Rembo segera mendekati pangeran nya, karena semalaman ini Arden terus mengigau dan memangil-mangil wanita ku.
"Tubuh dan kondisi pangeran semakin menurun drastis, aku harus bagaimana sekarang. apa sebaiknya kami kembali saat ke istana." pikir Rembo galau.
"Tidak Rembo, aku tidak akan kembali ke istana. aku hanya ingin bertemu dengan wanita ku." Gumam Arden seolah-olah mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Rembo yang duduk di samping nya.
Ditengah-tengah lamunan nya, Rembo melihat sekawan monyet. dia melompat jearah gerombolan monyet yang langsung melirik kearah Rembo dengan tatapan aneh.
"Kamu pasti bukan monyet biasa dan bukan dari golongan kami." Ucap monyet yang paling besar yang merupakan ketua dari komplotan monyet-moyet itu.
"Benar sekali, aku dan pangeran ku telah dikutuk menjadi seekor monyet, dan kondisi pangeran ku tengah terluka parah. bisa kah kalian membantu kami." Ucap Rembo.
Monyet-moyet itu saling pandang, kemudian mereka berkumpul. terlihat sedang berunding. Rembo memperhatikan tingkah mereka sambil mengulum senyum, melihat tingkah monyet yang lucu, tidak pernah terbayangkan olehnya jika dia dan pangeran nya juga sudah menjadi seekor monyet juga sekarang.
Tidak lama, kepala kawanan monyet itupun mengambil keputusan. jika mereka mau menerima dan membantu Arden. mengingat mereka sekarang sudah satu spesies yang sama.
Sekawanan monyet-moyet itupun mencarikan obat-obatan terbaik untuk kesembuhan Arden, mereka dengan ikhlas merawat dan membantu Arden selama beberapa hari ini, kondisi Arden semakin hari semakin membaik. bahkan Arden sudah terlihat sehat dan sangat bugar, diapun sudah lihai melompat dari satu pohon kepon yang lain.
Hari ini Arden dan Rembo, diajak oleh sekawanan monyet-moyet itu untuk pergi ke sungai yang ada air mancur nya. Arden dan Rembo yang merasa berhutang Budi tidak kuasa menolak tawaran monyet-moyet itu, sehingga mau tidak mau mereka terpaksa ikut ke air terjun.
***
Dialam manusia
Saat semua sibuk mengurus pesta pernikahan nya, Zein menarik tangan Jeniffer dan mengajaknya untuk melihat keindahan kampung halaman nya.
"Uda, kita mau kemana?" ucap Jeniffer masih bingung.
"Jeni kamu ikuti saja, Uda dulu pernah berjanji akan memperlihatkan keindahan kampung halaman Uda." ucap Zein.
"Okey," Jeni mengangkat bahu pasrah, ketika mobil Zein membawanya ke suatu tempat.
"Ayo turun Jen." ajak Zein menarik tangannya, sementara mata Jeniffer sudah ditutup. Jeniffer pasrah mengikuti langkah Zein yang menuntun nya dari belakang. dia seperti memasuki jalanan setapak yang kecil karena tangan Jeniffer bisa menyentuh rumput -rumput liar yang tumbuh disekitar jalanan yang mereka lalui.
"Uda kita dimana?"
"Jeniffer aku ingin mengajak mu ke suatu tempat yang sangat indah, kamu tenang dulu ya." ucap Zein sambil menurunkan tangan, dan menggenggam tangan Jeniffer.
" Uda, ayo cepat aku tidak sabar lagi"
Zein membelokkan kesamping, dari arah jalan yang semula mereka lewati. menuju Padang ilalang yang sangat luas.
"Jeniffer lihat lah itu" tunjuk Zein sambil membuka penutup mata Jeni, kemudian memeluknya dari belakang.
"Waaaah.... indahnya."
Jeniffer mengedarkan pandangannya ke arah tempat yang ditunjuk Zein, nampak sebuah Pemandangan yang sangat indah, sebuah air terjun bertingkat dibawah nya terdapat beberapa batu besar dan telaga.
"Ini seperti surga," Ucap nya takjub, sambil menarik tangan Zein.
"Uda ayo kita segera kesana." ajak Jeniffer tidak sabaran.
"Sabar Jeniffer, dan pelan kan jalan mu, nanti kamu jatuh" ucap Zein mengeratkan pegangannya. sambil berjalan pelan menelusuri arus sungai yang sangat jernih menuju air mancur.
