"Belakangan ini kamu sering makan malam di rumah." Nenek mengusap bahunya perlahan di ruang keluarga, menantikan jam makan malam beberapa saat lagi.
"Nenek rupanya sudah tidak menyayangiku sejak ada Litha di samping Nenek."
"Nenek selalu menyayangi kedua cucunya, takkan tergantikan tempatnya di hati Nenek. Saya hanya orang luar yang menyemarakkan hati Nenek." ucap Litha menimpali. Nenek Dayyu hanya terkekeh.
Tanpa sengaja mata Firza dan Litha bertemu, terasa getaran yang langsung terkoneksi sampai ke relung hati, keduanya tersipu malu.
Ada rasa tercipta disana, dan Nenek Dayyu pun dapat melihatnya jelas. Ia hanya tersenyum mengartikan dengan jelas pandangan dua anak muda di hadapannya.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Semusim terlewati sudah, Litha menjalani hari-harinya dengan bahagia. Dia tidak perlu risau memikirkan biaya hidup dan tanggungannya. Ia sudah cukup puas saat ini, tidak peduli gosip baby sugar yang makin menyeruak dan pandangan jijik teman-teman terhadapnya di kampus, ia tetap mengikuti perkuliahan seperti biasa.
"Tha, tau gak yang beri materi di kuliah umum hari ini siapa?" tanya Ninda menyejajari langkah Litha menuju aula kampus, yang ditanya hanya menggeleng acuh.
Baginya tidak peduli siapa pematerinya, yang ia ingin lakukan adalah menyelesaikan jam kuliah umum yang dijadwalkan hari ini dengan cepat, kemudian mengerjakan pekerjaannya di rumah utama Keluarga Pradipta, lalu pulang.
"CEO Pradipta Corp., Tha..."
Toengggggg....
Otak Litha menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Ninda disampingnya. Ekspresinya mengatakan 'apa Tuan Muda Congkak yang dimaksud?', Ninda pun membalas dengan anggukan dua kali.
"Tha ... Tha ... lihat semua mahasiswi disini berdandan dari biasanya untuk menarik di mata presdir Rayyendra." Ninda melihat sekeliling, mata Litha juga mengikutinya.
"Benar yang dikatakan Ninda, mahasiswi disini pada dandan semua, pake outfit yang keren lagi. Apa mereka semua mau menarik perhatian Tuan Muda Congkak itu? Hahhhh..... seandainya saja mereka tahu tabiatnya, pasti ilfil'." Litha membathin.
Litha duduk di temani Ninda di paling belakang barisan kursi, sengaja memilih disitu sementara semua berlomba-lomba datang lebih dahulu untuk mendapatkan kursi di barisan pertama, barisan terjelas bagi peserta untuk melihat wajah tampan Tuan Muda Presdir Pradipta corp.
Tak disangka, tampilan Rayyendra memukau seluruh hadirin disana. Bukan hanya wajah yang tampan dan postur tubuh yang bagus. bicaranya yang lugas, tegas namun penuh kewibawaan sungguh menjauhkannya dari kesan buruk, seakan-akan tabiat Tuan Muda Congkak yang Litha ceritakan hanyalah cerita bohong belaka.
"Tha, kayaknya Tuan Rayyendra gak seperti yang kamu bilang deh." Ninda berbisik menyenggol Litha yang masih terpana dengan perbedaan sosok Rayyendra di matanya.
Litha hanya diam, dia sangat menikmati penjabaran Rayyendra tentang seluk beluk dunia bisnis yang detail dan mudah ia pahami. Kemudian tanpa aba-aba, ia berdiri sambil mengangkat tangannya.
"Bolehkah saya bertanya Tuan...?" suara Litha lantang menantang tatapan Rayyendra yang sedikit terhenyak. Sebelum ini tidak ada siapapun yang berani bertanya mengenai hal apapun padanya. Baginya dialah sang penanya, bukan penjawab.
