part 18

"Ta,,,,"

Tok Tok Tok,, suara kentukan pintu

"Taa,,, bukak pintunya Ta"

Aku tersadar saat mendengar ketukan pintu dan sepertinya mas Arsen yang memanggilku di ambang pintu. Kubuka mataku, Astaga aku tertidur di depan pintu, kulihat ke arah Adam ternyata Adam pun sudah terbangun sedari tadi, matanya bening bulat dia tak menangis ia hanya sibuk bermain dengan kain yang menyelimutinya, kulihat jam ditanganku Ataga sudah jam 4 sore.

"Ta,, bukak pintunya " suara itu terdengar kambali.

"Iya mas, bentar aku ketiduran" kubuka pintunya yang di depan pintu adalah mas Arsen.

"Kita pindah sekarang ya, susun barang biar aku bawakan"

"Sudah dapat tempat tinggal mas?"

"Sudah"

Sambil ku beres-beres "dimana, berapa bayar kontrakannya perbulan mas?"

"Gak bayar Ta, orang yang punya rumah, ngasih kita nunggu rumah untuk jualan, kan ada juga kemasukan"

Cih kemasukan apaan? Mau jual apa? Jual tanah hah! Jualan juga harus pake modal juga kali. Entahlah-entahlah mas Arsen ini ngomong nya asal aja gak berfikir. Sudahlah aku diam saja.

Seusai membereskan semuanya aku menggendong Adam, dan mas Arsen membawa beban dan mendukung Anindira.

"Mbak mas kami pamit dulu, terimakasih sudah mengizinkan kami menginap disini semalam" ujar mas Arsen.

"Iya Arsen, tak apalah kamu juga adik mbak" ucap manis mulut wanita tak berad*b itu. Membuat ku geram melihatnya.

"Iya, lain kali perlu apa-apa kerumah saja, tak usah sungkan" ujar suami mbak If.

"Iya terimakasih mas" ucap mas Arsen.

"Iya kami ini sudah biasa membantu orang" ucap mbak If sambil tersenyum ambil muka. Pengen muntah sebenarnya aku mendengar perkataan nya.

"Begitu juga dengan Anita kalo mau pinjam apa-apa pinjam aja ke mbak" ujar mbak If mengambil muka didepan suaminya dan mas Arsen.

"Tidak usah mbak, aku juga tidak terbiasa minjam-minjam dengan orang asing, takutnya kurang ikhlas" sindirku.

Tak ada jawaban darinya, sepertinya mbak If sedang menahan hati, tak tunggu lama-lama aku dan mas Arsen pun pergi ke rumah yang dimaksud mas Arsen. Setiba di sana kulihat kondisi rumah yang berdinding papan ini sangat usang dan tua, seperti tak layak di tempati, dindingnya pun terlihat lapuk, kulangkah kaki dengan setengah hati menginjak lantai semin yang penuh deangan debu. Ah ini sangat buruk sekali, pantasan saja rumah ini tak di kontrakan, lagi pula siapa juga yang mau mengontrak rumah gubuk seperti ini. Oh tidak mengapa hati tak yakin bisa tinggal disini. Hidup sudah derita tinggal pula di gubuk tua, ah hahaha ini cocok sekali dinamakan gubuk derita.

"Ta,,,mengapa melihat rumah ini begitu, kamu tak suka? " tanya mas Arsen berhasil membangunkanku dari lamunan.

"Mas yakin kita akan tinggal disini? Mana gak ada listrik lagi, bagaimana jika ada kelabangan atau kalajengking trus di patok"

"Apa? Kok kamu jadi manja gini sih! Bersyukur dikitlah Anita, kita kita sudah dapat tempat tinggal, jangan malah ngomongin yang tidak-tidak! " bentakan mas Arsen membuatku terkejut.

"Bukanya tak bersyukur mas, tapi,,,," ucapan ku di potong lagi oleh mas Arsen dengan nada yang tinggi membuat Anindira ketakutan dan cemas.

"Tapi Apa! Jangan banyak omel, aku pusing! " ucap nya.

Akhirnya aku membisu kembali, kubersihkan rumah yang kini akan ditepati. malam mulai menyelimuti dunia, gelap pun menghampiri, tak ada satu pun cahaya yang membantu menerangi kami. Takut ya itulah yang ku rasakan, yang ada dipikiran ku bagaimana kelabangan tiba-tiba mematok anak-anak, Aku saja sangat takut, apalagi Anindira ia pun tak kalah takutnya dengan kegelapan ini, dan tak bisa kubayangkan sesak yang di rasakan Adam.

"Mama Dila atut,,,, delap ma" rengek Anindira

"Sabar ya nak, Dira bobok dulu biar gak takut" bujukku.

"Nak mau Dila atut,, delap maa" rengek Anindira semakin menjadi, aku tau yang ia rasakan, tapi mau bagaimana lagi.

"Mas, bisakah kamu pinjamkan senter pada tetangga sebelah mas, kasian anak-anak" Akhirnya aku buka bicara

"Pinjam-pinjam, katamu orang-orang disini sama dengan orang di kampung kita" ketusnya membuat ku kesal.

"Coba dulu siapa tau di kasih"

"Ah kamu ini ya gak ngerti di bilangin! Sudah tidur lagi"

Ah rasanya hatiku sangat kesal dengan mas Arsen, mengapa harus jawaban itu yang ku dapatkan dari nya. Ia tak sama sekali bertanggung jawab dalam keluarga, percuma tampan tapi pengecut. Ku coba menenangkan Anindira, akhinya putri sulungku tertidur juga.

Terpopuler

Comments

Nadziroh💖 IG @Nadziroh2

Nadziroh💖 IG @Nadziroh2

Halo kak, aku mampir, semangat terus ya, ceritanya menarik 👍👍👍

2021-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!