"Aku merasa tidak nyaman dengan bulu-bulu di tubuh ku ini." Gumam Arden menatap pantulan wajahnya melalui genangan air dalam telaga yang sangat jernih dan bersih.
"Pangeran bersabar lah, pasti kita akan menemukan cara untuk melunturkan kutukan dari Paula ini." bujuk Rembo.
"Dimana posisi kita sekarang Rembo?" Arden menatap pepohonan dan hamparan luas persawahan.
"Yang jelas bukan dipusat perkotaan bos." Jawab Rembo asal sambil mengulum senyum.
"Dasar monyet kamu Rembo, tentu kita bukan dipusat perkotaan. tapi di atas pohon, tapi posisi nya dimana?" hardik Arden yang membuat Rembo celingak-celinguk menanggapi ucapannya.
"Bos, menjadi monyet seperti ini ternyata tidak enaknya, kita sama-sama bodoh seperti mereka dengan pola pikir kita yang terdapat sangat lambat. yang hanya bisa garuk-garuk dan memakan buah-buahan di hutan i i." ucap Rembo.
"Kekuatanku juga tidak berfungsi." balas Arden pasrah.
"Pangeran, lihatlah dari tadi monyet betina itu terus berusaha menarik perhatian mu." bisik Rembo.
Arden mengikuti arah pandangan Rembo, seekor monyet betina tengah tersenyum manis kearah Arden, sambil memukul-mukul bokong nya sendiri, kemudian menungging kearah Arden sambil sesekali mengedipkan matanya.
Melihat hal itu, Rembo tidak kuasa untuk menahan tawanya, refleks Rembo tertawa lepas hingga membuat nya hampir jatuh, tiba-tiba sebuah tangan terjulur menolong Rembo, yang merupakan teman dari monyet betina yang semula menggoda Arden.
Rembo yang malu pada pangeran nya langsung tertunduk lesu, sekarang giliran Arden yang tertawa lepas.
"Rembo, ternyata kamu juga ditaksir monyet betina juga ya...ha...ha..." ucap Arden.
Tidak lama berselang, tawa Arden dan monyet lainnya terhenti. begitu mendengar suara gelak tawa pasangan anak manusia yang tengah mandi di telaga tidak jauh dari pohon tempat mereka bersantai-santai. Arden yang merasa penasaran, melompat pindah ke pohon yang berjarak lebih dekat, yang diikuti monyet-moyet yang lainya.
Sekawan monyet liar itu, seakan-akan ikut terhanyut menyaksikan kebahagiaan Zein dan Jeniffer. Arden yang sudah berubah menjadi seekor monyet jantan yang berukuran cukup besar. tanpa sadar tergelincir dari dahan pohon yang biasanya digunakan sebagai rumah atau tempat nya bersantai beberapa hari ini. kecantikan Jeniffer
membuat nya lupa kodratnya yang sesungguhnya.
"Benarkah dia wanita ku," Gumam Arden berjalan mendekat.
Zein dan Jeniffer yang mendengar keributan dari atas pohon, tidak jauh dari tempat mereka mandi-mandi. mereka langsung menghentikan tawa dan saling lempar air. keduanya refleks menatap balik kawanan monyet yang seolah-olah menertawakan salah satu teman mereka yang jatuh ketanah.
“Uda banyak monyet, aku takuuut.” bisik Jeniffer berdiri dibelakang Zein.
“Kamu nggak usah takut Jeniffer, mereka sudah biasa melihat orang-orang mandi di telaga ini.” bujuk Zein mencoba menenangkan Jeniffer.
“ Tapi monyet besar itu mendekati kita Uda.” Jeniffer yang ketakutan memeluk tubuh Zein dari belakang.
“Kenapa monyet Besar ini sekarang berubah, biasanya dia tidak pernah mengganggu orang-orang yang mandi di telaga ini.” Gumam Zein menatap tajam sang monyet, yang terlihat berbeda dari monyet-moyet biasanya.
Sementara si monyet masih menatap tajam ke arah wanita pujaan Zein. Nampak si monyet tengah berfikir keras dan penasaran. Dia bingung membedakan apakah Jeniffer Manusia atau sejenis buah-buahan.
"Dia benar-benar seperti wanita ku, tapi otak monyet ini sangat mengganggu, sehingga kepikiran makanan dan buah terus." Gumam Arden kesal.
Rambut Jeniffer yang pirang, membuat otak monyet Arden berfikir jika itu rambut jagung. Sedangkan kulit nya yang sangat putih, yang dipikirkan monyet adalah isi ubi kayu. yang terlihat sangat enak untuk dimakan.
