"Kamu dari mana sih, Fir?" Ummi nya Firda bertanya dengan nada sangat kesal pada putrinya itu saat sang putri datang bersama seorang pria dewasa.
"Tadi main sama Ciu Ciu, terus di tengah jalan ketemu Om Gabriel yg tersesat tak tahu arah jalan pulang pulang... Eh, kok malah jadi nyanyi" ucap Firda cengengesan yg semakin membuat rasa kesal ibu nya memuncak, sementara Gabriel hanya bisa menahan tawa geli melihat tingkah Firda yg membuat ibunya naik darah.
"Kalau besok kamu ngilang lagi, Ummi panggang Ciu Ciu mu itu" kesal sang ibunda lagi.
"Ummi, kenalin ini Om Gabriel. Om, kenalin ini Ummi nya Firda. Nama nya Aisyah, panggil saja Kak Aisyah" ucap Frida mengabaikan ucapannya Aisya sebelum nya.
"Halo..." sapa Gabriel kaku.
"Assalamualaikum, apa kabar mu, Nak Gabriel?" tanya Aisyah dengan nada ramah. Membuka otot wajah Gabriel yg tegang sebelum nya kian melemas.
"Waalaikum salam, aku baik, Kak Aisyah" jawab Gabriel mengikuti perintah Firda unyuk memanggil kakak pada Aisyah.
"Panggil saja Tante, Gabriel. Aku sudah tua untuk di panggil kakak apa lagi kamu masih sangat muda" ucap Aisyah kemudian yg membuat Gabriel mengulum senyum. Kemudian Firda yg memiliki tinggi tubuh hanya sebatas dada Gabriel mendongak guna memperhatikan wajah Gabriel baik baik.
"Ya sih, masih keliatan muda" cetus Firda dengan sangat serius yg membuat senyum Gabriel mengembang semakin lebar "Oh ya, Ummi. Om Gabriel ini mau ikut ke pasar, dia tinggal sendirian di rumah Paman Mansur yg disana" Firda berkata sembari menunujuk ke arah belakang "Jadi kata nya Om Gabriel mau belanja bahan makanan, terus Om Gabriel belum hafal jalan di desa ini. Tadi saja dia tersesat"
"Oh begitu, ya sudah. Kita ke pasar bersama, Nak Gabriel bisa memakai sepeda suami Mas Farhan, suami Tante"
"Iya, terimakasih, Tante" ucap Gabriel sungkan.
Aisyah pun masuk kedalam rumah guna mengambil kunci sepeda motor nya, sementara Firda masuk kedalam mengantar Ciu Ciu kedalam kamarnya. Sementara Gabriel memperhatikan rumah dan lingkungan itu yg tampak berbeda dari rumah warga yg lain. Rumah itu jauh lebih besar dengan lingkungan yg lebih luas, ada beberapa gedung juga yg tak jauh dari sana dan ada banyak anak anak dan orang dewasa disana. Gabriel yakin itu adalah sekolahan.
"Kenapa?" Gabriel tersentak kaget mendengar suara Firda yg tiba tiba itu "Kenapa Om celingukan kesana kemari, cari siapa?" tanya Firda dan ia juga ikut celingkuan kesana kemari. Gabriel memperhatikan Firda yg rupanya sudah berganti pakaian dengan dress lebar berwarna hitam dan menggunakan tas selempang yg berwarna abu abu.
"Tidak mencari siapa siapa, hanya saja seperti nya di sini sekolahan ya" ucap Gabriel.
"Oh iya, ini namanya Madrasah, Om" seru Firda.
"Milik keluarga mu?"
"Iya"
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Aisyah yg kini juga sudah datang "Maaf ya, Nak Gabriel. Tadi kunci nya ke selip, jadi masih di cari"
"Maaf aku sangat merepotkan" ucap Gabriel dan ia menerima kunci yg di sodorkan Aisyah.
"Engga apa apa, Nak Gabriel. Kalau kamu butuh sesuatu nanti datang saja ke sini, jangan sungkan ya"
"Iya, Terimakasih"
Kemudian ketiga orang itu pun berangkat ke pasar menggunakan sepeda motor, hari sudah mulai siang dan mentari sudah mulai terasa panas. Gabriel bahkan merasakan kulit nya seperti terbakar, ini pertama kalinya ia menggunakan sepeda motor di siang hari dan itupun hanya untuk ke pasar.
