"Paula, aku tidak pernah mencintai mu." hardik Arden.
"Aku tidak peduli, yang jelas kamu adalah tunangan ku sekarang. wanita ini harus segera aku musnahkan karena dia telah merusak hubungan kita." ucap Paula.
"Aku tidak akan membiarkan kamu menyakiti wanita pujaan ku." hadang Arden. Pertarungan sengit pun terjadi, Arden selalu berhasil melindungi Jeniffer setiap kali Paula ingin menyakiti Jeni.
"Cukup hentikan." Baginda raja tiba-tiba muncul ditengah-tengah pertarungan sengit antara Arden dan Paula. keduanya langsung menunduk hormat begitu menyadari kedatangan sang raja.
Raja melirik gadis cantik yang tertidur pulas dikamar Arden, sambil memelintir kumis tebalnya.
"Arden, ternyata omonganmu tidak bisa dipercaya." ucap raja sangat marah.
"Maaf ayah, tapi aku sangat mencintai anak manusia ini, aku tidak ingin Paula menyakiti nya." terang Arden.
Baginda raja, menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan, mencoba mengontrol emosi nya untuk menghadapi Arden. dia sudah hafal sekali kelakuan Arden, jika dia semakin keras Arden bisa saja kabur dari istana, padahal tidak lama lagi dia akan dinobatkan menjadi raja bukit Savana.
"Baiklah aku dan Paula berjanji tidak akan menyakiti gadismu itu, tapi ingat hapus memori dipikiran gadis itu, sehingga setelah dia sadar dia tidak ingat dengan apa yang telah kamu lakukan barusan dengan nya, dan satu lagi. kamu tidak boleh pergi mengganggu anak manusia itu lagi." terang Baginda raja.
"Baiklah," jawab Arden pasrah demi keselamatan Jeniffer. Arden kembali memindahkan posisi tidur Jeniffer ketempat semula, serta menghilangkan semua berkas ciuman panasnya dileher jenjang Jeniffer. yang semula terdapat banyak tanda kemerahan.
"Sayang, saat ini aku harus pergi. nanti aku kembali lagi." ucap Arden seraya mengusap lembut kepala Jeniffer agar lupa dengan apa yang sudah dia gan Arden lakukan di alam bawah sadarnya
Malam itu Jeniffer dan Zein kembali tidur di hamparan luas pasir. Beratapkan langit yang sangat cerah dengan bulan dan bintang yang saling berlomba memberikan cahaya terangnya bagi kedua anak manusia yang terdampar itu.
Arden sengaja mengarahkan pusat angin dan memberikan kehangatan agar Jeniffer tidak mersa kedinginan dan nyaman tidur meskipun di alam terbuka seperti ini.
Sementara senyum mengembang indah dibibir Zein, ketika alam bawah sadarnya menggiring langkah kakinya menuju mimpi yang sangat indah.
Zein duduk bersanding dengan Jeniffer. Dengan balutan baju penganten khas daerah nya. Jeniffer sangat cantik saat dia dianugerahi gelar sebagai Puti diranah Minang. yang merupakan gelar terhormat bagi seorang perempuan cantik.
"Zein, kami Ndak manyangko jiko Istri waang bule barambuik pirang warna bulu jagung..Ha...Ha..." ( Istri mu berambut pirang seperti warna bulu jagung.)
"Inyo indak urang awak, emangnyo Inyo lamak makan samba lado Jo randang...Ha...Ha..." (Dia bukan orang sebangsa kita, memangnya di mau memakan rendang dan samba lado."
terdengar gelak tawa teman-teman Zein yang dulu suka mengejeknya, membuat Zein kesal dan melemparkan sandal pengantin nya kearah mereka.
"Brengxxxx kalian, telah mengejek istri ku yang begitu cantik ini." teriak Zein kesal.
"Aaahhgkk.... syukurlah cuma mimpi," Zein terbangun, dengan nafas yang masih ngos-ngosan Zein duduk.
"Seandainya aku dan Jeniffer bersama, apa orang-orang disekiling kami akan menerima, karena begitu banyak perbedaan diantara kami berdua." gumam Zein.
Untuk mengusir rasa dingin, Zein kembali menambah kan kayu yang berukuran cukup besar sehingga api bisa menyala lebih lama. Mengingat mereka tidak memiliki selimut.