Tapi saat melirik buah dada Jennifer dan bokong nya, kejantanan sang monyet Arden langsung beraksi dan yakin jika Jeniffer adalah wanita yang dicari-carinya, sehingga monyet sekarang berfikir bagaimana caranya untuk menyingkirkan Zein. yang merupakan saingan terberat nya saat ini.
Otaknya yang dangkal, membuat sang monyet sulit untuk berfikir cepat dia malah duduk di atas batu besar sambil menatap tubuh Jeniffer.
Sehingga Zein dan Jeniffer berhasil mundur secara perlahan untuk mengambil baju-baju mereka yang sengaja di jemur dibelakang monyet itu. Namun belum sempat Zein menjulurkan tangannya, monyet itu langsung tersadar dan melarikan baju Jeniffer, monyet itu melompat cepat naik keatas pohon, membuat teman-teman yang lain saling berebutan saling tarik menarik baju Jeniffer hingga pakaian itu robek.
“Dasar monyet-moyet sialan, turun kalian.” Tantang Zein yang sudah mengenakan pakaian nya kembali, sementara Jeniffer meringkuk kedinginan.
Zein yang terpancing emosi, mengambil sebuah kayu berukuran cukup besar dan panjang, mengarahkan pada monyet-moyet liar itu.
Diluar dugaan Zein, segerombolan monyet-moyet itu malah menyerang balik. sehingga membuat Jeniffer dan Zein lari pontang-panting, dibalik semak-semak seorang gadis cantik yang semula terbakar api cemburu ikut tertawa puas, apalagi melihat Jeniffer yang lari ketakutan dengan hanya mengunakan dalaman saja.
Jeniffer tidak kehilangan akal, dia berhasil bersembunyi di balik orang-orang sawah, dengan hati-hati Jeniffer mengunakan pakaian orang-orang sawah tersebut, melihat penampilan Jeniffer yang berubah jelek, membuat ketua kawanan monyet itu mundur.
"Tidakkk....tidak dia bukan wanita ku." ucap Arden mundur.
Dengan nafas ngos-ngosan Zein menarik tangan Jeniffer.
“Ayo Jeniffer, kita tinggal kan tempat ini.” Ucap Zein.
“Uda sih, ngapain melawan monyet-moyet itu.” Ucap Jeniffer terlihat kesal.
“Bukan nya Uda melawan mereka, tapi biasanya monyet-moyet itu langsung kabur jika dihadang pakai kayu. Uda tidak menyangka jika mereka sekarang sudah pintar melawan.” Ucap Zein.
“Kapan Uda terakhir kali bertemu mereka?”
“Mumhkin sekitar lima belas tahun silam.” Jawab Zein.
“Pantesan mereka melawan Uda, karena mereka sudah lupa wajah Uda, dan berfikir jika uda pendatang baru di desa ini.” Jawab Jeniffer.
“Mungkin juga.” balas Zein.
“Jeni, Uda semakin cinta melihat penampilan mu seperti ini.” Ucap Zein sambil menatap dan menahan senyum kearah Jeniffer.
“Habis Jeniffer ngak punya pilihan lain Uda, dari pada nggak pakai apa-apa sama sekali mendingan ini.” Ucap Jeniffer dengan muka memerah karena malu, serta rasa gatal-gatal.
Komplotan monyet-moyet kembali ketempat semula, Arden yang masih kesal bercampur sedih memilih untuk menyendiri, setelah melihat pangeran nya sudah kembali tenang, Rembo melompat kearah Arden.
"Pangeran, kita harus mencari cara secepatnya untuk terlepas dari kutuk ini." ujar Rembo.
"Bagaimana caranya?" Arden terlihat tertarik dengan usulan dari Rembo.
"Kita harus bertapa selama tujuh hari tujuh malam di puncak gunung Pasaman itu pangeran." ucap Rembo.
"Siapa yang mengatakan jika kutukan ini akan sirna dengan kita bertapa di sana?" tanya Arden penasaran.
"Hatiku yang berkata pangeran." jawab Rembo.
(Jangan lupa like, vote and coment nya ya teman-teman. biar author lebih semangat lagi, thanks.)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Liiee
wkwkkwk pantes monyetnya mata keranjang ternyata si arden..
udah curiga ada yg gak beres waktu baca yg part 1
2021-11-29
2
V
lucu,,,, ternyata monyet itu sang pangeran 😁
2021-09-24
2
Leni Martina
Uda Zain aku padamu,klo mau nambah istri bilang2 ya,🤭🤭🤭🤭🤭
jd aku jg siap2 nmbh suami🤣🤣🤣🤣🤣
2021-09-24
3