part 19

Full malam ini kami tertidur dalam kegelapan, akhirnya malam yang gelap gulita kini berakhir jua, dari malam telah beranjak pagi, syukurlah kami bisa menjalan kan malam dengan baik.

Cahaya matahari mulai masuk dicelah-celah papan yang renggang, ya kami bangun kesiangan, mungkin terlalu capek. Pagi yang menyenangkan, masalah baru muncul lagi. Bagaimana kami mandi? rumah yang kami tepati tak ada sumurnya, bahkan peralatan dapur pun nihil. Akhirnya mas Arsen mengajak kami mandi di sungai, yang jaraknya lumanyan jauh dari rumah yang kami tepati.

Seusai kami nembersihkan diri, mas Arsen mengajak untuk kembali kerumah yang kami tepati. Di perjalanan ada seorang memanggil kami.

"Dari mana pak, pake bawa anak sama istrinya juga nih" kata bapak-bapak yang sedang menyandang cangkul di bahunya, sepertinya mau pergi keladang.

"Mandi pak di sungai, maklum lah pak kami baru pindah jadi belum bikin sumur" jawab mas Arsen ramah.

"Mandi di sungai belakang dekat air terjun itu ya pak? " tanya bapak itu serius.

"Iya di situ pak, air nya sejuk sekali" ujar mas Arsen sembari tersenyum. Sementara, aku hanya diam mendengar percakapan mereka.

"Bagi saya pak, jangan sampe bawa-bawa Anak kecil kesana, Apalagi anak bapak kecil-kecil yang satu itu masih bayi lagi"

"Memangnya mengapa pak"

"Begini bukannya saya nakut-nakuti ya pak, soal nya di sana, udah beberapa minggu ini orang gak ada pergi mengunjungi tempat itu, biasanya rame loh"

"Kenapa begitu ya pak" tanya mas Arsen serius

Huwaa,,, huwaa,,,, sepertinya bapak itu ingin menjelaskan kan lagi tapi terhenti karna Adam menangis. "Oh,,, ya sudah dulu pak kami pulang dulu, anak saya menangis" permisi mas Arsen, aku lalu jawab anggukan dari bapak itu.

"Ssss,, sss,,,,, ,cup cup cup,, ,sayang kita pulang ya" ujar ku berjalan menggendong Adam lebih dulu dari mas Arsen. Akhirnya Adam diam juga.

...****************...

Setiba dirumah, Adam sudah tertidur, sementara Anindira main di luar. Aku yang masih saja terpikir dengan omongan bapak yang tadi, tetapi tak ku tanggapi serius. Tak berselang lama jam telah menunjukkan pukur 11:04, mas Arsen minta izn pergi keluar sebentar.

Aku sedari tadi belum makan, rasanya penyakit mag yang kualami waktu kecil kambuh lagi. Mual mual ingin muntah tapi gak muntah itulah yang kurasakan, ah tidak,,, ini sama sekali tidak enak.

"Assalamualaikum" ucap seorang perempuan kira-kira umurnya 35-an.

"Walaikumsalam" ujar ku sedikit kaget.

"Lagi apa nih tetangga baru" ucapnya

"Ini mbak baru selesai nidurin anak kedua aku mbak, oh ya silahkam masuk" ujar ku basa basi. Lalu ia masuk kedalam rumah yang kini aku tepati, ia duduk di sampingku.

Kami asik mengobrol, dan sudah lah rasanya untuk saling mengenal, kami pun berbagi cerita, tetapi aku tertegung pertanyaan yang dilontarkan kan oleh tetangga ku ini, katanya namanya Yelni. Iya meminta ku memanggilnya dengan sebutan mbak Yel, Alhamdulillah dapat juga teman disini.

"Oh ya, tadi pagi bangat kalian kemana? " ujar mbak Yelni, kembali ku ingat kejadian tadi pagi dari perkataan bapak yang tadi.

