Orion
Beberapa hari setelah kejadian pingsannya kak Bintang di kelas dan aksiku yang menggendongnya hingga parkiran, kini semua orang menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan.
Seperti meremehkan. Tapi saat aku menatap mereka. Mereka seperti membuang muka seolah tak ingin berusan denganku. Jelas mereka tidak mau, karena semua murid dan guru tau siapa aku.
Aku duduk di kantin sendirian pagi ini. Setelah melihat kak Bintang sampai sedang selamat, aku langsung ke kantin dan duduk di meja paling sudut. Lagi-lagi semua orang menatapku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Mereka juga saling berbisik.
Seorang gadis berdiri di depanku. Aku meliriknya. Carletta dan dayang-dayangnya.
Dia adalah the most populer girl di Cahaya Bangsa.
Dia juga dijuluki sebagai miss huru-hara. Dia tidak takut pada siapapun, termasuk para guru. Dia memang kurang cerdas dalam pelajaran. Tapi prestasinya dalam seni tari dan musik cukup membanggakan.
Murid-murid sering menjodoh-jodohkan dia denganku, atau dengan Ethan, Nath bahkan Nair. Tapi kami tak ada yang berminat sedikitpun.
"Galau, ya?" Ucapnya dengan nada mengejek.
Aku menatapnya tanpa ekspresi. Dia duduk di depanku. "Galau banget yang saingan sama pak Vano." Ucapnya lagi.
Saingan? Pak Vano? Apa maksudnya?
"Ngomong-ngomong emang enak sih mainnya sama yang lebih dewasa. Kalau pingsan gendongnya langsung ke mobil. Gak perlu UKS-UKSan segala." Ucapannya membuat dayang-dayangnya tersenyum mengejek.
Aku sedikit geram. Tapi sepertinya dia belum selesai bicara. Oke. Ku tunggu!
Carletta mengibaskan rambutnya ke belakang. Lalu mencondongkan tubuhnya ke arahku. "Kamu pakai jurus apa? Pak Vano yang hot aja ditolak!"
Kurang ajar. Bicaranya bukan seperti seorang pelajar.
Carletta memundurkan tubuhnya. "Apa karena tarifnya mahal, dan dia takut pak Vano gak bisa bayar feenya?"
Carletta berdiri dan hendak pergi.
"Braakkk!!!" Aku menggebrak meja sekuat ku bisa. Membuat Carletta gelagapan dan semua orang menatap kearah kami.
"Tutup mulut busukmu, Letta!" Aku menunjuk wajahnya.
"Tidak semua wanita sepertimu." Aku membuat wajahnya berubah pucat. Carletta adalah gadis simpanan seorang pria kaya. Begitu gosip yang beredar. Tapi belum terbukti hingga sekarang.
"Maksud kamu apa, Yon?" Dia memasang wajah sedih sekarang.
Gila! Ratu drama! Apa tujuanmu, Letta?
"Kamu marah sama aku saat aku bilang, kamu harus menjaga jarak dari Bu Bintang karena kalian sekarang sedang menjadi bahan perbincangan?"
Bicara apa dia?
"Kamu marah, saat aku bilang kamu harus bisa jaga nama baik orang tua kamu?"
"Kamu marah saat aku bilang harusnya kamu jadi contoh di Cahaya Bangsa?"
Apa-apaan dia nagis segala.
Aku memutar bola mataku, jengah. "Stop omong kosongmu, Letta." Aku menunjuk wajahnya. Sebelah tanganku mengepal menahan emosi.
Drttt... Drrtt... Ponselku bergetar. Aku mengambilnya dari kantong celana. Ku lihat siapa yang menelpon. *P*api?
"Hallo." Sapaku.
"Rion, datang ke kantor kepala sekolah setelah bel masuk. Ajak Marisa, Ethan, Nath, dan Nair!" Suara papi di seberang sana.
"Iya, pi." Aku kembali memasukkan ponselku ke kantong. Bel masuk sepuluh menit lagi.
"Kali ini kamu lepas!" Aku menunjuk wajahnya yang tersenyum penuh kemenangan.
Aku meninggalkan kantin dan semua orang bersorak kearahku. Aku tak peduli, karena masalah didepan mata yang menantiku di kantor kepala sekolah jauh lebih penting.
Tidak mungkin tidak ada apa-apa saat aku dipanggil langsung oleh papi ke kantor kepala sekolah. Aku mengirim pesan pada Nath, Ethan, Marisa dan Nair untuk langsung datang ke kantor kepala sekolah setelah bel masuk.
