part 10

Di tepi ranjang aku duduk bersebelahan dengan mas Arsen, niat hati ingin menceritakan tentang kehamamilan ku. Sekalian aku ingin memberhentikan mengasih Asi untuk Anindira. Kutatap wajah tampan suamiku, ia hanya menatap datar padaku.

"Ada apa?" tanya mas Arsen heran.

"Mas aku mau bicara"

"Bicarakan saja"

"Dira tidak akan ku beri Asi lagi dari ku"

"Mengapa? Bukan kah ia terlalu kecil" ujar mas Arsen memicingkan matanya dengan heran.

"Aku hamil lagi mas, kehamilan ku telah memasuki satu bulan. Tidak baik anak kecil menyusu dengan ibu hamil" ucapku sambil menatap Anindira yang masih tertidur pulas di ranjang.

"Ouh begitu, jadi mungkin itu alasan dira menangis terus Ta" ujarnya sambil mengelus dahi Anindira. "Hmm bagaimana keadaan kandungan mu" sambungnya menghadap padaku

"Baik-baik saja mas" lalu aku menunundukkan kepala menatap ratanya lantai, ku kuat kan hati untuk bertanya. Namun, air mata tak lagi bisa ku simpan. "Apa mas marah dengan kehamilan ku ini"

"Tidak, memang kenapa bertanya begitu? " sembari tangannya mengusap air mata di pipiku.

Hati siapa yang tak luluh di perlakukan manis begini oleh suaminya, bagaiman tak bertambah benih cinta dan kasih sayang, jika terus bigini. Andai sisi baik ini saja yang ada pada dirimu mas, pasti batin ini tak terus menangis. Selakipun aku menangis, pasti menangis karna kebahagiaan. Tetapi, itu mustahil mas.

"Hwaaa,,, huwaaa" tangisan Anindira berhasil membuat kami menyelesaikan kan percakapan kali ini.

"Uuu cup cup cup anak mama udah bangun" Aku menggendong Anindira keluar. "mek,, mek,, mek mamam ma" ucap gadis munyil yang ku gendong ini.

Aku berjalan kedapur mengambil nasi dan kentang yang sudah kugoreng untuk Anindira. Aku menyuapinya, mas Arsen keluar dari kamar, lalu ia duduk di belakang Anindira.

Sebenarnya beberapa bulan ini mas Arsen tak kerja-kerja, semua makan kami di tanggung ayah. Kadang ku suka heran dengan ayah dan ibu mengapa ia tak pernah memarahi menantunya. Kasihan juga dengan ayah ibu.

"Ta"

"Hmm"

"Ada uang? Aku gk ada rokok nih" ucap mas Arsen kembali membangun emosiku yang ku pendam-pendam.

"Uang! Coba mas pikir, dari mana aku dapat uang, mas ngasih uang saja jarang, sekali ngasih uang pun gak seberapa, cuman cukup beli cabe saja " ketus ku.

"Hmm" ia melangkah keluar. "10.000 saja Ta, kepala ku pasing kalo gak ngerokok" jawab nya.

"Mas! Sekarang aku tanya pada mas! Ada gak mas ngasih uang sama aku, mas saja gak pernah nafkahi aku selama satu bulan lebih ini. Latas bagaimana mas bisa bertanya uang padaku mas. Aku tak bermasalahkan jika mas tak kerja-kerja, tapi tolong mas jangan menyuruh ku memikirkan rokokmu juga" ucap ku dengan suara agak mengeras, lalu menggendong Anindira kedapur untuk meletak kan piring bekas makan Anindira.

"Jaga ucapan mu, dengan suami mu Aninta, tak pantas kau bicara tak sopan seperti itu, aku ini suamimu! Aku gak bekerja karna lowongan kerja nggak ada, biasa nya bagaimana? kalo ada kerja pasti uang nya aku kasih ke kamu" ucap nya membuat ku terdiam sejenak. Aku pikir lagi apakah ucapan ku tadi terlalu kasar untuknya. Aku melangkah keluar berjalan menuju rumah tetangga ku, dan meninggalkan mas Arsen sendirian dirumah, tatapan mata yang memerah membuat ku sangat takut akan kemarahan nya.

Melihat kemergianku ia hanya diam terduduk di kursi ruang tamu.

Hari telah berganti petang Anindira tertidur pulas dirumah buk Tia tetanggaku, aku branjak dari tempat dudukku lalu membawa Anindira

"Hmmmmemmaa" suara parau Anindira

"Sss,,, sss,,"ucapku sambil menggoyangkan gendongan ku terhadap Anindira.

"Kemana Ta?" ucap buk Tia

"Pulang dulu buk, sudah mau magrib"

"Tinggal saja Dira disini dulu, nanti kalo udah bangun biar ibuk antar kerumah mu atau bisa juga suruh Arsen menjemput Dira, kan cuman sebelahan Ta"

"Gak usah buk, sekalian aja gapa kok"

"Yaudah hati-hati"

Setiba dirumah kubaring kan Anindira di ranjang, kulihat mas Arsen sedang tertidur pulas. Kunyalakan obat nyamuk kuletak kan di bawah ranjang. Ku tekan seklar, hingga kamar yang gelap kini telah di terangi oleh lampu. Ku tinggal kan mereka yang sedang tertidur pulas di ranjang.

Kulangkah kaki ke belakang menuju dapur, kulihat ibu yang sedang asik mengiris bawang putih dan merah.

"Ibuk, masak apa sekarang?" tanyaku mendekat di samping ibu.

"Nasi goreng saja ya Ta, kamu suka gak? " tanya ibu padaku.

Ku tersenyum hangat di depan ibu, "ibuk,,, apapun masakannya, kalo di masakin sama ibu Anita suka"

Ibu mulai memanaskan minyak dan menggorengkan bawang-bawang yang sudah ia iris. Aku Ambil segelas air lalu berjalan meninggalkan ibu di dapur, kebetulan terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam dari luar, langkah ku terhenti "siapa itu ya buk? persaan kenal suaranya" ujar ku. "Entahlah, buka saja pintunya"

Ku ayunkan kaki untuk melangkah, kubuka pintu. srrrr,,,,,dadaku bedebar. Kulukiskan senyum kerinduan, tak sadar air mata ku menetes, aku langsung menghambur di pelukannya......

Siapakah pria itu??? Yuk baca lanjut cerita KAPAN USAI PENDERITAAN INI 😊😊.

Yuk support Author biar semangat ngetiknya, beri like dan komen ya saat selesai membaca.

Terpopuler

Comments

Cimai (IG : cimai_author)

Cimai (IG : cimai_author)

hai Kak aku mampir😍 semangat 💪

2022-01-08

1

Hiatus

Hiatus

semangat up ya kk🤗

2022-01-08

1

Nulis terus✍️💪

Nulis terus✍️💪

next 👍

2021-10-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!