Orion
Hari ini aku datang lebih pagi, demi bisa melihat seorang bidadari turun dari Mini coopernya. Ini memang gila, aku jatuh hati pada seorang guru matematika yang juga merupakan kakak temanku.
Akulah Orion Arrayan Danadyaksa. Papiku adalah pemilik sekolah ini. Aku masih 18 tahun dan aku adalah siswa di kelas XII IIS 4.
Sejak kecil, papi dan mami mengenalkan kami (aku dan adikku, Chiara yang berusia 13 tahun) pada anak sahabat-sahabatnya. Ada Kak Bintang, Kak Zoya, Nath dan Nair yang merupakan anak om Akhtar dan tante Lintang.
Ada Ethan dan adiknya Elana yang masih berusia 10 tahun. Mereka anak om Josep dan tante Nathalia.
Ada Delvin dan adiknya Delia yang berusia 15 tahun. Mereka adalah anak om Dion dan tante Diana.
Ada juga Shaka yang usianya setahun lebih muda dariku, serta Lovely yang berusia 12 tahun. Mereka anak dari om Satya dan tante Bunga.
Dan yang terakhir adalah Bang Caraka usianya 22 tahun dan adiknya Syakilla yang berusia 16 tahun. Mereka adalah sepupu Nair dan Nath. Anak dari tante Sora dan om Abimanyu.
Aku melihat mini cooper berwarna biru itu masuk ke dalam gerbang sekolah. Aku bernafas lega dia sampai dengan selamat.
Dialah kak Bintang, dan di sekolah aku memanggilnya Bu Bintang. Entah sejak kapan aku jatuh hati padanya. Yang ku tahu sejak kecil aku suka mengganggunya. Suka sekali berdekatan dengannya.
Dan saat aku memasuki masa SMA aku mulai menyadari sesuatu. Aku heran akan diriku yang sama sekali tak tertarik pada perempuan di sekitarku. Padahal tak sedikit perempuan yang menyukaiku.
Hingga aku melihat Kak Bintang berjalan ke dalam kelas dan di perkenalkan sebagai guru baru saat aku duduk di kelas XI. Aku memandangnya berbeda. Bukan hanya kakak sahabatku atau putri dari teman papiku.
Aku menemukan dimana hatiku berada. Hatiku sudah tercuri olehnya. Mengungkapkan padanya bukan pilihan tepat. Tapi berlarut pada cinta dalam diam terasa sangat menyiksa.
Aku tak ingin dianggap bocah gendeng yang menyatakan cinta pada gadis yang lebih tua dariku. Aku akan menunggu minimal sampai aku lulus agar aku bisa melamarnya.
Dan doaku hanya satu. Semoga kak Bintang tak berjodoh dengan pria manapun, kecuali aku.
Kejam? Biarin!!
Aku langsung berlari ke kelas saat melihat kak Bintang sudah keluar dari area parkiran guru. Namun sampai di koridor lantai dua, aku yang tengah menikmati pemandangan dimana bidadari tengah berjalan menuju ruang guru itu di kejutkan dengan adanya balon bertuliskan will you marry me.
Yang membuatku semakin terkejut adalah pria itu berlutut di depan gadis yang telah mencuri hatiku. Pria itu adalah pak Vano seorang guru olahraga.
Aku nyaris terbahak melihat penampilannya. Dia yang biasa memakai pakaian olahraga, kali ini terlihat rapi dengan kemeja dan celana bahan.
Tapi tak ada waktu untuk tertawa, sementara aku sendiri sedang di tikung di pagi yang cerah ini.
Ayo Rion! Mikir! Otakku berputar-putar bekerja keras mencari cara agar kak Bintang tak menerima lamaran itu. Aku tak pernah melihat mereka jalan berdua, itu artinya mereka tidak berpacaran.
Para Siswa dan siswi sudah berteriak meminta kak Bintang menerima pak Vano.
Kak Bintang pasti tak akan menolak karena jika itu terjadi harga diri Pak Vano taruhannya.
*Ayo Rion! Apa aku terjun saja dari lantai dua ini. Aku tinggal berdiri di tembok pembatas setinggi 120 cm ini dan lompat!
No, Rion! Itu terlalu bodoh*.
Siulan yang ku kenal berjalan mendekat. Ah, thank you Ethan.
Aku langsung berjalan kearahnya lalu menarik kerah seragamnya dan melayangkan bogem mentah ke arah wajah tampan yang tampak bodoh itu.
"Rion! Anjay! Apa-apaan ini!" Teriaknya.
"Balas Than!" Ucapku pelan penuh penekanan. Aku memukul perutnya.
"Bugh... Bught..." Dua bogeman melayang diwajahku.