"Jeniffer, sewaktu kecil aku sering menghabiskan waktu mandi bersama teman-teman ku disini" kenang Zein yang merasa kehilangan mereka yang merantau ke kota yang berbeda beda.
Pikiran Zein, juga teringat gadis desa yang dulu pernah dekat dengan nya. "Badriah, kamu sekarang hanya masa lalu ku." gumam Zein.
Jeniffer menarik tangan Zein, mengajak nya untuk menduduki batu yang paling besar di antara yang lainnya, sambil mengeluarkan ponsel dan mengajak calon suaminya foto Selfi.
"Sayang, aku ingin mengabadikan setiap momen kebersamaan kita." ucap Jeniffer sambil merengkuh tubuh Zein kedalam pelukannya, kemudian tersenyum kearah kamera ponsel. setelah itu dia mengabadikan ke akun sosmed mereka masing-masing.
"Wah indahnya, Jeni suka sekali disini" merentangkan kedua tangan sambil berputar pelan menikmati pemandangan serta udara bersih dan sejuk.
Zein tersenyum melihat tingkah calon istri berambut pirangnya itu, rasa sedih dan kecewa nya pada Badriah dulu seakan-akan terhapus karena kehadiran Jeniffer.
"Uda, kita mandi di telaga itu ya" Jeniffer menguncang pelan lengan Zein, dan berlari terlebih dahulu. bebatuan yang licin. membuat Jeniffer langsung jatuh.... byuuuurrr....mandi dalam air sungai yang bersih.
"Hati-hati Jeniffer," berjalan cepat mendekati Jeniffer. kemudian Zein menaikan Jeniffer kepunggungnya berjalan pelan mendekati telaga.
"Bagaimana cara nya kita mandi, kita tidak bawa pakaian ganti ?" ucap Jeniffer.
"Sayang, ngapain mikirin cara mandi, toh bajumu juga sudah basah." ucap Zein.
"Gimana , kita gunakan pakaian dalam aja buat mandi nya, dan ini dijemur saja," Jeniffer meletakkan pakaian nya di atas bebatuan yang terkena pancaran matahari langsung. lagian aku rasa tidak bakalan ada orang yang melewati tempat ini" Ucap Jeniffer yang telah melepaskan pakaian bagian atasnya sehingga menyisakan Bra pembungkus gundukan besar yang seakan ingin menyembul keluar.
Zein menelan Saliva berkali-kali, mulut nya ternganga seumur hidupnya baru kali ini Zein melihat pemandangan itu secara dekat dan nyata, yang membuat adik kecil meronta-ronta minta dibebaskan dari celana yang tiba-tiba menjadi sempit dan sesak.
"Aaa... Jen, hentikan. apa kamu sering seperti ini?" ucap Zein terbata bata.
"Sering, ditempat ku ini sudah menjadi hal yang biasa, ayolah Uda..." menarik tangan Zein untuk mengikuti nya. sambil membantu Zein melepaskan kancing kemeja nya, dan tangan nya terhenti malu untuk melepas celana panjang Zein duluan.
Zein mengusap wajah dengan gemetar karena pikiran nya sudah terkontaminasi saat melihat tubuh Jeniffer, hanya mengenakan celana dan bra saja memasuki telaga. Zein sudah kalah untuk mempertahankan akal sehatnya, dan ikut melepas celana panjang nya yang hanya meninggalkan boxer sebagai pelindung.
Zein berjalan mendekati telaga dan tersenyum memperhatikan tingkah Jeniffer yang berenang kesana kemari kegirangan. teringat masa kecilnya dulu mereka tiap hari melompat dan menceburkan diri berenang hingga lupa waktu, dan sering dijemput ayah atau ibunya untuk menyuruh pulang karena telah sore.
"Cepat kesini sayang" teriak Jeniffer.
Zein berenang ke arah Jeniffer, sambil bercanda gurau dengan tawa yang tidak pernah luput dari bibir mereka berdua. Zein memainkan air dengan tangan nya sambil melemparkan kewajah Jeniffer, begitu juga sebaliknya.
Mereka tidak menyadari jika sepasang mata tengah menatap tajam dan tidak suka pada pasangan yang tengah berbahagia itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Rani Ri
Pantesan monyet itu ngejarr zein,,dan gk mau pergi saat di usir ,,Ternyata Arden yg di kutuk menjadi monyet🤣🤣🤣🤣🤭🤭🤭🤭
2024-01-16
1
Nia Yusniah
bentar lg dikejar monyet yg ternyata arden,laanjut seru
2021-09-23
2
🍁Naura❣️💋👻ᴸᴷ
ayo thor up lg
2021-09-23
1