Semua mata di aula menghujam ke arah Litha, namun Litha cukup menguasai dirinya, ia tetap tenang bahkan tersenyum. Ninda terlihat panik demi melihat pandangan mereka semua, menarik-narik ujung baju Litha
"Dia mirip Miss Responbility," gumam Rayyendra dalam hati.
"Maaf, kuliah umum kali ini tidak ada session tanya jawab." Suara moderator membahana menjawab pertanyaan Litha.
"Apa-apaan si baby sugar? Beraninya dia bertanya padahal jelas-jelas di grup sudah disampaikan kuliah umum kali ini tidak ada sesion tanya jawab karena pematerinya Tuan Rayyendra." Suara seorang mahasiswi yang tenggelam dalam sorak sorai yang ditujukan buat Litha.
Hening... tanpa suara...
"Tuan, dia Miss Responbility," bisik Asisten Yan yang mendekatinya memberinya info.
"Ohhh ... rupanya ini kampus tempat dia kuliah. Heh ... ternyata otaknya tidak buruk." Rayyendra menarik garis bibirnya ke atas.
"Silahkan Nona, pertanyaan hanya untuk Anda." Rayyendra mengeraskan suaranya mempersilahkan Litha untuk bertanya.
Semua hadirin terutama kaum hawa langsung bereaksi, kenapa Litha begitu beruntung dapat berinteraksi langsung dengan Tuan Muda. Ah ... semuanya sangat iri.
"Terimakasih Tuan telah mengijinkan saya untuk bertanya. Nama saya Litha, dari jurusan XXX, yang ingin saya tanyakan adalah bagaimana cara Anda mengelola perusahaan raksasa Pradipta Corp. terlebih lagi dalam mengambil kebijakan yang akan atau telah mempengaruhi perusahaan?" Litha bertanya dengan percaya diri, suaranya stabil dan pandangan matanya mengarah ke depan.
"Besar juga nyalinya ..., " bathin Rayyendra sebelum menjawab pertanyaan Litha.
"Dalam menjalankan perusahaan apapun itu, besar atau kecil pada prinsipnya sama. Segala kebijakan yang saya ambil selaku pimpinan mengedepankan logika atau rasionalitas, tanpa ada tendensi yang sifatnya pribadi." Rayyendra menjawab singkat, pandangannya tidak beralih dari si penanya.
"Lalu bagaimana menurut Anda, jika ada sebuah hal atau orang yang sangat merugikan perusahaan, namun alih-alih mendapat sanksi, justru malah diselamatkan karena memilki alasan yang sifatnya pribadi? Apa itu tidak merusak prinsip profesionalitas yang Anda pegang?"
🍀 flashback on 🍀
"Nek, boleh saya bertanya?" tanya Litha setelah makan malam.
Tidak ada siapa-siapa, hanya mereka berdua di ruang keluarga. Nenek Dayyu hanya mengangguk.
"Apa pernah terjadi sesuatu pada Nenek sebelumnya? soalnya cucu-cucu Nenek sangat khawatir ketika Nenek terjatuh karena Litha."
Litha sangat penasaran mengapa insiden Nenek Dayyu terjatuh membuat kedua cucunya sangat khawatir. Litha menanyakan ini semata-mata hanya untuk menjaga Nenek dari hal-hal yang tidak diinginkan, dia sangat menghindari perilaku kasar Tuan Muda Congkak kepadanya. Sungguh mengerikan mengingat kemarahannya waktu itu.
"Aku hanya terkaget Litha lalu jatuh, bukan jatuh karenamu."
"Sama saja, Nek."
Nenek Dayyu terkekeh.
"Nenek pernah terkena serangan jantung hebat sekali, dan itu membuat kondisi Nenek benar-benar memprihatinkan."
.
"Hah ...." Mata Litha membulat mendengar apa Nenek Dayyu katakan barusan.
"Kenapa bisa terjadi, Nek?" sambungnya lagi.
