Firda pergi ke Madrasah setelah melaksanakan sholat dhuhur, ia lakukan itu atas perintah Abi nya supaya Firda tidak selalu keluyuran yg membuat nya harus bertemu dengan Gabriel.
Firda di berikan tugas untuk mengajar kelas satu, Firda mengajar tajwid karena itu memang kesukaan nya. Selain itu, ia memiliku suara yg bagus dan tahu cara membaca Quran dengan nada yg indah dan tajwid yg tepat.
Setelah mengajar, Firda duduk di halaman sekolah sembari bermain main dengan kucing nya yg memang selalu ikut Firda kecuali ke pasar tentu nya, atau kucing nya akan hilang mencari ikan segar. Yg pasti akan membuat Aisyah pusing tujuh keliling, karena si pemilik kucing dan si kucing sama sama suka menghilang.
Saat Firda sibuk dengan kucing nya, ia malah di kagetkan dengan suara Gabriel yg memanggil nya.
"Hai..." sapa Gabriel dan Firda pun langsung mendongak.
"Oh, hai, Om..." sapa nya sembari berdiri.
"Apa yg kamu lakukan di sini?" tanya Gabriel dengan senyum mengembang di bibir nya, dan Firda merasa senyum itu membuat Gabriel tampak sangat tampan. Tidak terlihat seperti Om Om.
"Tadi Firda mengajar" jawab Firda juga menyunggingkan senyum.
"Menjadi guru?" pekik Gabriel seolah dia tak percaya dan Firda mengangguk "Kamu bisa menjadi guru?" tanya nya lagi.
"Iya, di pelajaran yg sudah Firda kuasai" Firda menjawab sembari berjalan ke arah kursi panjang di sana. Ia pun duduk di sana, di antara para santri yg sedang menikmati waktu istirahat nya. Gabriel merasa tidak nyaman dengan keramaian itu, namun ia juga duduk di ujung kursi yg lain.
"Apa yg kamu kuasai?" tanya Gabriel lagi.
"Tajwid" jawab Firda dan Gabriel hanya mengangguk walaupun ia tidak tahu apa itu tajwid "Oh ya, Om ngapain di sini?"
"Seperti biasa, aku hanya bosan dirumah. Tadinya aku fikir ingin memintamu mengantarku ke tempat makan di sekitar sini" mendengar penuturan Gabriel, Firda mendesah lesu, teringat dengan pesan Abi Ummi nya.
"Em bagaimana kalau Firda panggil Abi lagi, supaya mengantar Om kesana," ujar nya yg justru kini membuat Gabriel yg mendesah lesu.
"Jangan begitu, Fir. Aku sangat sungkan dengan Abi mu" Gabriel berkata jujur.
"Masalah nya, Om. Kata Abi Ummi, Firda engga boleh terlalu sering jalan berdua dengan Om"
"Kenapa? Mereka tidak menyukai ku?" Gabriel bertanya cepat dan serius.
"Bukan, tapi kan memang engga baik kalau laki laki dan perempuan sering jalan berdua, Om. Apa lagi kita ini bukan mahram"
"Lalu aku harus bagaimana? Di sini aku hanya mengenal mu dan..."
"Dan nyaman dengan Firda..." Firda menyela dengan cepat dan Gabriel mengangguk pelan "Itu juga masalah nya, Om," lirihnya kemudian.
"Kenapa?" tanya Gabriel heran.
"Firda sudah jelaskan sama Ummi kalau Om itu nyaman nya sama Firda, eh Ummi bilang kalau gitu Om di suruh temui Abi"
"HUH???" pekik Gabriel yg mengerti maksud perintah Ummi nya Firda.
"Engga usah kaget gitu, Om. Bukan di suruh lamar kok, Firda sudah tanyakan ke Ummi" ujar Firda lagi yg membuat Gabriel semakin kebingungan.
"Maksud nya?" tanya nya sambil menatap Firda penuh tanda tanya.
"Kok malah Om yg engga ngerti, gimana sih" gerutu Firda sementara Gabriel hanya bisa menggaruk tengkuk nya "Oh ya, Om suka Firda atau naksir Firda?" tanya Firda setengah berbisik yg membuat Gabriel semakin tercengang.
"Kata Ummi, kalau laki laki bilang nyaman, itu bisa saja suka atau naksir, hmm Firda faham sekarang, karena itulah Ummi bilang suruh Om menemui Abi. Karena kalau suka, ya memang harus di khitbah 'kan?" Firda berkata sembari mengangguk-anggukan kepala nya. Ia baru saja mengerti apa yg di maksudkan Ummi nya kemarin. Kemudian Firda menatap Gabriel dengan serius
"Om engga bermaksud naksir sama Firda kan?"
