Hai semuanya, akak-akak cantik 😊 Hari minggu sempetin up nih 😊
Ada yang kangen duda high class gak?
Nih aku kasih pov-nya 😊
check it out!
Akhtar
Aku sunguh terkejut melihat kondisi Bintang saat Lintang membuka jaket yang melekat pada tubuhnya.
Aku sudah punya feeling saat Bintang masuk kedalam rumah dengan keadaan menangis, pasti putriku itu sedang tidak baik-baik saja.
Aku hampir menghajar Rion, tapi urung karena jika dia yang membuat Bi menangis, tidak mungkin dia juga yang mengantarkan pulang.
Aku sedang di perjalanan pulang setelah melaporkan kejadian tadi ke kantor polisi guna untuk di tindak lanjuti.
Aku dan Rion saling diam didalam mobil milik Ray ini. Rion fokus berkendara tanpa berbicara sepatah kata pun.
Putra sahabatku ini adalah orang yang ceria seperti Nath. Nath Vs Rion sama dengan Aku Vs Ray. Kami sama, dari cara bertengkar dan cara bercanda. Kadang aku heran, kembaran Nath itu Rion atau Nair!
Rion, belakangan ini dia menyita perhatianku. Aku mulai kehilangan rasa percayaku padanya. Pada pemuda seusia Nair dan Nath, karena dia berani mencintai putriku, Bintang.
Aku mendengar pengakuannya. Dia mengaku menyukai Bintang. Bahkan aku melihat perbuatannya pada Bintang di dapur pada malam itu. Tanpa sengaja aku melihatnya menci*m putriku.
Sebenarnya saat itu aku keluar dari kamar untuk menyuruh remaja-remaja itu mematikan musik. Karena ku yakin suara musik mengganggu tidur Bi Imah dan mang Joko yang letak kamarnya paling belakang.
Aku di kejutkan dengan adegan "Drakor amatiran" yang di perankan oleh Rion dan putriku.
Aku ingin muncul tiba-tiba dan menghajar putra Ray itu. Tapi aku terkejut saat dia mengatakan, "Soal perasaanku, aku serius kak."
Dan duniaku runtuh seketika. Bagaimana mungkin aku ketiban karma begini. Dulu aku menolak mentah-mentah saat Ray ingin menjodohkan Rion yang masih dalam kandungan Sania dengan salah satu anakku.
Lalu sekarang apa? Ray belum meminta perjodohan, tapi anak-anak kami malah sudah memulai.
Aku menangkap satu hal penting disini. Jika Bintang tak ada perasaan apapun pada Rion, tidak mungkin dia diam saja saat Rion menciumnya.
Tapi mungkin juga, Bi yang terlalu kaget dengan serangam Rion yang tiba-tiba. Hingga ia hanya bisa diam terpaku.
Rion adalah Ray versi terbaru. Mereka sama. Dan ku yakin, caranya mencinta sama seperti Ray. Yaitu saat sudah serius maka seluruh perhatian dan hidupnya hanya akan mengarah pada satu wanita. Tak peduli banyak wanita lain yang mengejarnya.
Aku beberapa kali melihatnya menatap Bintang dengan cara berbeda. Seperti cara Satya memandang Bunga. Seperti cara Langit memandang Rara dan seperti caraku memandang Lintang, Penuh Cinta.
Hingga ku beranikan bertanya padanya. "Sejauh apa perasaanmu pada Bintang?"
Dia awalnya mengelak. Mungkin dia belum siap. Huuuh!
Tapi saat aku sedikit mengancamnya. Pengakuan itu keluar begitu saja dari mulutnya. Dia serius kali ini. Dan aku melihat itu. Aku jadi teringat saat mengaku pada Langit bahwa aku mencintai Bintang.
Aku memberinya 3 syarat dan aku harap hanya kami saja yang tahu.
Aku ingin dia berdiri di atas kakinya sendiri. Aku ingin melihat keseriusannya pada Bintang, dengan menjadikan Bi wanita teristimewa baginya.
Karena akan sangat berat bagi kami melepas Bi, meskipun saat itu akan datang cepat atau lambat.
Dan terakhir, aku ingin dia membuat Bi benar-benar jatuh cinta dan dicintai. Membuat Bi menerimanya tanpa paksaan. Dan ku yakin, jika itu terjadi. Bintang sendiri yang akan datang padaku untuk mengizinkan aku menerima Rion.
Kami tiba di rumah. Karena sudah tengah malam. Aku memintanya untuk menginap.
Rion berjalan dibelakangku saat aku menunjukkan kamar tamu padanya.
"Kalau di kamar kak Bi, boleh gak om?"
Tengah malam masih bisa bercanda!
"Silahkan! Jika ingin pisangmu om jadikan santapan Love birdnya Kakung!" Ancamku.
Ayah memang senang mengoleksi love bird setelah pensiun. Koleksinya hingga puluhan ekor.
"Love bird makan biji-bijian om!"