Bel berbunyi dan kami langsung masuk ke ruangan Kepala sekolah. Disana sudah ada Kak Bintang, Papi, Kepala sekolah dan wakilnya.
Kami semua duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
"Saya mulai pak?" Bapak Kepala sekolah bername tag Haris bertanya pada papi. Papi mengangguk.
"Selamat pagi semuanya."
"Selamt pagi pak."
"Kalian kami kumpulkan disini bukan tanpa alasan." Pak Haris menegakkan duduknya.
"Sehubungan dengan pingsannya bu Bintang beberapa hari lalu dan aksi Orion yang menggendongnya hingga ke parkiran, sekarang ini tengah beredar gosip mengenai kalian berdua." Bapak kepala sekolah menatapku dan kak Bintang bergantian.
Aku menatap kak Bintang yang tampak gelisah. Berbeda dengan Nair yang menatapku datar. Papi, dan yang lain terlihat santai menghadapi ini semua.
"Beredar gosip kalian memiliki hubungan spesial." Kami semua saling pandang mendengar penuturan bapak kepala sekolah.
"Beredar pula foto kalian berdua berboncengan dengan motor Rion." Papi tampak menghela nafas berat. Sementara yang lain mulai menegang.
Ah ya. Kak Bi gak pakai masker saat kami pergi kemarin. Kak Bi juga beberapa kali membuka kaca helm.
"Dan pak Vano juga melihat kalian semua masuk ke dalam R Cafe." Lanjutnya lagi.
"Lalu kami harus bagaimana pak?" tanya kak Bintang.
"Sebetar Bu Bintang. Ada satu hal yang lebih penting. Desas-desus mengenai anda bukan wanita baik-baik juga mulai beredar." Bapak kepala sekolah berucap sedikit ragu.
"Maksudnya bukan wanita baik-baik itu apa pak?" tanya Kak Bi kemudian.
"Ada gosip yang menyatakan fee anda terlalu tinggi hingga menolak pak Vano yang notabenenya tak sekaya Orion."
"Astagfirullah." Kak Bi menutup mulutnya tak percaya.
"Siapa yang menyebarkan isu itu, pak? Ini pencemaran nama baik namanya!" Nair tampak emosi.
"Nair, Bi. Sabar sebentar." Papi angkat bicara.
"Mungkin ini hanya kesimpulan yang diambil orang tidak bertanggung jawab karena lamaran pak Vano yang anda tolak."
"Karena masalah ini sudah melebar kemana-mana. Kita harus bahas dan selesaikan disini. Nama baik Cahaya Bangsa taruhannya. Nama baik Bu Bintang, Orion dan keluarga juga di pertaruhkan disini."
"Mumpung belum terlalu jauh, lebih baik di klarifikasi supaya tidak berlarut-larut kesalahfahaman ini." Sambung Bapak kepala sekolah.
"Begini saja. Bintang, satu-satunya cara untuk membereskan masalah ini adalah dengan mengungkapkan siapa kamu sebenarnya. Dan apa hubungan kamu dengan mereka." Papi menunjuk kami.
"Selama ini kami menjaga identitas kamu sesuai permintaanmu. tapi kamu sendiri yang ceroboh hingga semua jadi seperti ini."
"Sebenarnya tidak hanya kamu, kalian semua juga ceroboh." Papi menunjuk kami.
"I-iya om. Jika ini cara terbaik untuk mengatasi kesalahfahaman ini. Bi siap." Ucap kak Bi tanpa ragu.
"Bagus. Ini juga bisa mematahkan gosip tidak benar soal Bu Bintang." Ucap bapak kepala sekolah.
"Baiklah, kapan ini akan diselesaikan?" tanya bapak kepala sekolah pada kami.
"Sebaiknya sekarang saja pak. Mumpung saya disini." Ucap papi.
"Kumpulkan murid dan guru di lapangan pada jam pelajaran kedua." Perintah papi.
"Baik pak." Ucap bapak kepala sekolah.
****
Hai semuanya. Kofliknya masih pemanasan 😂
Masih bisa selesai dalam 1 bab. 😊
Tunggu kelanjutannya ya😚
Jangan lupa jejaknya ditinggal. Dan coret kolom komentar. Biar othor semangat up nya ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Jumadin Adin
ulah siapa yg sakit hati
2021-10-23
3
Isabella
ulah pak tani yg lamarannya di tolak
2021-10-05
1
Andi Muh.taufik Andi sayyid
.............
2021-09-30
1