*Jangan tahan nafas, apalagi nahan rindu 😂
Butuh konsentrasi penuh supaya halunya nyampek 😊 karena tulisannya acakadul 😄*
Bintang
Aku terbangun karena suara musik yang sedikit keras dari arah halaman belakang. Masih jam 11. Aku berjalan untuk melihat dari jendela kamarku.
"Mereka," gumamku saat melihat Nair, Nath, Delvin dan Rion serta Ethan sedang duduk di kursi dengan bungkus bekas makanan yang masih berserakan.
Aku masuk ke kamar mandi untuk menghapus make up ku. Lalu turun ke dapur untuk mengambil minum. Aku bahkan belum mengganti gaunku.
"Gantinya nanti saja, sekalian mandi." Aku butuh merilekskan tubuhku. Berendam air hangat malam-malam begini sepertinya bukan ide buruk.
Saat aku membuka kulkas, tangan putih nan kokoh terulur melewati tubuhku. Tangan itu mengambil minuman kaleng.
Seketika aku menoleh, "Nath, kebiasaan!" Bibir remaja itu menempel di pelipisku.
Tapi itu bukan Nath, dia adalah Rion dan remaja kurang ajar ini semakin menempelkan bibirnya.
Aku hanya bisa diam mematung. Ya Allah, aku berdebar?
Ini gila, mengapa kejahilan Rion berhasil membuat jantungku berdetak tak terkendali. Selama ini aku tidak pernah merasakan perasaan seperti ini.
Jelas gak pernah. Karena baru kali ini aku berada pada posisi seintim ini dengan pria. Dan sialnya dia adalah Rion.
Rion berjalan mundur, sepertinya dia menyadari kesalahannya. Dia berbalik dan meninggalkanku. Aku berjanji akan menghajarnya setelah ini. Kutarik kerah bajunya dan dia meng-aduh.
"Sini kamu!" Aku menariknya dan menyudutkannya di pantry. Aku sempat meneguk minuman rasa buah dari botolnya. Hausku tak bisa di pending lagi.
"Apaan sih kak!" Dia berusaha menghindari tatapanku. Dia menuduk lalu menatap kemana pun selain wajahku
"Lihat kakak, Rion!" Perintahku. Aku berkacak pinggang setelah meletakkan botol minumku di pantry.
Dia perlahan menatapku, aku juga menatap matanya. Dia terlihat berbeda. Aku mengenalnya. Tak ada wajah ceria sedikitpun. Apa dia punya masalah?
"Rion." Aku memanggilnya.
"Hem." Dia berdehem.
"Rioon!" Aku memanggilnya lagi dengan suara sedikit keras.
Dia tak menyahut. Dan kami saling diam cukup lama.
"Kapan kak?" pertanyaan pertama dari mulutnya.
"Kapan? Apanya?" Aku mengerutkan kening.
"Pak Vano ngelamar kakak secara resmi?" gumamnya pelan dan aku mendengarnya.
Aku tersenyum menatapnya. Kenapa dia yang galau begini. Walaupun sebenarnya aku yang di lamar juga gak baik-baik aja.
"Dia gak akan datang, Rion!"
Rion menatapku semakin dalam. Dia membuat posisi kami semakin dekat. Hanya bersisa sejengkal jarak diantara kami.
"Kenapa kak?" Matanya berkabut. Rion, kenapa?
Aku mengangkat bahu, "bukan tipeku."
"Dia melamarku tanpa ingin mengenal papa lebih dulu."
"Aku gak akan nerima pria yang gak menghargai keluargaku. Lagi pula gak ada perasaan apapun ke dia." Ucapku enteng. Karena memang itu yang ku rasa.
Rion mengubah posisi. Menyudutkanku lalu mendudukkanku di atas pantry. Tangannya terulur mencengkram pinggiran pantry. Dia mengukungku.
Bocah ini kenapa sih?
Wajahnya semakin mendekat. Dia mau menciumku? Ini kurang ajar namanya!
Aku bersiap mendorong wajahnya dengan tanganku, namun urung karena ucapannya yang membuatku terkejut.
"Kak, kalau aku yang datang dan meminta kakak dari om Akhtar, bagaimana?"
Hembusan hangat nafasnya menyerbu wajahku. Dan itu berhasil membuat darahku berdesir. Jantungku semakin berdetak cepat.
Tubuhku kenapa? Aku... aku sepertinya sakit. Batinku.
Apa katanya tadi? Melamarku. Bocah aneh. "Kamu sehat, Rion?" Aku memegang keningnya. Memeriksa suhu tubuhnya. Normal.
"Kak, jangan terima pria manapun. Maka aku akan selalu sehat."
"Tunggu aku kak. Sampai aku lulus!" Matanya menatapku tajam.
