Arden membersihkan tubuhnya, dengan berendam dibawah guyuran air mancur yang mengalir cukup deras dari ketinggian hutan belantara. Arden merasa begitu nyaman sambil tersenyum senang membayangkan wajah cantik Jeniffer. Arden perlahan memejamkan matanya sambil membaca beberapa mantra sehingga dia bisa melihat gerak-gerik Jeniffer dari kejauhan.
Arden terpesona, gerakan tangannya yang semula mengusap tubuhnya terhenti menatap kecantikan Gadis itu, yang tiba-tiba berlari sambil merentangkan kedua tangannya, tersenyum senang menatap sunset yang muncul disenja itu, sehingga memberikan pemandangan yang sangat indah dengan cahaya kuning keemasan nya, sehingga membuat suasana tiba-tiba terasa begitu romantis yang hadir diantara pasangan beda usia dan alam.
Rambut panjang Jeniffer tergeray lepas, senyum tidak pernah luput menguasai bibirnya. nampak jelas kebahagiaan yang terpancar disana, gadis itu seakan-akan lupa dengan masalah yang tengah dihadapinya bersama Zein yang terdampar di pulau ini.
"Indahnya....ini benar-benar menakjubkan, Om sini deh." teriak Jeniffer memangil Zein yang juga masih terpaku menatap kearahnya. suara teriakan Jeniffer membuyarkan lamunan Zein, yang akirnya hanya bisa mengaguk pelan sambil melanjutkan pekerjaannya mengumpulkan banyak ranting.
Zein membuat api unggun untuk mengusir rasa dingin. serta daun pisang hutan yang digunakan sebagai tikar dan tempat menaruh ikan yang sudah dibakar nya barusan sebagai menu makan malam mereka berdua.
“Ayo Jeni, kita makan.” ajak Zein memangil Jeni yang masih menikmati keindahan fenomena alam ciptaan Tuhan.
“Iya Om Zein, Jeni akan segera kesana.” Berlari kearah Zein.
Mereka makan dalam diam, larut dalam pikiran masing-masing. Selesai makan Zein merebahkan tubuhnya agak menjauh dari Jeni, untuk mengusir kecanggungan diantara mereka Zein menyalakan ponselnya. meskipun tidak terdapat signal, namun dia membuka galeri ponselnya memperhatikan foto kedua orang tua serta adek perempuan nya yang sudah lama tidak dikunjungi Zein.
“Ayah, ibu. Ambo rindu pulang kakampuang Kito di Padang.” Gumamnya sambil menatap foto keluarganya yang jauh.
"Aduuuuh panas." teriak dedemit bertubuh besar, yang merupakan suruhan dari Paula yang ingin menakut-nakuti Jeniffer dan Zein. tangan seakan-akan ternak ketika dia menyentuh tubuh Zein yang tengah khusyuk melaksanakan sholat magrib.
"Laki-laki ini seperti mempunyai kekuatan tersembunyi." Gumam dedemit yang akirnya memilih pergi dari pulau.
Selesai sholat, Zein berdoa untuk keselamatan mereka berdua selama di pulau, dan juga untuk kedua orangtua yang sangat dirindukan nya. semua itu tidak terlepas dari perhatian dan tatapan heran Jeniffer.
Zein memutar video tentang seni kebudayaan daerahnya, acara randai yang merupakan kesenian yang sang disukainya sewaktu masih di bangku sekolah, dia juga sering ikut aktif diberbagai kegiatan.
Jeniffer yang penasaran mendengar alunan musik tradisional yang sangat indah, meskipun aneh dan asing ditelinga nya. Dia berjalan mendekati Zein, dan duduk disebelah Zein ikut memperhatikan Vidio yang diputar kan Zein.
“Ih asyikkkk.” Spontan Jeniffer tersenyum senang melihat tarian yang menurutnya unik itu.
“Kamu menyukai nya?” tanya Zein.
“Iya, sangat bagus dan unik. Apalagi jika bisa melihat secara langsung” Tutur Jeniffer.
“Ini seni musik tradisional Dikampung ku Padang.”
“Padang?” tanya Jeniffer.
“Ya, apa kamu mengetahui tentang kota kecil itu.” Jawab Zein singkat.
“Ya tahu, pasti ada jam gadang nya kan? Aku pernah melihatnya di media sosial.” Balas Jeniffer antusias.
“Apa Om mau mengajakku ke sana?”
“Mau, tapi berdoa lah agar kita bisa keluar dengan selamat dari pulau ini.” Terang Zein.
