Mata Litha menyipit terkena flash kamera beberapa hadirin disana yang sangat penasaran dengannya, bukan, bukan karena dirinya tapi karena Nyonya Besar langsung menunjuknya yang mana dimata mereka Litha memiliki pengaruh bagi Pradipta Corp.
Seketika otaknya mengambil memori kelas 1 SMA, saat itu ia berdiri di depan mimbar, semua perhatian berpusat padanya, terlebih lagi para juri. Juara lomba pidato bahasa Inggris tingkat provinsi berhasil dia sabet, begitu bangganya ia dan keluarga. Masa depan yang nampak cerah saat itu karena Litha termasuk siswa yang mempunyai segudang prestasi.
Diambilnya nafas dalam-dalam lalu tersenyum dengan penuh percaya diri, ia melupakan sementara siapa sesungguhnya dirinya, yang ia yakini saat ini adalah Litha Pradipta yang berbicara di atas panggung.
Kata demi kata ia lontarkan dengan intonasi yang jelas, susunan kalimat yang ia tata pun terkesan bahwa ia orang yang dapat diperhitungkan kemampuannya. Tanpa sadar ada segaris bibir terangkat naik ke atas milik Rayyendra, ya, ia tidak memungkiri kekagumannya.
"Pengulangan hari lahir tiap tahun sejatinya tidak semata-mata berbicara tentang angka. Angka tersebut hanyalah bentuk pemikiran manusia, semakin banyak angka maka semakin panjang umur, namun dimata Tuhan justru tali kehidupan kita makin pendek."
Tanpa gemetar, suara Litha terdengar stabil dan seperti sudah biasa ia berbicara di depan umum. Setelah mengambil jeda sejenak ia lanjutkan kembali.
"Apa yang diharapkan ketika berhasil menambah umur? Semuanya tentu ingin kebahagiaan. Sayangnya kebahagiaan itu memiliki relativitasnya masing-masing. Disebutkan sebaik-baik seorang manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Bagi banyak orang terkhususnya saya, Nyonya Besar adalah tangan dan kaki ajaib. Tangan ajaib yang dapat menghapus airmata dan kaki ajaib yang sanggup menopang keputusasaan.
Jika ada seruan bahwa kaum seperti kami memanfaatkan kemurah hatian Nyonya Besar maka itu benar adanya, karena harapan kami ada padanya. Kami hanya mampu mengirimkan doa terbaik dari doa-doa terbaik yang kami punya, untuk kebahagiaan beliau sehingga Tuhan Yang Maha Pemurah pun akan membayar tunai dengan rasa bahagia lebih banyak meski telah berada di usia senja.
Nyonya Dayyu Amarga Pradipta, saya, Navia Litha Sarasvati, akan selalu mencintai dan menyayangimu, Nek. Semoga Nenek akan terus bahagia dimanapun Nenek berada."
Tidak berlebihan jika Litha berkata seperti demikian. Ia tahu semua dari Ninda bahwa dibalik tangan dingin Macan Betina ada banyak kehangatan, ia mendedikasikan sebagian laba dari Pradipta Corp. untuk anak-anak yang tidak memiliki satu atau dua orangtua. Dibawah Pradipta Asa Foundation, anak-anak tersebut mendapatkan kesempatan bermimpi lagi untuk menggapai cita-cita yang sempat terputus, termasuk dirinya dan Firza.
Litha menutup sambutannya dengan ikrar tulus disaksikan semua orang yang hadir disitu. Nyonya Besar langsung berdiri memberikan applaus diikuti seluruh hadirin, ada kilat haru dimatanya. Begitu Litha turun dari panggung, ia merentangkan kedua tangannya menyambut Litha dalam pelukan.
"Terima kasih Litha, terima kasih. Kau memberiku hadiah yang saaaangat besar, yang tidak dijual meski aku mau membelinya dengan semua hartaku," bisik Nyonya Besar di telinga Litha penuh haru yang membuat Litha meloloskan sebulir air bening dari sudut matanya.
"Nona, aku akui kau sangat hebat, mampu menyentuh hati Nyonya tanpa persiapan. padahal kau hanya menyampaikan isi hatimu saja," ucap Pak Sas dalam hati.
"Gokil!!! Bagaimana bisa gadis biasa yang nampak seadanya, malam ini bisa se-outstanding ini!!!,' pekik Abyan dalam hatinya, senyum-senyum melihat Litha.