Aku rela babak belur kak, dari pada melihatmu dipasangkan cincin oleh pria itu.
Aku melirik kearah dimana drama lamara murahan itu berlangsung.
Dan berhasil. Kak Bintang berlari kearah kami.
Aku meninju wajah Ethan lagi. "Balas Than!"
"Kesurupan setan apa kamu Yon!" jeritnya sambil meninju perutku.
"Setan tikungan!" Jawabku asal. Aku memegang perutku yang terasa sakit.
Kami masih saling beradu jotos hingga telingaku terasa panas karena kak Bintang menariknya.
"Aduuh, sakit Buk!" jeritku sambil meringis.
***
Dan disinilah aku, diruang guru berhadapan langsung dengan calon bidadari surgaku. Setelah sebelumnya dia mengobati kami berdua. Memberi salep pada memar diwajah kami.
"Siapa yang mau jelaskan!" tanyanya dengan tegas.
Bukannya takut, aku malah menopang dagu menatapnya dengan senyum.
Sedangkan Ethan, dia duduk santai menatap kak Bintang tanpa berkedip. Aku menginjak sepatunya, lalu menatapnya tajam seolah memberi peringatan.
Awas kalau sampai dia suka sama Bintangku. Ah, kata Bintangku lebih enak di dengar daripada Kak Bintang.
"Ethan! Rion!" Panggilnya. "Ini masih terlalu pagi untuk membuat ulah." Guru cantik di depan kami memberi tatapan peringatan.
"Kalian mau wajahku penuh kerutan bahkan disaat aku belum menikah!" Bisiknya.
Kalau sudah begini, dia sedang berbicara sebagai kak Bintang. Kakak kami. Bukan sebagai Bu Bintang, guru matematika cerdas yang disayang semua murid.
"Rion, Buk! Dia tiba-tiba mukul saya!" Ethan menunjukku. Ethan yang terkutuk!!
"Rion!"
Aku masih diam dan berfikir. Aku harus kasih alasan apa?
"Atau kalian saya serahkan pada guru BK saja?"
Waduh, kacau.
"Jangan, Buk!"
"Jangan ya Buk!"
Aku dan Ethan kompak menolak. Jika ini sampai di tangani guru BK. Dan memanggil orang tua kami, lalu papi dan om Josep bersalaman saling meminta maaf maka putuslah kebebasan kami.
Uang jajan kena potong, sekolah naik bus dan diberi tugas menyiram koleksi bonsai mami.
Oh, No!!
"Jadi siapa yang salah. Siapa yang mukul duluan."
Huuft... Aku menarik nafas dan menghembuskannya pelan.
"Saya yang salah, Bu! Saya yang mukul Ethan duluan!" Aku mengakui kesalahanku.
"Kenapa kamu pukul dia?"
"Ya... ya karena saya marah sama dia, masalah pribadi, Bu." Aku terus memutar otak.
"Benar Ethan? Kalian ada masalah pribadi?" Kak Bintang menatap Ethan penuh selidik.
"Eng- Aduh!" Aku menginjak kaki Ethan. Dia melihat kearahku.
"Ehm... Ada buk!" Ethan terpaksa mengatakan iya.
"Masalah apa?" Oke Rion, cari alasan lagi.
"Dia hapus game candy saya yang sudah level 2000-an, Buk!" Aku memang suka game itu. Game yang selalu ku mainkan saat sedang gabut.
"Ethan? Benar kata Rion!"
Ethan menggaruk tengkuknya. "Hehe... saya gak sengaja Buk!"
"Mau diselesaikan disini atau di ruang BK?" tawarnya.
"Disini Buk."
Akhirnya kami bersalaman saling meminta maaf.
"Jangan ulangi lagi. Ini sekolah, bukan arena! Kalau mau gelut, di ring tinju!"
Oke sayang. Oke.
Kami keluar dari ruang guru dan berjalan ke kelas. "Hutang banyak, lo sama gue!" Ethan menatapku tajam.
"Thanks, mau apa gue jabanin." jawabku enteng.
"Bantu gue nembak Marisa!" Bisiknya lalu berlari meninggalkanku.
"Ethaaaan!" Aku berlari mengejarnya. "Sejak kapan?" Maksudku sejak kapan dia suka pada Marisa.
"Entar kita bahas!"
Ethan!!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Jumadin Adin
cinta di bangku sma dg guru matematika
2021-10-22
2
Isabella
bikin ngakak kakak
benar benar seru ceritanya
lanjut ya kak
sampai putra putrinya langit
sampai kangen ketengilanya langit
ceritamu hebat kakak
bikin AQ greget sama Rion dan nathan
2021-10-04
2
sintesa destania
bentar ya thors masih memahami karakter nih
2021-09-22
2