Gabriel masih terdiam, mencerna apa yg sebenarnya di bicarakan oleh Firda "Soal nya, benar juga kata Ummi. Kita ini bukan mahram, jadi engga baik kalau jalan berdua terus. Firda terlalu dekat juga sama Om" ucap Firda menghela nafas berat.
"Menikahlah dengan ku? Supaya kita menjadi mahram" kata itu keluar begitu saja dari mulut Gabriel. Apa lagi mendengar kata bukan mahram yg seolah itu akan menjadi garis pembatas antara diri nya dan Firda dan entah mengapa membayangkan ada batas antara diri nya dan Firda membuat Gabriel tidak suka.
Sementara Firda, di lamar seperti itu tidak membuat nya terharu apa lagi terkejut bahagia. Ia malah meringis, menatap Gabriel dengan tatapan yg begitu aneh, membuat Gabriel salah tingkah.
"Om serius?" tanya Firda dan entah apa yang Gabriel fikirkan ia malah mengangguk cepat berkali kali. Firda semakin meringis, ia bahkan garuk garuk kepalanya yg terbungkus jilbab.
"Om aneh juga, masak selera nya daun muda. Engga cocok, cari yg lain saja"
mendengar jawaban absurd Firda, Gabriel seperti mati rasa. Tidak tersinggung, tidak bahagia, tidak bersedih. Ia seperti blank dan bahkan tercengang, memikirkan apa itu daun muda? Kenapa jawaban Firda tidak sinkron dengan pertanyaan nya? Apa Firda merasa gerogi sehingga mengalihkan pembicaraan?
Pertanyaan tanyaan itu memenuhi otak cerdas Gabriel.
"Firda, apa itu..." Firda bahkan tidak memberikan Gabriel kesempatan untuk bertanya. Kini gadis itu sudah berlalu pergi membawa kucing kesayangan nya.
Gabriel semakin blank, dan ia baru saja melamar seorang gadis. Seorang gadis???
Gabriel garuk garuk kepala seperti orang bodoh, kemudian Gabriel merogoh ponsel pemberian Firda dari dalam saku celana nya dan sembari berjalan pulang, ia menghubungi John.
"Ada apa, Tuan? Apa ada masalah?" tanya John tegas.
"Aku baru saja melamar seorang gadis" ujar Gabriel dengan nada yg sangat datar, tapi bisa di pastikan John pasti tercengang dan mungkin merasa seperti di Sambar petir di sana.
"Gadis yg mana? Jangan main main dengan gadis desa, Tuan. Atau mereka akan mengusir mu dari sana. Lagi pula sejak kapan kau punya kekasih? Dan apakah anda serius melamar nya atau anda hanya menggoda nya? Atau anda hanya mempermainkan nya? Atau apa?"
Gabriel meringis, ia sendiri tidak bisa menjawab pertanyaan John.
"Entahlah, lamaran itu keluar begitu saja dari mulut ku. Mau bagaimana lagi, aku merasa begitu nyaman setiap kali dekat dengan nya, aku melupakan beban ku, masalah ku. Dan aku sangat tidak suka setiap kali dia seperti meletakkan garis batas di antara kami, mungkin karena itulah alam bawah sadar ku membuat ku melamar nya" Gabriel berkata dengan frustasi. Terdengar helaan nafas berat John di seberang telephone.
"Lalu? Gadis itu menjawab apa? Dia menerima mu?"
"Dia bilang ternyata selera ku daun muda dan itu tidak cocok, dia bilang suruh cari yg lain saja"
"Hahaha hahah...." terdengar suara tawa terbahak bahak John dari seberang telepon. Membuat Gabriel menggeram kesal.
"Apa yg kau tertawai, Sialan?" geram nya.
"Tuan, apa gadis itu masih sangat muda?" tanya John dan seperti nya ia sedang berusaha menahan tawa nya.
"Mungkin 19 tahunan" jawab Gabriel "Atau bahkan mungkin 18" ucap nya dengan suara lirih.
"Pantas saja kau di tolak" seru John dan seperti nya ia sekarang tertawa puas mengejek.
"Jadi dia menolak ku? Memang apa hubungannya dia menolak ku dengan daun muda? Kenapa dia tidak menolak ku dengan jelas?" tanya Gabriel lagi dan ia masih dalam perjalanan pulang.
"Daun muda itu julukan untuk gadis remaja, muda, masih segar. Jadi yg di maksud gadis itu, anda terlalu tua, dan ternyata selera anda malah gadis muda, anda tidak cocok dengan nya dan meminta anda mencari yg seumuran dengan anda, yg cocok dengan anda"
"Sadis sekali" gumam Gabriel kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Medy Jmb
😀😀😀😀Firda...polos banget sih
2024-02-07
1
Miss Calla
😂😂😂
2023-08-01
0
hf
😂😂😂
2022-11-26
0