"Tidak kutampik, kata sambutanmu sangat memukau." Rayyendra memuji tapi seperti tak rela.
"Terima kasih Tuan ...," sahut Litha sopan sembari duduk kembali di kursinya.
Di meja yang tidak jauh dari meja VVIP, seraut wajah murka muncul.
"Sial! Rubah licik ini sangat pandai bersilat lidah," umpat Ramona.
"Siapa dia? Mengapa dia bisa mengambil hati Nyonya Besar? Selama ini kau melakukan apa saja, bodoh!!! Yang harus kau taklukan itu Nyonya Besar bukan Tuan Muda. Kalau kau sudah memegang hati Nyonya Besar, maka Tuan Muda pun dengan mudah kau dapatkan."
Suara berat berbisik di sisi Ramona mengagetkanya.
"Ayah, bagaimana aku bisa mengambil hati Nyonya Besar kalau dia tidak menyukaiku."
Mona membela dirinya sendiri, ia merasa telah berusaha untuk mendekati Nyonya Besar tapi hanya penolakan, penyindiran dan pengusiran secara halus yang ia terima.
"Itu namanya kau memang bodoh!! Buat apa kuberikan makanan mahal dan bergizi sejak kecil kalau kau berpikir saja masih dangkal."
Sebastian menatap wajah Mona kesal. Ada ambisi besar di hatinya, namun sekarang ia merasa telah ketinggalan langkah. Ia cukup gusar dengan sikap putri semata wayangnya, kemudian ia berjalan keluar ballrom untuk merokok.
Ramona hanya diam memperhatikan Nyonya Besar memperlakukan Litha dengan istimewa, setara dengan cucunya sendiri.
"Mona, lekaslah kesana! Jangan ketinggalan mengucapkan selamat ulang tahun pada Nyonya Besar, seharusnya kau yang menjadi orang pertama setelah Ray dan Firza." Bona menyenggol lengan Mona dengan setengah menyindir.
"Huhhhhh.... aku tidak peduli dengan Nyonya Besar. Aku hanya peduli dengan Ray."
"Benar yang dikatakan ayahmu, kau memang bodoh," ujar Bona melengos pergi meninggalkan Mona menuju meja VVIP.
"Apa katamu?!?!" teriak Mona tertahan tidak terima.
Sementara itu, Bona sudah mendekati meja VVIP.
"Selamat ulang tahun Nyonya, semoga Nyonya diberikan umur yang panjang, kesehatan yang baik dan hari-hari bahagia. Tiada yang Nyonya tidak punyai, jadi saya yakin pasti Nyonya hari ini sangat bahagia," ujar Bona formal memberikan selamat kepada Nyonya Besar.
"Hahahahaha... Kemampuan basa-basimu memang cakap. Tapi siapa bilang aku memiliki semua di dunia ini? Ternyata matamu hanya melihat harta duniawi saja ckckckck ...." Nyonya Besar menepuk pundaknya.
"Oh ya, apa yang tidak Nyonya Besar Pradipta tidak miliki? Aku ingin tahu Nyonya, karena pastinya lebih berharga dari yang Nyonya miliki saat ini," seloroh Bona lagi.
Ray menyikut perut sahabatnya, omongannya mulai ngelantur, entah sudah berapa gelas wine yang ia teguk.
"Tidak ... tidak ... tadinya begitu, tapi tidak setelah Litha mengucapkan sambutan ulang tahunnya kepadaku, aku sudah merasa lengkap untuk bahagia."
Jawaban Nyonya Besar bukan saja membuat Bona terperangah, tapi juga Ray dan Abyan, sedangkan Litha justru merasa tidak nyaman.
"Apa Nenek ingin cucu perempuan?" Spontan Bona tanpa menggunakan bahasa formal lagi.
🙋 Bona dan Abyan adalah sahabat yang dimiliki Ray sejak kuliah di Amerika, tepatnya setelah ia menyelesaikan home schooling setingkat SMA. Pada akhirnya nenek juga menganggap Bona dan Abyan seperti cucunya juga, meski begitu mereka tetap bisa menempatkan diri secara formal, profesional kerja dan santai 🙋
"Aaauuwwww!!!" pekik Bona sebab Abyan menyikut keras perutnya.
"Menurutmu?" Nyonya Besar malah balik bertanya dengan makna yang ambigu, Litha semakin tidak nyaman dengan situasinya.