“Berdoa, ha...Ha...aku hampir lupa tentang ritual yang satu itu.” Jeniffer tersenyum getir.
“Maksudmu, bukan kah setiap agama mengajarkan kebaikan dan cara berdoa dan meminta sesuatu pada sang pencipta.” Ucap Zein menatap serius Jeniffer.
“Aku tidak tahu apakah kepercayaan ku Om, karena sedari kecil dalam keluarga ku, aku memiliki kebebasan memilih dan menentukan keyakinan kami masing-masing, sehingga aku tidak begitu memperdulikan tentang keyakinan ku yang sesungguhnya.” Menunduk sedih.
“Aku prihatin melihat kehidupan mu Jeniffer.” Ucap Zein.
“Meskipun dinegara ku menganut kebebasan, namun dalam pergaulan aku masih suci Om.” Tutur Jeniffer.
“Benarkah?”
“Ya, meskipun teman-teman ku sudah mengenal *** bebas diusia remaja, tapi aku masih menjaga kesucian ku. Karena semua laki-laki yang mendekati ku tidak ada yang membuat ku bergairah, kecuali kak Arya.” Ucap Jeniffer berterus terang.
“Tapi Jeni, Arya sudah menikah dan dia juga tidak mencintai mu. Untuk apa kamu masih mengharapkan nya?” Ucap Zein.
“Iya Om, terdampar dipulau ini membuatku sadar. Jika jalan yang aku tempuh untuk memisahkan kak Arya dan keluarga nya salah. Mulai sekarang aku juga akan belajar melupakan perasaan ku terhadap nya.” Jeniffer tersenyum getir, sambil mengigit bibir bawah, menahan perih perasaan nya terhadap Arya.
“Percayalah Jeniffer, masih banyak cinta yang tulus menanti mu. Aku yakin suatu saat kamu akan mendapatkan kebahagiaan mu yang sesungguhnya.” Ucap Zein.
“Termasuk aku yang mulai tertarik melihat mu Jeniffer, namun aku sadar siapa aku.” Gumam Zein perang bathin dengan perasaan nya sendiri.
Malam nya, Zein tidur agak menjarak dari Jeniffer dengan hanya beralaskan daun pisang, begitu juga dengan Jeni. tidak butuh waktu lama kedua anak manusia yang terdampar itu sudah terbang menuju alam mimpi mereka Masing-masing.
Zein tersenyum sendiri dengan mimpi nya, sementara Jeniffer terlihat resah dalam tidur.
"Sayang aku ingin bercinta dengan mu malam ini." bisik Arden sambil meniup mata Jeni sehingga gadis itu terbangun. menatap wajah yang sangat tampan dihadapan nya.
"Siapa kamu?" Jeniffer mengerut kan keningnya bingung.
"Aku Arden mu sayang."
Jeniffer yang sudah terpengaruh mantera yang dibacakan Arden, tanpa sadar pasrah dan menurut saja ketika Arden mencium bibir Jeniffer begitu lembut dan sangat agresif.
Arden berdiri membimbing Jeniffer memasuki sebuah kamar yang sangat mewah dan besar, layaknya kamar pengantin. perlahan namun pasti Arden merebahkan tubuh Jeniffer sambil memperdalam ciumannya, keduanya sudah terbakar gairah.
Disela-sela ciumannya, Arden kembali menatap wajah Jeniffer dengan jarak yang sangat dekat, sehingga kulit wajahnya bisa merasakan deru nafas Jeniffer yang memburu karena cumbuan nya.
Arden semamgkin bersemangat dan gairah nya semakin tinggi, ketika satu persatu pakaian Jeniffer berhasil dilepasnya. saat Arden siap untuk melakukan penyatuan, tiba-tiba pintu kamar dibuka paksa.
Paula muncul dengan kemarahan nya, dia menatap tajam Arden dan Jeniffer yang sudah separuh bugil. kuku-kuku panjang keluar dari setiap kjemari pula, mata yang memerah dan taring yang panjang siap untuk menyakiti Jeniffer yang sudah terkulai lemas tidak sadarkan diri.
"Bajingan kamu Arden, kamu beraninya kamu mengkhianati pertunangan Kita." ucap Paula siap menghadang Arden dengan kuku-kuku panjang nya yang siap untuk mencabik-cabik lawanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Erik Andriansyah Ibrahim
iiih aku prnh mmpi kya gtu iiih jdi mrinding
2021-10-31
1
Fany Arezta
wah.. ceritanya memang luar biasa👍..
2021-09-24
1
yuni arti
Rembo......🐓🐓🐓🐓🐓😃😃😃😃
2021-09-23
4