part 12

"Ta,,, " suara itu kembali ku dengar. Kubuka perlahan mata yang terpejam, ya yang berdiri di samping ranjang adalah Arsen.

"Ada apa" ucup ku sambil duduk di ranjang, kepalaku pusing. Kulihat jam yang ku kenakan, Astaga ini masih jam empat sore kenapa aku di bangun kan.

Mas Arsen duduk di tepi ranjang di samping ku, "Anindira mana? " kudengar jawabannya hanya menanyakan anaknya, oh tidak hanya pertanyaan itu ia lontar kan padaku, ia membangun ku, sungguh tak bermanfaat sekali.

"Dibawa main sama ibuk, kenapa? " tanyaku malas.

"Tak apa-apa" ucapnya.

Aku hanya diam, sebenarnya akhir-akhir ini aku malas bicara pada mas Arsen. Karna kesal padanya, karena akhir lalu ia meminta uang padaku, padahal ia tahu sendiri dia tak ada memberi uang padaku.

"Ta kau kenapa? " dia bertanya padaku tapi tak ku tanggapi, aku baring kan lagi tubuhku, rasanya ingin ku lanjuti tidurku. Entah apa penyebabnya, kantuk itu telah pergi dari mataku. Aku berdiri ingin keluar dari kamar. Tetapi, tangan ku ditahan mas Arsen.

"Kau memang tak bisa menghargai aku lagi Ta" ujar nya. Aku terhenti dan duduk kembali di tepi ranjang.

"Menghargai bagaimana lagi mas" ketus ku. Ia menatap nanar mataku tanpa ekspresi apapun.

"Mas! Kandunganku semakin membesar tak lama lagi aku akan lahiran, apa kamu tetap saja begini? Alasan mu terus mencari kerja tapi mas duduk tempat tongkrongan berjudi mas itu! " ketus ku lagi, ya memang kandungan ku hampir saja memasuki tujuh bulanan.

"Kau selalu saja sok uzon pada ku Ta" jawabnya

"Tidak memang itu adanya mas, kau bilang aku tak tahu beberapa minggu yang lalu kamu bekerja. Tetapi, tak sepersenpun aku menerima uang dari mu, malahan kau pula ya yang meminta uang padaku, aku tahu hal itu mas tapi aku diam karna gak mau ribut. satu lagi mas! uang yang mas hasilkan mas kasih sama anak istri dari Ijal" ucap ku, Ijal adalah pemilik warung tongkrongan berjudi itu. Tetapi ia tak ada di rumah yang ada cuman istrinya, aku pernah mendapatkan informasinya dari adik-adik sepupuku, kalo mas Arsen ke warung itu, menghabiskan uang nya bukan saja dengan berjudi tetapi bagi-bagi untuk anak ijal. Heran aku, entah pengasih apa yang di buat perempuan gat*l itu sama suamiku.

"Jaga ucapan mu Ta!" bentak mas Arsen. Aku telah terbiasa dengan ini.

"Mau jaga gimana lagi mas! Memang adanya begitu, pengasih apa yang di beri perempuan jal*ng itu padamu mas! "

"Apa yang kau bicarakan ini Anita, pake bilang orang begitu!"

"Kenapa sakit hati mas? Setiap aku bilang perempuan itu dengan kata kasar, mas slalu marah padaku" ketus ku

Plaaak,,,,,aduh sakit rasanya tamparan yang di darati dipipiku oleh orang yang ku cintai, tak apalah aku telah terbiasa dengan ini.

"Jaga ucapan mu Anita! "

Aku hanya terdiam terpaku dalam sakit. Sakit fisik sakit batin ia semuanya yang kurasakan, sebab ini aku malas berdebat dengannya. Tetapi, ia slalu saja mengajak ribut.

Aku pergi meninggalkan nya, biarkan saja ia sendiri di kamar.

Aku pergi belakangan rumah, kutatap langit yang mulai menggelap, pikiran ku mulai terayun-ayun dalam penyesalan. Mengapa dari awal aku tak menerima mas Adit? Mengapa dulu tak kudengarkan omongan mas Arya kakak ku sendiri? Andai saja pernikahan ku dengan mas Arsen tak terjadi mungkin aku tak sesesakit ini. Oh Tuhan, entah karma entah apa ini.

Mas, mengapa kau siksa batin dan fisik ini? Mengapa dulu tak kau lepaskan aku? Disaat aku kau sakiti berulang-ulang. Anehnya aku bisa memaafkan mu semudah itu. Kau berjanji akan berubah tetapi, mengapa tambah parah? Tak ada yang berubah mas, bahkan kau makin kesini makin kasar padaku.

Tak terasa Air mata kembali kutetesi, memang kata orang cinta dan bego itu hampir sama.

Kini langit telah terlihat begitu gelap, Azan magrib pun terdengar di kumandang kan. Aku melangkah masuk, kutujui kamar, selangkah lagi kakiku akan memasuki kamar. Namun, ku tethenti.

"Ta" ucap ayah, ternyata ayah sudah pulang dari bekerja.

"Apa yah" ucapku

"Darimana? " ujarnya

"Dari belakang, aku kemar dulu" ucapku. Sebenarnya ayah tahu aku sedang tak baik-baik saja.

Saat telah kumasuki kamar, tampak Anindira telah tertidur pulas. Tetapi tak kulihatkan sok-sok mas Arsen. Mungkin saja ia pergi keluar, biasanya juga begitu.

...****************...

Malam begitu panjang telah aku lewati, kini pagi-pagi aku sudah selesai mandi dan memandikan Anindira. Ku ambil tas kecil di atas lemari kuletakkan baju Anindira di dalam nya. Setelah minta izin ke ibuk, aku berangkat tampa minta izin ke suami, memang tadi malam mas Arsen tak pulang, ya lagikian aku pegi kerumah tante Neni karna menghindarinya.

Terpopuler

Comments

Nulis terus✍️💪

Nulis terus✍️💪

selalu mendukungmu 💓💓

2021-10-20

0

Puan Harahap

Puan Harahap

Ngalah terus Anita, mana ditampar lagi, suami nggak tanggung jawab

2021-10-19

1

Firtrian Delli

Firtrian Delli

anita bodoh suami kyk gitu d pertahan kan cerai aha cr burung lain yg byk duit bodoh

2021-10-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!