Litha menatap cermin tanpa berkedip.
"Kak, apa benar ini wajahku?" Litha terpesona dengan wajahnya sendiri.
Si perias terkekeh melihat reaksi Litha.
"Kapan Nona terakhir wajahnya di rias?" tanyanya.
"Waktu SD pas acara karnaval hahahahahaha..... disitu mukaku kayak topeng," seloroh Litha disambut tawa si perias.
"Nona, Nona adalah klien eyke yang paling ramah, biasanya orang-orang kaya suka komplain begini begitu padahal eyke sudah memberikan jiwa raga eyke saat merias."
"Ahhh, aku juga hanya beruntung Kak, aku ini hanya pelayan Nyonya Besar, bedanya Nyonya Besar sangat menyayangiku, sampai-sampai aku dibuat cantik seperti ini," ujar Litha merendah.
"Hhhhh.... setidaknya Nona lebih menghargai eyke dan eyke sangat bahagia melihat Nona menyukai riasan eyke."
"Tentu saja aku menyukainya. Oh ya boleh aku tahu nama Kakak?"
"Jarang sekali ada yang menanyakan nama eyke. Nama eyke Oscarita, Nona." jawab si perias penuh haru.
"Terimakasih riasannya, sudah membuatku menjadi malaikat dari surga Kak Oscarita," ucap Litha tulus.
"Ah Nona... selain wajahmu, hatimu juga seperti malaikat. Semoga Nona bertemu jodoh Nona di pesta nanti dan hidup bahagia selamanya." Mata si perias berkaca-kaca.
"Aamiin." Litha mengaminkan saja walaupun sebenarnya dia tidak ingin berjodoh dengan orang dari kalangan mereka.
"Maaf Nona, apakah Nona sudah selesai?" tiba-tiba Pak Sas muncul di pintu. Litha mengangguk.
"Jika sudah selesai, Nyonya Besar menunggu Anda di mobil. Kita akan segera menuju tempat acara," ujarnya lagi.
"Baik, Pak Sas."
Litha berdiri dari duduknya, dilihat lagi penampilannya di cermin, kemudian diambilnya tasnya dari atas meja rias.
"Sekali lagi terima kasih ya Kak. Semoga Kak Oscarita sukses selalu," ucap Litha terakhir kalinya sebelum meninggalkan ruang riasnya. Sang perias pun menyeka sudut matanya, baru kali ini ia merasa ada yang tulus berterima kasih atas usahanya merias.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Mobil sudah berhenti di depan loby depan dari Amarga Hotel and Convention Centre, salah satu hotel bintang lima di ibukota yang sudah berdiri dari 5 dekade yang lalu.
"Nek, ini nama hotelnya sama dengan nama tengahnya Nenek ya?" tanya Litha setelah membaca nama tempat yang ia datangi.
"Heh! kau ini sungguh tidak tahu apa-apa tentang Pradipta ya, padahal kami ini sangat terkenal."
"Hotel ini hadiah ulang tahun yang diberikan Tuan Besar setelah satu tahun kami menikah, saat itu Nenek tengah mengandung ayahnya Ray," sambung Nyonya Besar lagi
"Wah, berarti sudah lama banget dong hotel ini ada, sungguh luar biasa," decak Litha kagum.
"Hehehehe....... dulunya hotel ini tidak seperti ini, hanya hotel sederhana satu lantai, kemudian berkembang dan makin berkembang bahkan menjadi salah satu hotel yang paling populer di kalangan artis dan pejabat."
"Ya, Nek, Litha sering mendengar banyak artis terkenal menggunakan hotel ini untuk resepsi pernikahannya"
"Heheheheh.... ayo kita masuk ke dalam, semuanya sudah menunggu kita"
"Kita? maksudnya hanya Nenek seorang, siapalah diriku Nek," sahut Litha membuat Nyonya Besar lagi-lagi terkekeh.
Litha dan Nyonya Besar diikuti Pak Sas yang kali ini bertugas sebagai asisten pribadi Nyonya Besar memasuki ballroom hotel yang luas dan megah. Sudah banyak para undangan di sana, menunggu sesepuh Pradipta sekaligus si empunya acara.
Dibawah sinar lampu yang tidak terlalu terang, sosok Litha cukup menarik perhatian selain Nyonya Besar. Tampilannya yang anggun dan elegan dengan langkah kaki yang berjalan menawan membuat siapapun bertanya siapa kah dia?
Ada tiga pasang mata yang lebih khusus memperhatikan Litha, masing-masing dengan suara hatinya sendiri.
"Oooo.... jadi ini si pencuri gaunku. Tidak tahu malu ia pakai disini huh!" amarah Ramona mulai tersulut.
