Tak lama aku terlelap dalam tidurku, kembali kudengar suara menangis lagi, aku terbangun. Oh ternyata Adam menangis lagi, aku coba mengasih Asi untuknya, tetapi ia menangis lagi, karna ia tak mendapatkan sedikit air Asi dariku. Uhhh,,, aku lagi-lagi mengeluh, kulihat jam ditanganku sudah pukul setengah enam.
Oh tuhan,,, mengapa semalang ini hidupku. Kasian Adam, dari tadi malam ia lapar. Perutku juga terasa sangat pedih, tenggorokan ku sangat kering. Dalam keadaan seperti ini mas Arsen mampu juga tidur serenap ini. Tak apa-apa tuhan,,, susah senang akan aku lewati demi masa depan anak ku, biar tak terus bergantungan dengan ayah dan ibu. Tak ku pikirkan bagaimana nanti Anindira bangun dan meminta makan, aku juga tak berani meminta makan dirumah ini, aku penumpang tanpa seimbalan uang pun.
Aku terus menggendong Adam sampai cahaya masuk dicelah-celah ruangan yang aku tepati, kubangunkan mas Arsen.
"Mas,,, bangun,,mas,, " ucapku sambil menggoyangkan badan nya
"Hmmm,,, sudah siang? " tanya nya sambil mengucek-ucek matanya.
Diam. Ya aku hanya terdiam aku tak menjawab pertanyaan dari mas Arsen, aku berdiri kesana-kemari supaya Adam bisa diam.
"Arsen, ajak istri dan anak mu makan di luar" ujar mbak If sontak mebuat ku dan mas Arsen terkejut karna kedatangannya.
"Iya" jawab mas Arsen singkat
"Eh mbak, makasih mbak" ucap ku, Tapi ia menatapku dengan tatapan membenci.
"Hmm" lalu mbak If hendak berjalan keluar kembali. Namun, terhenti sejenak karena pertanyaan ku. "Mbak, wc nya dimana ya mbak? " ucapku
"Ada di sebelah sana" ucapnya sambil menunjukkan tangan ke arah kiri.
"Makasih mbak"
"Untuk apa? Mau mandi? Kalo mau mandi nanti saja usap saja wajah mu terus makan, biar anak mu itu tidak menangis lagi" ucapnya lalu pergi meninggalkan kami.
"Mama,,,,, " panggil Anindira telah terbangun.
"Ada apa sayang, ayok bangun nak, ayo usap mukamu turut papa ke wc ya kita makan lagi" ujar ku.
"Mama juga" ucap Anindira.
Akhirnya kami sama-sama pergi ke wc dan mengusap muka, setelah itu kami menuju ke ruang makan, dimana di situ ada Mbak if dan suaminya, kulihat tidak anak kecil disisi mereka. Akan kah anaknya tidak ada? Sudahlah mengapa aku harus kepo dengan urusan mbak If.
"Silahkan makan Sen" ucap suami mbak If hangat, berbeda sekali dengan istrinya.
"Iya mas, makasih" jawab mas Arsen
"Ajak istrimu juga, oh ini anak mu yang pertama umur berapa? "
"Istri aku menggendong anakku yang kecil Mas, soalnya dari tadi malam menangis terus, anak pertamaku ini baru berumur 2 tahun mas"
"Ouh,,, siapa namanya? "
"Anindira"
"If kamu sudah selesai makan?" tanya suami mbak If padanya.
"Sudah"
"Tuh bantu istrinya Arsen menggendong anaknya kasian dia lapar dari tadi malam gak makan" tintah suaminya, membuat wajah mbak If berubah menjadi masam.
Lalu mbak If berjalan meninggalkan kursi tempat duduknya, tak berkata apapun ia langsung mengambil Adam dari gendongan ku.
"Aaa,, sini makan bareng. Siapa nama istrimu Arsen?"
"Anita"
"oh Anita, makanlah jangan sungkan-sungkan"
"Iya makasih mas" bagaimana aku tak sungkan, istrinya saja seperti setan ngeliat tamu.