"Ya, Bapak dan Ibu hadirin sekalian.... Kini kita memasuki acara Dansa, tradisi tiap tahun acara megah ini digelar. Silahkan bapak dan ibu yang kami hormati untuk mengambil posisi di lantai Dansa yang telah disediakan ...," sahut MC pria disambut meriahnya tepuk tangan.
"Dansa Waltz pertama akan mempersilahkan keluarga Pradipta, petinggi perusahaan Pradipta Corp. dan para pejabat untuk mengambil posisi." Suara MC wanita menyambung apa yang dikatakan MC pria barusan.
"Silahkan Nenek," sahut Ray membungkukkan badannya di depan Nyonya Besar meminta untuk menjadi pasangan dansanya, seperti biasa di tahun-tahun sebelumnya.
Nyonya Besar tidak menyambut, malah berkata
"Litha, gantikanlah berdansa untukku. Sekarang kakiku tidak begitu kuat untuk melakukan gerakan tari."
Semua yang ada di meja itu tercekat, kecuali Pak Sas. Hening, hanya wajah bingung Bona dan Abyan, wajah heran sekaligus geram Ray dan wajah pucat Litha yang tampak.
"Kau kan sudah belajar, tidak ada yang perlu kau takutkan, dan Ray, berdansalah seperti biasa, anggaplah dia Nenek versi muda hehehehe.... pasti akan lebih menyenangkan kan? Ketimbang berdansa dengan nenek tua."
Ray masih tidak bergeming, Bona dan Abyan saling menatap sedangkan Litha serasa dunia di sekitarnya berputar tidak karuan.
"Nenek, apa lagi ini ya Tuhan.... lebih baik 10 jam aku berdiri memberi sambutan daripada harus berdansa dengan Tuan Muda Congkak ini. Bicara dengannya pun kuhindari, tapi ini malah mengharuskan kami kontak fisik," keluh Litha tanpa suara.
"Bisa-bisanya Nenek mengerjaiku dengan menyuruhku berdansa dengannya. Cukup lakukan apapun tentangnya untuk diri Nenek sendiri tapi jangan denganku." Ray mengusap kasar wajahnya, ia kesal tapi tidak berani ia tunjukkan.
Suara musik pengiring dansa sudah terdengar, satu persatu hadirin mulai mengambil posisi di tempat yang telah disediakan, tinggal satu posisi yang belum tersentuh yaitu posisi sepasang penari ditengah-tengah arena dansa, tempat yang biasa Ray dan Nyonya Besar berdansa.
Musik terus mengalun, memaksa semua mata melihat ke arah meja VVIP karena tidak ada pergerakan menuju tengah arena. Ray tetap tidak bergeming, rahangnya mengeras, protes menuntut jawaban lebih masuk akal selain kesehatan dan umur tua dari neneknya. Ia tidak sudi berdansa dengan gadis yang menurutnya kampungan dan tidak berkelas.
"Apa Tuan tidak bersedia berdansa denganku? Atau mungkin saja Tuan tidak sudi? Jika salah satu saja dijawab dengan ya, maka artinya Tuan Muda menyerah kalah." Tiba-tiba tanpa diduga Litha menantang arogansi seorang Rayyendra.
🙋 Astagaaaaaa.... dari mana keberanian itu muncul 🙋
Litha sengaja melakukannya dengan harapan Rayyendra menolak berdansa sehingga ia tidak perlu membujuk Nenek Dayyu untuk mengurungkan niatnya.
Tangan kanan Rayyendra mengepal kuat, menatap dalam mata Litha, Litha pun tidak mau kalah, ia menatap balik.
"Apa maumu sebenarnya? Kau ingin aku yang menolaknya di depan Nenek hah. Kau cerdik juga rupanya tapi tidak cukup cerdik untuk mengelabuiku"
- Bersambung -
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Terima kasih sudah sampai di chapter 20.
Mohon kritik dan komentarnya, tapi disampaikan dengan positif ya kakak, biar author tidak kehilangan mood nerusinnya 🙏🙏
Salam sehat buat kita semua....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
meymei
asyeeeekkkk 💃💃💃💃 bravo👏👏👏👏👏👏
2021-12-14
0
🤍
Boom like
2021-11-21
0
ynynita
boom like buat author biar semangat
2021-11-19
1