"Oke kalau begitu dua biji kamu sekalian om potong." Aku tersenyum miring saat menatapnya.
Rion langsung masuk dalam kamar. Lalu mengintip dan berkata, "Jangan dong, Om. Masa depan kak Bi ada disitu!" Dia nyengir menunjukkan gigi rapinya.
Bamm...
Pintu tertutup.
Aku geleng-geleng kepala melihat tingkahnya. Masih kecil sudah mengerti masa depan dalam artian lain.
Aku naik ke lantai dua untuk melihat Bintang. Ada tiga kamar di lantai dua. Satu kamar untuk Bintang, satu kamar untuk Zoya dan satu lagi untuk Nair dan Nath yang tak ingin kamar terpisah.
Aku membuka pintu kamar gadisku dan terlihat Bintang tidur ditengah, diapit Zoya dan Lintang.
"Lin, ayo pindah ke kamar kita. Kasihan anak-anak tidur sempit-sempitan begini." Aku menguncang bahunya dan berbisik pelan.
"Mas... Aku mau nemani Bi disini." Jawabnya memandangku dengan mata sayupnya.
Aku mengelus kepalanya. Lalu mengecup keningnya. Aku melakukan hal yang sama pada Zoya dan Bintang. "Aku ke kamar dulu." ucapku padanya.
"Ma..." Suara parau Bintang membuat aku dan Lintang melihat ke arahnya. "Mama pindah ke kamar mama aja, ma! Bi sama Zoya disini."
Karena tak ingin berdebat, Lintang akhirmya menuruti ucapan Bintang.
Aku menutup pintu setelah kami masuk kedalam kamar. Aku mempercepat jalanku lalu memeluk Lintang dari belakang. Aku sedang dilema.
Beberapa menit lalu, aku seolah tengah melepas putriku pada pria yang usianya masih sangat muda. Walau belum sepenuhnya aku mempercayakan Bi pada Rion, tapi bukankah aku memberinya kesempatan?
Bukan menyesal, hanya saja ada rasa belum siap dalam hatiku. Tapi setidaknya ada sedikit rasa lega karena aku akan melepas Bintang pada lelaki yang ku kenal.
Semoga Rion lebih baik dari pria terbaik di luar sana. Rion, kami mengenalnya dengan baik, asal usul keluarganya dan track record nya.
Dia bukan playboy. Pergaulannya juga tak terlalu bebas. Dia bukan peminum dan bukan pecandu. Dia hanya masih terlalu muda untuk membina rumah tangga.
Semoga syaratku bisa mengulur waktu setidaknya satu dua tahun hingga usianya dua puluh tahunan.
"Kenapa, Mas?" Lintang menyentuh tanganku yang melingkar di perutnya.
"Lin, Bintang sudah besar. Jika suatu saat ada yang datang meminang, apa kamu sudah siap melepasnya?"
Lintang memutar tubuhnya. Dia menghadapku sekarang. "Ada yang datang padamu mas? Apakah dia Elvano yang melamar Bi disekolah tempo hari?" tanya Lintang tak sabaran.
Bintang memang meceritakan sola Elvano, guru olah raga yang melamarnya di sekolah hingga ia mendapat teguran dari kepala sekolah tempatnya mengajar.
Bintang juga memberitahuka alasanya menolak pria itu. Pria yang menurutnya egois dan tak menghargai kami sebagai keluarganya.
Aku menggeleng. "Belum ada Lin. Tapi usia Bintang sudah cukup untuk menikah."
"Kita serahkan sama Allah, mas. Bukankan Dia sudah mengatur jodoh setiap manusia?"
"Tapi Lin, aku takut jika kita menerima lamaran pria yang salah!"
Lintang menyentuh pipiku. "Bukankah kita juga pernah salah dalam hal pernikahan, mas?"
Ucapan Lintang membuatku tersadar. Dulu, kami pernah sama-sama terjebak dalam pernikahan yang salah. Pernikahan yang dilaksanakan demi membahagiakan orang tua. Tapi nyatanya kami sendiri tidak mendapat kebahagiaan.
"Mas..." Lintang membuatku terkesiap.
"Ehm." Aku membenamkan kepalaku diceruk lehernya yang masih tertutup hijab instan.
"Ayo kita ke ranjang, Mas. Aku capek berdiri terus." ucapnya kesal.
Aku tertawa pelan. Aku berjongkok lalu menggedongnya.
"Turuni, mas!"
Aku menurunkannya di atas tempat tidur. "Tanggung jawab, Sayang! Ngajak ke ranjang berarti ngajak perang!"
Perang iya-iya!
Dan istriku sudah sangat faham isi kepalaku. Sedang galau sempat-sempatnya mikir iya-iya. Dasar aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Jumadin Adin
satu langkah menuju restu rion...tunggu restu yg lain
2021-10-23
0
Isabella
galau juga perlu penghangat papa Akhtar
hehehehe
2021-10-05
1
sintesa destania
salam kangen mantan duda high class ya thors😘
2021-09-26
1