"Mama,,Dila mau di cuapin mama" aku langsung mengambil piring Anindira dan menyuapinya seusai ia makan, aku lanjut makan lagi.
Mas Arsen dan suami mbak If selesai makan, mereka tampaknya pergi keluar untuk mengobrol, Anindira juga ikut papanya keluar. Seusai makan, kuberesi piring-piring kotor bekas kami makan, ku bawa kedapur lalu ku cuci. Kembali ku dengar pekik tangisan Adam dari luar, aku langsung buru-buru menyelesaikan kan nya. Entah apa penyebab Adam menangis, jangan-jangan anak ku di cubit oleh wanita itu, ah entahlah mengapa aku jadi sok uzon dengan mbak If, padahal mbak If sudah ngasih tumpangan kami dirumahnya.
Seusai mencuci piring bergegas aku keluar, kulihat kesana kemari aku tak melihat anak sulung ku, di mana Anindira? hati ku bertanya.
kuamabil anak ku dari gendongan mbak If.
"Sini mbak saya susui, maaf sudah merepot kan mbak" ucap ku masih celingak-celinguk mencari keberadaan Anindira.
"Ya jelas lah kalian sangat merepotkan" sambil memonyongkan bibir kiri atas nya ke atas dengan mata terbalik, rasanya ingin muntah kulihat wajah perempuan di depan ku ini. Tapi harus sabar.
"Cari apa kamu lihat-lihat begitu? Kayak orang bod*h! " sambung nya. Astagfirullah sabar-sabar, kalo aku gak numpang kerumahnya pasti udah kurobek-robek kan mulutnya ini.
"Anindira sama mas Arsen mana ya mbak" ujarku, mengiraukan perkataan kasar yang ia keluarkan.
"Arsen ikut suami ku keluar nyari rumah tempat tinggal untuk kalian, Anakmu ikut sama mereka"
"Ouh begitu mbak" aku yang sedari tadi memberi Asi untuk Adam, setelah Adam tertidur aku kembali kekamar belakang.
"Eee,, eh kemana kamu? "
"Ke belakang mbak, mau nidurin Adam"
"Letak saja anakmu di sofa ruang tamu, galangin pake bantal biar gak jatoh" ujarnya
"Iya mbak" aku meletakkan Adam di sofa empuk milik mbak If di ruang tamu.
"Eh kamu jangan duduk situ aja, ngapain kamu liat-liat anak kamu begitu segala, sapu rumah kamu buta hah? Apa gak liat lantai sudah berdebu"
"Ya mbak, kalo nyuruh juga jangan gitu mbak, gak enak di dengar" ketusku
"Apapaan sih kamu! belum sampai satu hari di rumahku sudah berani membantah, kamu pikir nasi yang kamu makan sama anak dam suami mu itu gratis hah! Susah ya ngomong sama orang kampungan!" bentakan keluar dari mulut mbak If sangat kasar, tapi aku tak boleh menjawabnya lagi, aku juga sadar diri, aku cuman numpang.
Kucoba untuk ikhlas menerima perkataan dari mbak If wanita tak punya ad*b ini, tapi hati menolaknya, telalu naif untuk di terima. Menangis sebenarnya di hati, aku di perlakukan seperti seorang yang tak punya harga diri sedikit pun. Aku diam tak menanggapinya, kuraih sapu di balik pintu ku sapu kan semua ruangan. Seusai itu, aku gendong Adam memasukin ruangan dimana tadi malam aku dan mas Arsen tidur. Kututupi pintu, kuletakkan Adam di lantai yang beralas kain. Kini kududuk di ambang pintu, aku menangis terisak kupukul-pukul dada ku yang terasa teramat perih, seharusnya aku tak menangis bukan kah aku sudah terbiasa dengan hal yang menyakiti. Lalu mengapa aku juga menangisi ini. Kuterka air mata dipipi kepalaku terasa sangat pusing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Khafida II
next ka
2021-10-05
2