"Oh itu mbak, tadi pagi kami pergi mandi di sungai dekat Air terjun di samping tebing yang ada Bambu nya mbak" jelasku.

"Kenapa mandi di situ, lain kali atau nanti sore mandinya kerumah mbak saja" ujar mbak Yelni

"Tak usah repot-repot mbak, lagipula air nya juga sejuk"

"Bukan merepotkan lah Anita, sebenarnya air itu tak boleh di mandiin lagi" ujarnya dengan serius.

"Kenapa buk? " tanyaku penasaran.

"Sebenarnya baru dua minggu ini ada kejadian di sana"

"Kejadian apa ya buk? " tanya ku serius.

"Kalo ibuk ceritakan takutnya kamu takut lagi" ujarnya kembali membuatku semakin penasaran.

"Tak apa buk ceritakan saja"

"Yaudah, dua minggu yang lalu ada pengantin perempuan bunuh diri disana, karna calon pengantin laki-lakinya menikah dengan orang lain karna orang lain itu sudah di hamili, dari situlah pangantin perempuan menangis sejadi-jadinya di depan penghulu. Ia barlari ke Air terjun lalu berdiri di atas tebing yang tinggi yang katamu ada bambu tadi, tau kan" ujarnya, aku menganggukkan kepala paham, karna saya tau sekali tebing itu sangatlah tinggi.

"Haa dari situlah ia meloncat, pas jatuh kebawah, pas jatuh kebatu besar yang ada di tengah air yang dalam itu" ujar nya berhasil membuat bulu kuduk ku berdiri.

"Kepalanya peca, darahnya berserasan menyelimuti seluruh batu besar itu, sehingga batu itu terlihat merah, air didakat batu itupun begitu juga merah trus,,," saat mbak yel ingim melanjutkan ceritanya, ku cegah.

"Sudah mbak jangan lanjut ceritanya lagi, aku jadi takut" bulu kudukku merinding.

"Ya maka dari itu jangan kesitu bawa anak kecil, soalnya hantu nya gentanyangan, apalagi pas mau magrib" ujar Mbak yel

"Hmm begitu ya mbak, untung mbak cerita, aku benar-benar gak tau" ujar ku mengurung kan niat menceritakan hal yang di ceritakan bapak itu pas tadi pagi.

"Kamu sudah makan? " tanya mbak Yel. Alhamdulillah akhirnya nanya juga hahaha, bukan nya aku tukang mengarap untuk di kasihi, tetapi memang perutku terasa lapar sekali.

"Belum mbak, gak ada apa-apa di rumah ini"

"Yaudah ayok kerumah mbak makan bareng sama mbak" ujarnya

"Eh,, gapapa ngerepotkan nih mbak" ujarku basa basi, tak mungkin menolak karna lapar telah mengendap di perutku.

"Eh apasih repot gimana? Ya jelas gak lah, mbak sendiri di rumah, ayok gak usah malu"

Aku mengangguk kan kepala dan berjalan sambil menggendongkan Adam, lalu ku panggil Anindira yang sedang bermain untuk ikut bersamaku, aku dan anak-anak berjalan di samping mbak Yel.

Dan dengan asiknya kami berbincang, berjalan pun tak tersa lama Akhirnya tiba juga di rumah mewah bertingkat 2 ini, yang terletak bersebelahan dengan gubuk tua yang ku tepati. MasyaAllah bagus sekali, sekaya ini tapi ia tak sombong. Aku di persilakan masuk dengan wajahnya yang bersahabat, kubuka sedal yang ku kenakan ku injak kan kaki ke keramik yang berwarna putih ini, mbak Yel mebukakan pintu untukku, Anindira langsung berlari kedalam rumah dengan bebas, sempat aku cegah jangan bikin rusuh.

"Mama,, agus cekali numah tante ini" sambil berlari melayang sampai di tengah ruangan yang seperti gedung ini.

"Dira jangan gitu, gak enak sama tante nya" cegah ku melihat Anindira berlari bebas di dalam rumah ini kesana kesitu.