Gabriel selalu menggunakan mobil selama ini, terkadang ia menggunakan sepeda motor hanya jika di perlukan seperti saat kejar kejaran dengan musuh. Itu pun bukan sepeda motor kecil dan ringan seperti yg ia tunggangi saat ini, matic lagi.
"Fir, Ummi liat kamu dekat dengan Nak Gabriel. Jangan terlalu dekat, Fir. Engga baik" seru Aisyah yg masih fokus menyetir.
"Dekat apanya, Ummi? Ini aja baru ketemu tiga kali, tapi setiap kali ketemu Om Gabriel selalu dalam masalah dan Firda bantuin. Maka nya jadi kenal deh"
"Memang dalam masalah apa?"
"Dulu, waktu pesta pernikahan Mbak Maryam, Firda menolong Om Gabriel yg jatuh di toilet. Terus tadi nolongin karena dia tersandung dan tersesat"
"Oh begitu, tapi kok bisa kamu nolongin dia yg jatuh di toilet? Emang nya kamu salah masuk toilet pria?"
"Engga kok, dia ada di toilet wanita. Kasian lho, Ummi. Perut nya sampai luka dan berdarah"
Seketika Aisyah terdiam heran, rasanya tidak mungkin ada orang yang jatuh di toilet dan mengalami luka di perut bukan di kepala apa lagi jatuh nya di toilet perempuan, bagaimana bisa?
Aisyah mencoba tidak ambil pusing akan hal itu, ia berfikir mungkin Firda yg lupa dimana luka nya waktu itu dan bisa jadi Firda memang salah masuk toilet.
Sesampainya di pasar, Aisyah memarkirakan sepeda motor nya begitu juga dengan Gabriel.
Gabriel yg melihat pasar tradisional itu kembali tercengang, panas, ramai, berdebu dan bau. Namun ia mencoba menahan semua itu.
"Nak Gabriel mau beli apa saja?" tanya Aisyah lagi dan Gabriel menggeleng pelan "Kamu kan laki laki, mana mengerti kebutuhan dapur ya? Apa kamu bisa masak?" tanya Aisyah lagi.
"Iya" jawab Gabriel karena ia memang bisa memasak. Tentu saja, bisa memasak adalah bagian dari bertahan hidup. Dan hidup dalam dunia gelap seperti Gabriel memaksa ia bisa segala nya.
"Baiklah, aku rasa bahan yg penting adalah bumbu. Sekarang kita beli bumbu dulu" ujar Aisyah.
"Iya" kembali Gabriel menjawab singkat.
"Om Gabriel, oh Om Gabriel..." seru Firda yg mulai gregetan karena Gabriel yg masih irit bicara.
"Apa sih, Fir?" tegur Aisyah.
"Habis nya Om Gabriel pelit banget sama suara nya, Ummi"
"Firda... Engga boleh begitu!" Aisyah menegur lebih tegas, sementara Gabriel hanya terkekeh.
"Sebenarnya aku bukan pelit suara, hanya saja aku tidak tahu harus berbicara apa. Dan aku sangat suka karena Firda terus berbicara" tutur Gabriel yg membuat Firda tersenyum lebar.
Aisyah membawa Gabriel untuk membeli bawang bawangan, jahe, kunyit dan bumbu dapur yg lain nya. Awalnya Gabriel sedikit risih dan kaku, ia tak pernah berbelanja di tempat seperti ini, namun saat melihat Firda yg juga berceloteh dengan penjual membuat Gabriel malah kembali merasa senang.
"Bawang murah ya, Bi? Harga nya turun?" tanya Firda sambil mengintip bawang yg sudah di masukan kedalam plastic.
"Masih sama, Neng" jawab si penjual.
"Tapi kenapa Ummi di kasih banyak sekali?" tanya Firda sementara sang penjual hanya tersenyum. Karena ia tahu siapa Aisyah dan Firda, dan itu sudah menjadi kebiasaan mereka memberikan lebih pada Aisyah. Sementara Aisyah hanya tersenyum, karena ia juga tahu ia juga selalu di berikan lebih.
Setelah membeli semua yg dia butuhkan, Aisyah membayar si penjual dengan uang lebih "Kembalian nya, Neng Aisyah" ujar si penjual.
"Kembalian nya titip buat cucu ibu saja" seru Aisyah yg membuat si penjual tersenyum malu namun juga senang.