Aku diam mematung. Sepertinya bocah ini sedang mempermainkanku. Kebiasaannya sejak kecil selalu menggangguku. Tapi dia juga terbuka denganku. Dia sering mengeluh karena om Ray terlalu membuatnya pusing dengan les privat yang jadwalnya padat.
Aku mendorong keningnya dengan telunjukku. "Jangan menengerjaiku, Rion! Ini gak lucu!" Bentakku menatap wajahnya.
Tapi dia tak bergerak sedikitpun. Dia kembali menatapku. "Aku serius kak!" ucapnya penuh penekanan. Menandakan dia sedang serius.
Aku melipat tanganku di dada. "Kak, aku suka sama kakak." Ungkapnya.
Rion semakin mendekat, hingga tak ada jarak lagi diantara kami. Rion meletakkan kedua telapak tangannya di pipiku. Terasa hangat Wajahnya makin mendekat dan (terjadilah apa yang harusnya terjadi 😂, buyar sudah imajinasi readers 😆)
Bibirnya menempel di bibirku. Aku membulatkan mata. Rioooon! First kiss ku! Batinku menjerit.
Dia terus menenggelamkan benda kenyal itu dan terus mel*mat hingga nafasku mulai tersengal. Tanganku mencengkram erat kaos yang ia pakai.
Ternyata seperti ini rasanya berci*man. Tanpa sadar aku terhanyut dalam permainanya. Remaja 18 tahun ini berhasil membuatku lupa diri.
Dia menarik diri. Mengusap bibir basahku dengan ibu jarinya.
"Aku DPin dulu kak. Biar kakak percaya."
Rion mengecup singkat pucuk kepalaku dan berlalu pergi meninggalkanku yang masih diam terpaku.
Rion! Kuraaaang! Otakku konslet.
"Astagfirullah." Aku langsung melompat turun dari pantry. Aku menatap punggung remaja itu.
Dia berbalik. "Soal perasaanku, aku serius kak!" Dan dia berlalu pergi.
Aku mengambil minumanku tadi dan menenggaknya hingga tak tersisa.
Debaran jantungku masih belum stabil. Aku berlari menuju kamarku. Sepanjang jalan aku terus memaki dalam hatiku.
Rion kurang ajar! Rion sialan! Aku menggosok bibirku berulang dengan punggung tanganku.
Melamarku? Dia ingin papa menggali kuburan untuknya? Atau dia ingin mamanya menyuntik mati aku?
Rion! Apa katanya tadi? DP? Dia kira aku perumahan KPR!
Aku tak terima atas perlakuannya. Tapi aku menikmatinya!
Bi, buang otak kotormu! Dia cuma mempermainkanmu! Hatiku berbisik.
Aku menghela nafas berat. Aku segera masuk ke kamar mandi, mengisi bathtub dengan air hangat. Dan meletakkan bath bomb aroma stroberi ke dalamnya.
Aku ambil ponselku dan memutar musik klasik yang menenangkan. Kutanggalkan pakaianku dan mulai berendam di dalamnya.
Hari ini begitu panjang. Dan duniaku jungkir balik seketika. Bagaimana mungkin ada dua pria yang berusaha melamarku sementara selama ini terasa aman-aman saja.
Aku menutup mataku berharap aroma sabun bisa membuatku tenang.
***
Orion
Aku keluar dari dapur dengan hati berdebar. Satu sisi aku merutuki kebodohanku tapi disisi lain aku merasa lega. Terlebih saat aku berhasil merasakan manis bibirnya.
Yeah Rion! Selamat kamu menjadi adik kurang ajar!
Dan mulai saat ini aku harus bersiap atas segala kemungkinan yang terjadi. Karena aku melakukan kesalahan besar. Berani mencintai putri om Akhtar dan kakak dari pinang dibelah dua.
Minimal rumah sakit. Batinku.
Aku kembali bergabung dengan teman-temanku.
"Lama banget, Yon!" tanya Delvin padaku
"Iya, ke toilet sebentar." Bohongku.
"Yon, kapan mau bantu?" Ethan bertanya padaku.
"Bantu apa?" Nath menatapku penuh tanya.
Kami memang selalu membantu jika diantara kami mengalami kesulitan.
"Ethan mau nembak Marisa!" Jawabku enteng.
Sementara Ethan menggaruk tengkuknya.
"Apaaa!!!" Mereka terkejut ala sinetron. Lebay!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Yayuk Bunda Idza
seru....dan mengalir begitu aja, enak dibaca....sukaaa banget
2022-05-01
0
Jumadin Adin
ciuman pertama kok DP rion2...bisa saja authorr bikin istilah
2021-10-23
3
vita viandra
suka suka suka..... aq yg jd malu ndiri... senyu" g jelaz.....
2021-10-19
1