"Eh,, Anita kenapa di cegah biarkan saja, dia juga ingin merasakan keindahan, ayok kedalam di meja makan"

Aku diam tersenyum hangat menanggapi mbak Yel, aku kagum padanya mengapa ia bisa sebaik ini pada orang asing yang baru ia kenal, kulangkah kan kaki sambil menikmati lantai keramik yang dingin dan bersih kulihat keatas tampak ada tangga turun kebawah, kulihat ke samping kanan dan kiri semua berpadu dengan chat putih dan sliver, waw bagus sekali. Terlihat indahnya bunga yang di letakkan di meja ruang tamu dan di samping kiri dan kanan pintu masuk, tak bisa ku jelaskan lagi serasa di surga sekali di rumah ini, aku harus bisa mempunyai rumah seperti ini juga. Ya niat itulah yang kutanami, hingga ku semangat kembali.

"Anita ayo sini, sudah mbak siap kan semua makanan nya, duduk sini" amit mbak Yel lalu aku melangkah di dekatnya dan duduk di kursi berpaspasan dengan nya.

"Makanlah jangan sungkan, anggap saja mbak kakak mu" ujar nya membuat ku ingin sekali menangis meminta terimakasih pada yang di atas telah menemukam aku dengan wanita baik ini.

"Makasih mbak, kok banyak bangat menunya mbak" ucapku juga masih menggendong Adam.

"Iya nanti sisa nya di bawa pulang, bentar ya mbak ambil kasur dulu mau mbak bentang kan di lantai biar Adam bisa bergulingan disana biar kita makan bareng"

"Iya mbak makasih"

"Eh kamu ini terimakasih terus" ia melangkah menaiki tangga dan menuruni anak tangga membawa kasur kecil untuk Adam, ia ambil Adam dari tangan ku lalu ia baringkan ke kasur empuk dan bagus itu yang telah ia bentangkan.

"Aah sudah ayo kita makan, anak perempuan mu tadi dimana?" tanya mbak Yel sambil celingak celinguk mencari keberadaan Anindira.

"Biar ku panggil mbak. Dira,,,, Dira,, " ucapku

"Mama,,," pakik Anindira dari luar langsung berlari ke arah kami.

"Ayok sini makan ya, pake sob buatan tante, enak loh" umbuk mbak Yel.

"Mau,, mamam cob ma" suara Anindira terdengar sangat imut.

Aku mengambil nasi anindira, lalu Anindira duduk di depan Adam, wlaupun masih dua tahun Anindira mampu makan dengan bersih.

Sementara, aku dan mbak Yel terus berbicara sambil makan. Ah,, rasanya perutku kenyang sekali. Dan masakannya juga nikmant. Setelah makan aku mengucapkan terimakasih banyak-banyak untuk mbak Yel. Tak lupa mbak Yel juga membukus nasi dan lauk-lauk yang tersisa, untuk ku bawa pulang.

"Suami mu kemana ya Ta? " ucap mbak Yel sambil mebukus nasi dan lauk

"Tadi katanya keluar mbak" ucapku yang selesai makan langsung mengasih asi untuk Adam.

"Ouh begitu, bagai mana kalian tadi malam, dirumah itukan gak ada listriknya?"

"Ya tidur saja dalam kegelapan itu mbak"

"Astaga kamu ini, kenapa gak suruh suami mu itu meminjamkan senter pada mbak, atau minta lilin" ucapnya sambil melirik khawatir padaku.

"Sudah ku suruh katanya, gak usah" ujarku

"Aduh, trus gimana anak-anakmu kemaren malam"

"Ya gitulah mbak"

Selesai membukus makanan, mbak Yel pergi ke atas ntah apa yang ia ambil, setelah turun ia menyuguhkan lilin dan senter padaku. Oh ternyata ia mengambil ini, Alhamdulillah nanti malam gak tidur dalam kegelapan lai.

Terpopuler

Comments

Khafida II

Khafida II

next kaka

2021-10-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!