Part 14
"Huwwaaaa,,,, huwa,,,, mama angun,,huwa,,, " tangisan putri sulung ku kembali kudengar. Kubuka mata perlahan ada mas Arsen sedang menggendong Anindira disamping ranjang ku, mata ku kembali menoleh kekiri, kulihat bayi kecil yang mungil. Aku menggerakkan badan ku ingin duduk. tetapi, nyeri terasa sangat luar biasa di perutku.
"Mas siapa bayi ini" ucapku lembut, mas Arsen sontak melihat padaku, begitupun dengan Anindira menghentikan tangisan nya. "Kau sudah sadar? Anak kita laki-laki" jawab mas Arsen lembut dan mendekat keranjang di samping aku berbaring. "Mama icu ciapa ma" ucap gadis lugu berusia hampir dua tahun itu. "itu adek Dira" ucapku.
"Tidak! Icu anak olang, napa ia tidul di caping mama" rengek Anindira
"Dira sayang, itu Adek Dira " umbuk Arsen
"Nak mauu,,,Dila nak mauu,,,uang anak olang icu auh-auh" rengekan Anindira pun makin menjadi.
"Dira mau main? Ayo papa temani Dira main ya" mas Arsen membawa Anindira keluar dan meninggalkan aku berdua dengan anak kedua ku di dalam kamar.
Kudengar langkah kaki memasuki ruangan kamar yang aku tepati, ternya ia adalah mama mertuaku. Ah sebenarnya aku malas sekali melihat wajah wanita tak punya hati nurani ini.
"Sudah sadar kamu" ketusnya.
"Sudah ma" jawabku
"Kamu tu ya, lebay sekali pake pingsan lagi, kan Arsen jadi marah sama saya. Katanya gara-gara saya kamu jadi begini. Padahal kamu nya aja yang lemah" lagi-lagi ia mengomel, rasa sakit di hati makin menggeram. "Tidak ada bedanya juga dokter sama dukun, bedanya hanya saja biaya nya lebih sedikit dari bidan"
"Memang salah mama" jawab ku dingin
"Eh,, pandai menjawabnya kamu sekarang"
Aku tak ingin melanjut menjawab nya lagi, malas saja aku berdebat dengan wanita tua yang tak tahu diri ini. Aku coba menahan emosiku walaupun ia terus-menerus menceloteh.
"Assalamualaikum " terdengar ucapan dari luar, aku kenal sekali dengan suara itu. Itu pasti ibu, syukurlah jadi wanita tua yang ku sebut mertua ini tak menceloteh lagi.
"Walaikumsalam" jawab mama mertuaku.
"Di mana Anita besan" ucap ibuku
"Ada di kamar" ucap mama mertua pada ibu sambil membawa ibu masuk ke dalam kamar yang aku tepati.
"Kudengar gak bawa kebidan atau dokter anak saya ini, kenapa begituya" ujar ibuku
"Eh sudah terdesak sekali besan, makanya panggil yang dekat saja"
Hah terdesak? Pandai sekali wanita ini bicara, aku hanya terdiam. Memang dari awal aku tak pernah mengadu persoalan apapun ke ibu.
...****************...
Telah banyak waktu habis mereka bebincang, Anindira pun sudah di tidurkan oleh mas Arsen, ibu dan ayah pun ingin pulang. Tetapi, aku coba menahan mereka pulang.
"Ibuk sama ayah jangan pulang" ujarku
"Kenapa nak?" ucap ibu
"Perutku dan rahimku sangat sakit"
"Mengapa bisa begitu"
"Aku ingin pulang sekarang kerumah buk, aku gak suka dirumah ini" ujarku sambil mellirik ke mama mertuaku.
"Kan sudah malam Ta, kamu beranak kecil, tidak boleh keluar malam"
"gak buk Anita ingin pulang, Anita gak mau disini" tegas ku agak mengeras.
Kulihat wajah mas Arsen seperti nya tak enak hati dengan orang tuanya gara-gara ucapanku, Tetapi aku tak menghiraukannya, aku sengaja bicara seperi itu .
Tetapi, ibu dan ayah tetap pulang katanya besok pagi ibu dan ayah jemput. Ya aku hanya pasrah, lagikian aku juga tak boleh banyak bergerak.
......................
Setelah kepulangan orangtua ku. Kudengar percakapan antara Anak dan induknya itu.
"Arsen! apa maksud istrimu bicara begitu tadi "
"Maaf ma, mungkin ia memang sakit ma"
"Kurang hajar sekali, beraninya dia bilang sperti itu di depan orangtua nya, kan mama jadi malu. Kan bisa saja orang tuanya berfikir tidak-tidak sama mama"
"Hmm aku tau ma tadi mama tersinggung, tidak mungkinkan ma aku marahi Anita, dia kan sedang sakit"
"Oh maksud kamu kalo orang sakit itu tidak boleh di marahi, asalkan kamu tahu ya Arsen, kadang kamu gak ada dirumah dia sembarangan ngomongin mama, ia ajarkan Dira melawan sama neneknya sendiri. Kan kurang hajar namanya begitu"
"Sudah lah ma! Jangan manas-manasi aku terus!" bentakan mas Arsen.
"sudah gimana? Istri kamu itu gak ada gunanya, apalagi berasal dari keluarga miskin gak tau diri, gak bisa ngatur keuangan, gak bisa bikin suami senang, durhaka sama mertua sendiri" lanjut celoteh mertuaku. Aduh geram sekali hati ku mendengar wanita tua inj bicara, bisa-bisanya ia membicarakan kebalikan fakta.
"Mengatur keuangan gimana maksud mama, aku saja jarang bekerja"
"Alah belain trus istrimu yang gak tahu diri itu"
"Sadar buk kita juga miskin" ketus mas Arsen.
Aduh sakit sekali perkataan nya, hatiku terasa tersayat-sayat pisau tajam. Adaya Tuhan menciptakan manusia sebejat mama mertuaku ini.
Mas Arsen meninggalkan mamanya sendiri di luar, mas Arsen mesuk kekamar yang aku tepati, kulihat matanya memerah. Aku tahu ia sedang emosi, dengan perkataan orang tuanya. Aku hanya diam padanya, tak sangka aku terkena imbas jua dari kemarahannya.
"Anita! Apa maksud dari omongan kamu yang gak mau disini" aku hanya diam mendengarnya aku malas berdebat.
"Apa mama pernah memperlakukan mu dengan tidak baik? Tidak kan! Bisa gak kamu sopan dikit kemertua kamu! Bisa gak kamu menghargai orang tua ku Anita! "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Puan Harahap
hadir kk thor
2021-10-19
1
Firtrian Delli
siapa nulis novel ini tak bermutu tak ada yg komen
2021-10-07
1