"Ini punya mu..." Aisyah memberikan satu kantong plastik yg berisi bumbu dapur kepada Gabriel.
"Terima kasih, uang nya?" Gabriel mengambil dompet dari saku nya.
"Tidak usah, Nak" jawab Aisyah dan Gabriel hanya tersenyum.
"Rupa nya dia memang di lahirkan dari wanita yg sangat baik dan tulus" Hati Gabriel menggumam sembari melirik Firda yg berjalan di samping nya sementara Aisyah berjalan di depan nya.
"Sekarang kita beli ikan ya" ujar Aisyah.
"Iya, aku suka ikan. Suka sekali, rasanya enak apa lagi kalau di panggang" jawab Gabriel berusaha tidak irit bicara lagi. Tapi itu malah membuat Aisyah dan Firda tertawa geli, lantaran nada bicara Gabriel yg seperti anak anak kegirangan. Membuat Gabriel tersenyum malu.
Mau bagaimana lagi? Ia memang tipe orang yg irit bicara, tentu saat berusaha banyak bicara ia malah terlihat lucu.
"Baiklah, nanti Tante akan panggang kan ikan untuk mu. Siang ini kamu makan siang di rumah saja" ujar Aisyah dan Gabriel mengangguk berkali kali.
Gabriel dan Aisyah pun memilih ikan segar yg akan mereka panggang "Fir, pegangin ini..." seru Aisyah sembari menyodorkan plastik belanjaan nya ke belakang, namun tak ada yg merespon. Dan saat menoleh, ia tak mendapati Firda di belakang nya.
"Dimana bocah satu itu?" tanya Aisyah pada Gabriel, mereka berdua pun mengedarkan pandangan nya dan mendapati Firda yg sedang membeli pentol daging "Astagfirullah" gumam Aisyah menahan kesal, ini bukan yg pertama kalinya Firda menghilang setiap kali di ajak ke pasar. Firda yg tampak nya sudah selesai membeli pentol pun segera menghampiri Gabriel dan Aisyah dengan dua plastik kecil berisi pentol yg sudah di campur dengan saos.
"Ini, Om. Firda belikan buat Om" seru Firda sembari menyodorkan plastik berisi pentol itu dan lengkap ada tusukan nya disana. Sementara Gabriel malah melongo, ia tidak tahu apa yg di makan Firda dan dia sangat enggan memakan nya.
"Tidak, terimakasih, Firda" ujar Gabriel.
"Ini enak, Om. Coba dulu..." Firda menusuk satu pentol dengan tusukan bambu itu dan menyodorkan nya ke mulut Gabriel "Ayo, aaaa..." seru Firda dan mau tak mau Gabriel membuka mulut nya, menerima pentol itu dan mulai mengunyah nya. Dan seketika ia mengangguk anggukan kepala nya, tanda ia menikmati makanan yg baru saja di suapkan Firda itu.
"Dia menyuapi ku?"
"Enak?" tanya Firda dan Gabriel mengangguk sembari tersenyum lebar. Firda terkekeh, kemudian kembali memberikan satu plastik kecil berisi pentol itu dan kali ini Gabriel langsung menerima nya.
Aisyah yg memperhatikan hal itu mulai merasakan ke khawatiran terhadap anak gadis nya yg tak bisa menjaga sikap di depan siapapun.
"Kita lanjut belanja nya" kata Aisyah.
Mereka pun lanjut berbelanja berbagai barang, bahkan sangat lengkap. Gabriel, seorang Don Mafia yg begitu di segani, di. takuti dan di hormati kini harus menenteng plastik yg berisi ikan, ayam dan daging sapi di pasar tradisional, itupun di tengah terik matahari.
Menyadari hal itu, Gabriel menahan senyum geli.
Apa lagi kini ia malah merasa sangat dekat dengan Firda, membuat Gabriel semakin merasakan sesuatu yg berbeda pada dirinya. Dimana sebelum nya ia tak pernah bisa dekat dengan siapapun.
Apa yg terjadi pada hidupnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 292 Episodes
Comments
Miss Calla
Iya jadinya makin berwarna kek pelangi gitu lah 🤭😂
2023-07-31
0
Miss Calla
Gabriel makin gemesin nih 😂
2023-07-31
0
Tati Suwarsih Prabowi
saya suka saya suka karyamy thor
2023-03-13
0