"Apa dia Miss Responbility yang biasanya terlihat kumal? Wah, malam ini dia terlihat berbeda, sangat berkelas." Abyan terkagum-kagum dengan visual Litha malam ini.
"Hah! dia pikir dia bisa masuk dan bergabung dengan orang-orang disini? sangat tidak tahu diri memanfaatkan Nenek untuk mengambil tempat di kalangan atas.'"
Rayyendra mencibir dalam hati, walaupun ia juga tidak memungkiri penampilan Litha malam ini mencuri perhatiannya.
Litha yang dilihat sekian banyak pasang mata menjadi kikuk dan menurunkan kepercayaan dirinya. Ia berjalan ragu dengan menunduk.
"Ah ... seandainya ada Kak Firza di sini, tentu suasananya tidak menakutkan seperti ini," bathin Litha semakin gelisah.
Nyonya Besar yang menyadari kegugupan Litha memegang satu tangannya dan berbisik "Litha angkat wajah cantikmu. Jangan takut. Ada Nenek di samping. Ini acara Nenek, jadi Nenek yang memegang kendali. Kau hanya cukup percaya diri dengan penampilanmu sekarang."
Perlahan Litha mengangkat wajahnya, ia pasang senyum tipisnya, dan ia melangkahkan kakinya mantap. Tak dinyana maniknya bertemu dengan manik Rayyendra yang juga kebetulan menatapnya. Namun keduanya langsung membuang tatapan mereka.
Seluruh petinggi beserta jajaran Pradipta corp. hadir disitu, termasuk juga para undangan dari kolega, para pejabat, para brand ambassador, dan beberapa artis papan atas yang memiliki relasi dengan Pradipta Corp. Semua menampilkan yang terbaik karena biasanya di acara seperti ini menjadi ajang lobi melobi kepentingan pribadi.
Nyonya Besar dan Litha menuju kursi jamuan VVIP yang langsung berhadapan dengan arena dansa. Sebuah tradisi di perayaan ulang tahun Pradipta corp. yang menyajikan dansa waltz untuk para hadirin terutama pemilik dan petinggi Pradipta Corp.
"Nenek, kenapa di depan meja kita luas sekali tidak ada apa-apa?" tanya Litha polos.
"Tidak ada apa-apa? Oh, hehehehehehe...... maksudmu kosong ya? tentu saja karena disanalah letaknya lantai dansa. Kau akan berdansa juga nantinya"
"Hahhhh???!!!! Nenek aku tidak mau dan tidak bisa." rengek Litha terkejut, dia tidak pernah berdansa sebelumnya apalagi ditengah-tengah orang banyak.
"Kau, kan sudah diajari Iskhak? Nanti aku akan menilainya lagi apakah dia berhasil mengajarimu atau tidak. Kalau kau berbuat kesalahan, dia yang akan menanggung akibatnya, bukan hukuman lagi tapi langsung kupecat" ancam Nyonya Besar menahan tawanya, hal yang sama juga dilakukan Pak Sas yang berdiri di belakang Nyonya Besar.
"*Hahahahaha... Nona, kena kau sekarang! Nyonya Besar sangat senang menggodamu, kita lihat tarianmu, apakah bisa menyelamatkan Is*khak." Pak Sas tertawa dalam hatinya.
Air muka Litha pucat pasi, muncul bulir keringat di pelipisnya padahal hawa di ballrom sangat sejuk. Tangannya menjadi sedingin es, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. 'Apa ini''? Mengapa Pak Is selalu menjadi tumbal kesalahnku?' rutuknya dalam hati.
Rayyendra mengambil tempat di sisi Nyonya Besar, di belakanganya berdiri Abyan,
"Cih, makin tinggi saja tempatnya?" sindir Ray melihat Litha di sisi lain Nyonya Besar. Tadinya ia sedikit terkejut, gadis yang dia sapa Miss Responbility memiliki kemampuan untuk bisa satu meja VVIP dengan Keluarga Pradipta. Ramona saja hanya duduk di meja lain yang diperuntukkan kolega, meski semua tahu statusnya sebagai kekasih Tuan Muda Pradipta. Namun siapa yang punya kuasa paling tinggi di Keluarga Pradipta, tentu saja Nyonya Besar.
"Nenek yang memaksanya, Ray. Nenek sebenarnya tidak ingin hadir disini, Nenek merasa kesehatan Nenek akhir-akhir ini makin buruk, makanya Nenek butuh teman."
"Kan ada aku, Nek."
"Heh!! palingan kau disibukkan dengan dengan rengekan pacarmu itu. Oh ya, untuk sambutan yang biasa Nenek lakukan, malam ini kau ambil alih" perintah Nyonya Besar, cucunya mengangguk.
