Pagi harinya, tepat pukul 04.00 dua Xi bersaudara kini telah berlari sambil membawa air yang terus terjatuh dari berbagai lubang.
Blurrr..!!
“Huh..!! Dari yang satu gayung jadi kurang dari seperempat gayung air untuk sampai ke kolam, bagaimanapun kencangnya kita lari,” kata Xi Luan menghela nafas.
“Hmm..!! Jika Dewa Guru memberitahu kita lebih awal tentang adanya lubang-lubang kecil ini, mungkin kita bisa memikirkan cara untuk menutupinya lebih dulu. Dan dengan bodohnya kita tidak mengecek kedua dayung ini terlebih dahulu,” kata Xi Juan mengangguk sambil menyalahkan diri sendiri.
“Ayo adik, waktu adalah kekuatan. Lebih cepat maka kita lebih kuat dan terlatih, sambil berlari ke sungai, kita akan memikirkan cara bagaimana menutupi sebagian lubang-lubang ini,” kata Xi Luan langsung melesat meninggalkan adiknya.
Xi Juan langsung ikut mengejar dari belakang.
Sementara Duan Du tersenyum di atas, mereka berdua tidak bisa menyadari jika Duan Du berada di atas mereka, karena ia menghilangkan hawa keberadaannya.
“Hehe,, mungkin jika aku membuka sebagian kecerdasan yang ada di kepala Xi Juan, ia bisa mengetahui cara menitupi lubang tersebut karena kecerdasannya meningkat, tapi kejahilannya akan ikut muncul dengan terbukanya kecerdasannya hingga 80%, karena saat ini kecerdasannya yang dari lahir ada 40% dan tersegel karena keturunan, turun temurun 60%” Gumam Duan Du sambil terkekeh kecil, tapi beberapa saat ia langsung mengurungkan niatnya, karena latihan mereka nanti akan banyak terganggu akibat kekacauan yang di ciptakan Xi Juan.
Tap tap..!!
Srek srek..!!
Terdengar suara langkah kaki Dua Xi bersaudara kini kembali membawa air, tapi kini air yang mereka bawa tidak terlalu banyak yang terjatuh, itu karena Xi Juan menemukan daun yang cukup besar untuk menutupi sebagian lubang tersebut.
Blurr..!!
“Hah hah hah..!! Ini kira-kira pukul berapa kakak? Jika begini kita akan terlambat mengisi penuh kolam tersebut tepat waktu, kita harus menemukan satu dayung lagi. Masing-masing dari kita akan membawa dua dayung,” kata Xi Juan bertanya sambil menyarankan beberapa masukan.
“Kau benar juga,” kata Xi Luan melihat sekelilingnya, tak lama kemudian ia langsung berkata. “Tunggu sebentar, aku rasa pernah melihat dayung yang cukup besar di dalam rumah itu tadi malam saat kita masuk,” kata Xi Luan langsung berlari.
Tak berapa lama, ia langsung kembali membawa 2 dayung yang tingginya 1 meter lebih dan lebarnya satu meter.
Dengan senyum bangga Xi Luan langsung datang.
“Hahaha,, jika begini kita akan tepat waktu, kita butuh satu dayung ini pasti cukup. Tapi karena tugas kita menggunakan dayung ini, kita juga harus menggunakannya,” kata Xi Juan tertawa menemukan cara agar tidak melanggar yang yang telah di tentukan saat berlatih.
“Bagaimana caranya?”, tanya Xi Luan penasaran.
“Tinggal menaruh dayung kecil ini di dalam dayung besar ini, hehe itu tidak akan melanggar peraturan bukan? karena kita tetap menggunakan bahan latihan yang telah di tentukan. Aku yakin Dewa Guru juga tidak akan marah,” kekeh Xi Juan.
Xi Luan ikut tertawa.
Mereka berdua dengan cepat ke pergi ke arah sungai.
Hingga kolam penuh, dan berganti membawa batu hingga pukul 06.00.
Walau tidak berhasil menaikkan batu tersebut ke puncak bukit dan membawanya lagi, tapi ada kemajuan dari hasil membawa batu tersebut. Yaitu batu tersebut sudah terangkat lebih dari setengah badan bukit.
Hal tersebut membuat Duan Du tidak menghukumnya selagi ada kemajuan dari hasil latihan mereka berdua.
Hari-hari terus berlanjut.
3 bulan telah berlari, yang berarti kini genap 6 bulan mereka telah berlatih latihan fisik dan tubuh.
Kini Xi Luan dan Xi Duan berlari menuju ke bibir bukit. Di atas punggungnya ada sebuah batu yang sangat besar, itu adalah batu yang mereka selalu dorong 3 bulan yang lalu.
Tinggi Xi Luan dan Xi Juan kini setara, sama-sama 185cm. Tubuh mereka berdua pun sangat kekar, tapi tubuh Xi Luan jauh lebih kekar dari Xi Juan sang adik.
