part 9

Part 9

Satu tahun berlalu, kini Anindira telah bisa berjalan, walaupun ia tak begitu lurus bicara. Namun, ia sangat pintar.

"Huaaaa,,, huwaa,, huwaa,,, " tangisan yang sedari tadi keluar dari mulut Anindira.

Entah mengapa beberapa minggu ini Anindira sering menangis, Anita pun merasa tak enak badan. Tetapi ia tepiskan rasa itu demi anaknya.

Sabar,, iya Anita adalah wanita yang sabar, sudah punya anak satu Arsen tetap tak pernah berubah. Ia bekerja semaunya kadang pergi seusai magrib keluar, pulang jam 11 malam ke atas.

POV. Anita

Jujur saja sebenarnya hati ini sangat sakit. Tetapi, tak mungkin ribut terus-menerus mana lagi ini di rumah orang tua ku. Entah apa yang ada di benak pikiran mas Arsen dari dulu hingga sekarang selalu begini tak pernah berubah, bahkan semakin parah.

"Sayang mama kenapa nagis terus" ucap ku sambil menggendong Anindria.

"Hwaa,,, hwa,, hwa" tangis Anindira mulai padam terhenyap dalam tidunya.

"Oh tuhan,,, mengapa begitu pahit cobaan yang engku berikan, berikanlah kesadaran untuk mas Arsen tuhan"aku membatin

Aku terduduk di tepi ranjang di kamarku, Air mata kini kembali mengalir, tetapi tak ku hapus. Biar lah air ini terus mengalir tanpa halangan sedikit pun.

Menangis bukan berarti kita wanita yang lemah,, bagiku itu adalah kekuatan yang slalu ku andalkan. Menangislah walaupun itu tak bisa menyelesaikan sedikit masalah yang ada setidaknya bisa membuat sakit itu mereda walaupun sebentar.

"Nak mengapa kau terus menangis, mama menyayangi mu jangan menangis lagi. Mama ga mau Dira terus begini, mama capek Dira.

Mama capek akan semua ini, entah kapan kebagian itu menghampiri hidup mama. Entahlah nak" bisikku di telinga Anindira, air mataku terus menetes. Kukecup berulang-ulang pipi dan dahi Anindira yang sedang tertidur pulas.

"huekk,,huek,, huekk" tiba-tiba rasanya aku ingin mengeluarkan apa yang ada di dalam perutku, memang akhir-akhir ini aku merasa aneh pada diriku sendiri.

Ku pandang wajah ku di depan kaca, mataku terlihat sembab terlihat sekali seperti baru selesai menangis. Niat ku yang tadi ingin keluar dari kamar aku kurungkan.

Aku lanjut berbaring di sebelah Anindira tanpa sadar Aku tertidur pulas.

...****************...

"Ta,,,Anita,,," panggilan itu terdengar remang-remang di telinga ku. Lama-lama suara itu makin jelas, ada yang mengguncang punggung ku.

Kubuka mata perlahan, kulihat disampingku tak ada lagi Anindira. "ibuk" ucapku sambil mengusap mata yang masih kabur.

"Mandi lagi Ta, biar ibu temani kamu berobat" ucap ibu, entah dari mana ibu tahu kalo aku tak enak badan.

"Dira mana buk" tanya ku

"Dibawa main sama Arsen" ucap ibu lalu keluar dari kamarku.

Kulihat jam di dinding telah menunjukkan puku 5 sore, aku bergegas kekamar mandi untuk membersihkan tubuhku.

Selesai mandi, aku duduk di depan kaca, untuk merias wajahku. Kupadang diriku rasanya tak ada yang berubah, hanya saja badan sedikit berisi.

"Ibuk,,, Anita sudah siap" ucap ku melangkah kan kaki keluar menghampiri ibuk.

"Yaudah, ayok pergi lagi"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Bagaimana keadaan Anita buk" pertanyaan penuh khawatir keluar dari mulut ibu.

"Alhamdulillah kehamilan Anita telah memasuki satu bulan, jaga kesehatan, teratur makan dan tidur juga" jelas bidan itu berhasil membuat aku dan ibuk membulat mulut dengan sempurna. Aku dan ibu saling tatap, membuat buk bidan bingung dengan suasana.

"Yang benar saja buk? Anak saya baru saja berumur satu tahun" ucap ku kaget.

"Iya, mungkin mbak Anita terlalu subur" ucap nya sambil membukus dan menulis takaran pel dan vitamin untuk ku.

"Benar kamu gak KB lagi Ta" tanya ibu

"Hehe iya buk, lupa Anita" ucapku malu

"Ini di minum setelah makan" ucap bidan itu sambil menyuguhkan kresek palstik yang berisi obat.

Di perjalanan pulang, aku rasanya tak enak hati dengan ibu. Aku sontak bertanya.

"Buk"

"Hmmm"

"Apa ibu marah dengan kehamilan kedua ku ini, Anita bukan sengaja buk, Anita lupa kalo KB Anita sudah habis" ucap ku

"Tidak Ta, ibu tidak pernah marah. Ibu hanya takut saja dengan keadaan keluargamu seperti ini, kamu tau sendirikan, Arsen jarang menafkahi mu apalagi kalo anak kmu sudah banyak, bagaimana Arsen meninggalkanmu" ucapan ibu berhasil membuat ku terhanyut dalam kesrdihan, mata ku berkaca-kaca. Kumaling kan wajah ku dari ibu, supaya ibu tak melihat kesedihan ku.

"Maafkan aku buk" ucapku menunduk.

"Jangan begitu Ta, tak usah Memint maaf. Kamu juga tak salah, semua terjadi atas takdir tuhan".

Terpopuler

Comments

Nulis terus✍️💪

Nulis terus✍️💪

like like like, semaaaangat thoor 💪

2021-10-20

0

Firtrian Delli

Firtrian Delli

anita bodoh, jd aja pelacur anita saking bodoh nyo lo sm adtya dulu enggak mau bodoh

2021-10-07

1

Ratika D

Ratika D

makasih kakax

2021-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!