Kini, acara telah dimulai. Dua MC dari kalangan selebritas memeriahkan suasana. Rayyendra maju ke atas panggung dua kali pertama ia menggantikan Nyonya Besar memberi sambutan ulang tahun selaku pemilik Pradipta corp. dan kedua ia memberi sambutan ulang tahun kepada Neneknya yang juga berulang tahun.
"Selamat ulang tahun Nene k..." ucapnya di akhir sambutan. Semua hadirin bertepuk tangan.
Setelahnya muncul video sambutan ulang tahun dari Tuan Muda Firza yang kini tengah berada di London, langsung melalui panggilan video. Ada rupa gagah nan berwibawa di seberang sana mengucap tulus kepada sosok yang telah memberinya harapan dan kehidupan.
"Selamat ulang tahun, Nek. Aku menyayangimu." begitu Firza mengakhiri panggilan videonya, lagi-lagi semua hadirin bertepuk tangan.
"Baik, Bapak dan Ibu semua, sebelum kita memasuki acara selanjutnya, masih ada sambutan yang akan disampaikan, dan ini adalah permintaan langsung Nyonya Dayyu" sahut MC wanita.
Siapa....
Apa maksudnya...
Semua pemilik hati berkata demikian, karena langsung atas permintaan Nyonya Besar.
"Wah berarti apapun alasannya tidak bisa ditolak ya, harus ke atas panggung begitu namanya disebut." MC pria menambah penasaran hadirin.
Semua tegang dan mengira-ngira apa yang terjadi, termasuk Rayyendra sendiri, hingga ia berbisik pada neneknya
"Apa ini Nek?"
Namun Neneknya hanya tersenyum tipis.
"Nona Navia Litha Sarasvati, waktu dan tempat kami persilahkan." ucap MC wanita kemudian.
Ribut, Riuh rendah suara menanyakan siapa Navia Litha Sarasvati, semua mata mencari-cari sosoknya.
Tubuh Rayyendra kaku, matanya menatap tajam pada Litha. Ramona tidak kalah terkejutnya, raut wajahnya memerah menahan sesuatu di dadanya yang kalau tidak ditahannya mungkin sudah meledak.
"Apa ini Nenek?"bathin Litha menatap manik Nyonya Besar.
Yang ditatap tersenyum lebar dan berkata "Ayolah Litha, Nenek ingin kau mengucapkan selamat padaku secara resmi seperti kedua cucuku. Bukankah kau berjanji malam ini kau akan menuruti semua kemauanku ... dan ini juga termasuk fasilitas khusus darimu kan?"
"Tapi ....."
"Sejak kapan aku mengenal kata tapi" Nyonya Besar menegaskan.
"Majulah dan ucapkan selamat untukku" pungkas Nyonya Besar.
Tidak ada pilihan lain, Litha harus naik ke panggung mengucapkan selamat kepada pemilik Pradipta Corp. secara langsung dan disaksikan dengan banyak tamu penting. Sedikit saja salah bicara tamat riwayatnya, bukan saja riwayatnya tapi Pradipta Corp. akan kehilangan muka.
"Nenek, ini terlalu beresiko!" Rayyendra berbisik di telinga neneknya.
"Semua hal memiliki resiko Ray, bukankah mengambil resiko besar akan mencapai tujuan besar pula."
Rayyendra tidak habis pikir, apa ini pengaruh umur yang semakin tua atau ada hal lain, ia tidak tahu. Baginya gadis ini semakin serakah mengambil hati Nenek.
Litha dengan berat hati berdiri, menenangkan degup jantungnya yang naik turun, menormalkan nafasnya dan menyetting ulang wajahnya agar tak terlihat gugup.
'Apa Nenek ingin melihat kesungguhanku? Baiklah Nek, aku tidak bisa memberikan apapun padamu, semua hal telah kau miliki, tapi malam ini aku akan memberimu seorang cucu perempuan yang berdiri di sana'
Litha mengambil langkah perlahan dengan heelsnya menuju panggung. Semua sorot mata memandangnya, penasaran dengan sosok bergaun peach muda yang telah mendapat perhatian Nyonya Besar, Macan Besar Pradipta yang selama ini dikenal hanya menyebut dua nama di bibirnya, Rayyendra dan Firza.
- Bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Rinjani
Litha kau yg akan jadi cucu mantu dr Nenek Dayyu🥰😂🤣🤭💐❤❤❤
2021-11-30
0
Puan Harahap
hello mampir nih
2021-11-14
0
ZainabMuhdhor89
awas kecekluk kaki nya thor
2021-11-09
1