Wajah mereka sama-sama sangat tampan dan putih, jika rambut mereka tidak berbeda, mungkin banyak orang yang akan mereka saudara kembar, padahal jarak umur mereka selisih 4 tahun, Rambut Xi Luan bewarna merah darah dan pendek. Untuk rambut Xi Juan bewarna biru laut cerah panjang sampai ke pundak, namun rambut Xi Juan terlihat di ikat. Hal itu menambah ketampanan Xi Juan, bahkan sedikit lebih tampan dari sang kakak.
Brak..!!
Terdengar suara batu menyentuh tanah.
“Kakak, kamu menang lagi,” kata Xi Juan cemberut, sambil memasang wajah kesal.
“Hehe,, kakakmu harus lebih kuat darimu agar bisa melindungimu lagi, tidak mungkin kakak akan selalu di lindungi oleh adiknya bukan?” Kata Xi Luan tersenyum lembut.
“Huuhh..!! Baiklah, tapi kali ini aku tidak akan kalah dari kakak saat menarik batu ini ke puncak, walau otot-otot kakak lebih kekar dari ku,” kata Xi Juan tersenyum bersemangat.
Xi Juan langsung lari ke puncak bukit untuk mengambil tali rotan yang dulu ia temukan pertama kali.
Xi Luan ikut mengejar dengan semangat, tapi jika di lihat dengan jelas, Wajah Xi Luan akan tersenyum lembut kepada keluarga dan akan sangat menyeramkan musuh, karena tipikal wajah Xi Luan itu sangat dingin dan cukup menyeramakan.
Tap tap..!!
Setelah sampai puncak bukit, dua bersaudara Xi langsung turun kembali untuk mengikat batu tersebut.
Dengan semangat mereka mengangkat batu tersebut. Kini wajah mereka saat mengangkatnya tidak menunjukkan seperti pertama kali mereka mengangkatnya, malah mereka kini tersenyum lebar saat mengangkatnya. Terlebih lagi kini mereka sama-sama seorang diri mengangkat batu tersebut.
Sret sret..!!
Suara batu terangkat terdengar cukup jelas.
Brak..!!
Setelah batu sampai puncak gunung dan seri. Xi Juan langsung berteriak kencang.
“Yes..!! Kita seri kakak, hehe.” Kekeh Xi Juan.
Melihat tingkah adiknya. Xi Luan langsung merasakan perasaan tidak enak. “Jangan menjahili kakakmu lagi, seminggu yang lalu kau membuang baju kakakmu saat mandi sehingga kakak harus terpakasa telanjang bulat pergi mengangkut air bersamamu, untung di sini hanya ada kamu dan guru,” kata Xi Luan dengan kesal.
“Hehe,, kakak tenang saja, adikmu ini pemuda baik-baik, tidak pernah menjahili orang lain,” kata Xi Juan terkekeh.
“Tentu saja kau tidak menjahili orang lain, karena saat ini hanya ada kakakmu,” kata Xi Luan langsung mengangkat sepotong batang kayu untuk memukul kepala Xi Juan.
Xi Juan langsung mendorong batu tersebut jatuh ke bawah.
“Ayo kejar adikmu yang tampan ini kakak,” teriak Xi Juan.
Xi Luan semakin kesal, “Tunggu, kakak tidak puas jika tidak menghukummu karena menganggap kakakmu ini bodoh,” teriak Xi Luan sambil mendengus.
Kejar-kejaranpun terjadi lagi, selama satu minggu ini mereka terus seperti kucing dan tikus.
Sementara, seperti biasa Duan Du melayang di atas memperhatikan tingkah mereka, walau sering bermain, tapi mereka tetap berlatih keras.
“Hmm..!! Satu minggu lalu aku membuka segel kecerdasan anak itu, tak ku sangka ia kini sama sepertiku yang tidak bisa tidak menjahili orang-orang terdekatku. Entah apa yang terjadi saat ia di luar nanti, mungkin ia akan sepertiku sering membuat kekacauan,” kekeh Duan Du sambil melirik Xi Juan.
Kemudian pandangannya kini beralih ke arah Xi Luan. “Yang satu ini terlihat semakin kejam, tingkahnya mirip tiga orang, pertama kakak Tian, kedua paman Lang Zai dan terahir Paman Tu Long,” gumam Duan Du terkekeh ke arah Xi Luan.
Tak lama setelah ia bergumam. Duan Du langsung menghilang dan muncul di depan rumah menunggu kedua anak tersebut.
Tap tap..
Tak menunggu lama Xi Luan dan Xi Juan tiba dengan nafas memburu.
“Pelatihan ketiga kalian akan di mulai?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Defrin
berarti karakter nya Xi bersaudara ini sama dengan Bai An dan Duan Du
2024-02-11
0
Penerusnya sama usilnya 😂😂
2023-11-03
0
Mazaiat Habib
ini cerita Bai An, Xiu Bai, trus cicit hari mana? bagus sih tapi,hahahahahahahahahahahahahahahahaha.. lanjuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuutt thooooooooooooooooooiooioioiiooooooooorrrrrrrrrr
2023-06-12
0