa harus lapor dn bikin seru plus harus berani sakit hati dgn saingan kita... Hhhhh
Dg jarak yg 5-7 thn tak membuat kita ilfiil tapi tambah lengket....
2022-06-12
2
Jumadin Adin
asek...asek...si brondrong mengejar cinta
2021-10-23
3
Nanang SoFia Andestart
asik nih...brondong muda tp rasa dah dewasa..😁😁
2021-10-15
1