Zein mengeluarkan jaket dari tas ransel nya dan menyelimuti tubuh Jenni, karena dia tahu Jeni sangat kedinginan saat ini. namun Gadis berambut pirang itu tidak terlihat kedinginan sama sekali, dia tidur begitu damai dan terlihat sangat nyaman meskipun tanpa ada selimut yang menutup tubuhnya.
“Terimakasih Om Zein,” balas Jeniffer tiba-tiba terbangun, sambil tersenyum manis, hingga mampu melelehkan hati Zein yang sudah lama membeku.
"I...Iya Jenn."
"Kamu pasti kedinginan Jeniffer?"
"Sama sekali tidak Om, malah tempat ini terasa nyaman, tenang dan sangat indah." balas Jeniffer.
Zein kembali ke posisi semula, lalu merebahkan tubuhnya kembali. pikiran nya melayang ke masa beberapa tahun silam. sesuatu yang sudah lama Zein kubur dalam-dalam kelubuk hatinya, seorang gadis yang bernama.
“Badriah,”
Yang merupakan cinta pertama Zein, namun karena kondisi Keluarga Zein yang saat itu masih kesulitan ekonomi hanya dipandang sebelah mata oleh keluarga Badriah.
Badriah yang juga menyukai Zein, saat itu dipaksa oleh kedua orang tuanya menerima pinangan laki-laki lain yang jauh lebih kaya dan mapan.
Zein yang terluka dan hancur, bertekad ingin merubah kehidupan nya. Dia pergi merantau jauh ke ibukota metropolitan, hidup dijalanan sambil terus berjuang. Hingga dia bertemu Melinda, yang saat itu membutuhkan pertolongan. Kehidupan baru Zein dimulai, dia bekerja hingga mampu melanjutkan pendidikan dan menguasai bahasa asing, semua itu juga tidak terlepas dari bantuan Melinda dan Arya yang tertarik melihat usaha dan kerja keras Zein.
Arya pun mengangkat Zein menjadi asisten pribadinya, termasuk Mika yang merupakan asisten maminya dulu, yang sekarang sudah digantikan oleh Sena.
Paginya.
“Om banguuunn,” teriak Jeniffer sambil menguncang pelan tubuh Zein yang masih tertidur pulas.
“Ada apasih Jeni, ribut-ribut?” membuka sedikit matanya yang silau karena terpaan cahaya matahari langsung yang mengenai wajah tampan nya.
“Tuh lihatlah Om, seperti Papan surfing kita bisa menggunakan benda itu untuk meminta pertolongan.” Ucap Jenni menujuk benda yang terlihat masih mengapung.
“Kamu benar, baiklah aku akan berusaha mengambilnya. Tapi Jen aku kurang mahir mengunakan alat itu, mencobanya saja belum pernah. ” balas zein bangkit dari tidurnya.
“Om Ngak usah khawatir, biar Jeni saja. Karena Jeni sudah pernah melakukan surfing beberapa kali dilautan lepas.” Ucap nya penuh percaya diri.
“ Apa kamu yakin Jenn?” nampak raut cemas dan khawatir dari wajah Zein.
“Yakin Om.” Sambil mengangguk mantap. Meskipun sesungguhnya Jeniffer kurang yakin, mengingat dia sudah lama sekali tidak melakukan olahraga itu lagi.
Sementara itu, Paula memperhatikan pergerakan Jeniffer sambil memikirkan cara untuk membuat Jeniffer kembali celaka.
"Ini kesempatan untuk ku, berhubung Arden sedang tidak ditempat ini. semenjak ketahuan berhubungan dengan manusia semalam, sekarang pergerakan Arden terbatas. semua gerak-gerik nya selalu dipantau sang raja....ha....ha....hi...hi..." Paula tertawa lepas, apalagi setiap kali melihat Jeniffer yang kesulitan untuk menggapai papan surfing.
"Kekuatan ku sedikit berkurang jika berhadapan dengan matahari langsung, tapi paling tidak usahaku tidak gagal." kembali memainkan jemarinya dari jarak jauh, sehingga membuat Jeniffer beberapa kali jatuh dan tergulung ombak, namun kembali berhasil.
"Ternyata anak manusia ini sangat gigih dan keras kepala, tapi bagus juga semoga mereka segera pergi meninggalkan pulau ini." Gumam Paula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Erik Andriansyah Ibrahim
untung aja si paula kbru dtng klw g bisa ngadung ank jin
2021-10-31
2
Aurelia Khusna
hantu kok suka ma manusia
2021-10-13
0
Fany Arezta
lanjut..
2021-09-24
2