"Sekitar setahun yang lalu, perusahaan Pradipta mengalami kerugian besar selama ia berdiri, bahkan hampir mengancam kelangsungan perusahaan yang berada di London, padahal perusahaan disana adalah perusahaan basis Pradipta Corp. di benua Eropa."
Nenek Dayyu mengambil nafas sejenak lalu melanjutkan kembali.
"Setelah diselidiki itu akibat ulah Sebastian, rekan kerja almarhum ayah Rayyendra yang saat itu menjadi pimpinan di sana. Perusahaan disana sudah di ujung tanduk, Nenek langsung menyuruh Firza membereskannya dan meminta Ray memberi peringatan keras kepada Sebastian."
Sekali lagi Nenek Dayyu menarik nafasnya lagi.
"Bukannya efek jera dan menjadi cermin bagi yang lain apabila melakukan kesalahan, Sebastian hanya dipindahkan ke sektor lain, tetap dengan jabatan yang sama, sebagai direktur. Jelas ini menimbulkan kegaduhan di perusahaan terutama di gedung pusat."
"Kok bisa Nek, biasanya hukuman yang telah sangat merugikan perusahaan akan dipecat. Lah, ini hanya dipindahkan, dengan jabatan yang sama pula, ini bertolak belakang dengan image Tuan Muda," ujar Litha keheranan.
"Karena Sebastian adalah ayah Ramona, kekasih Ray, Litha. Entah apa yang membuatnya bisa seperti itu, selama ini ia begitu tegas dan rasional memimpin Pradipta Corp."
"Ooooo ... masalah hati rupanya ..." gumam Litha dalam hati.
"Inilah yang membuat Nenek selalu teringat almarhum Kakek. Bagaimana almarhum membangun perusahaan ini dari nol, kemudian ada seseorang yang hampir menghancurkannya, lalu orang itu seolah-olah tidak bersalah karena dilindungi cucunya sendiri.
Nenek akhirnya sakit, sampai-sampai Firza yang berada di London segera pulang mendengar Nenek pingsan karena lemas tidak makan selama beberapa hari.
Disitulah Ray dan Firza berkelahi langsung di depan mata Nenek. Pemandangan yang tidak pernah Nenek lihat sebelumnya, membuat Nenek shock dan terkena serangan jantung."
"Nenek ..."
Litha berkata lirih mendengar cerita Nenek Dayyu. Digenggam tangannya dengan lembut, seperti mengatakan 'Tenang, Nek, hal itu tidak akan pernah terjadi lagi'.
"Entah kenapa sejak saat itu mereka terlihat akur, namun terlihat makin jauh jarak diantara mereka." Pandangan Nenek menerawang ke langit-langit ruangan. Ujung matanya basah.
"Pulanglah Litha, hari sudah malam. Nanti kita lanjutkan lagi cerita kita ya ...." Nenek Dayyu segera menutup pembicaraan. Dia tidak ingin terlihat sedih di depan Litha.
Litha mengangguk, memahami perasaan wanita tua di hadapannya. Ia tidak ingin bertanya lebih lanjut, takut mengorek luka di hati Nenek.
🍀 flashback off 🍀
"Tha ... " Ninda yang duduk disampingnya tidak lagi menarik ujung bajunya tetapi sekarang jemari tangannya Litha yang digoyang-goyangkannya, bukannya ciut malah semakin membara di matanya, menantang mata Rayyendra dari kejauhan.
Dekan dan Rektor yang duduk sepanggung dengan Rayyendra panik, bertingkah gelisah, takut kalau-kalau Tuan Rayyendra marah dan tidak jadi menekan MoU kerjasama di bidang pendidikan. Dimana Rayyendra bersedia memberikan donasi untuk pembangunan dan sebagai gantinya pihak universitas menyediakan data mahasiswa terbaiknya untuk selanjutnya diberikan penawaran kerja langsung di Pradipta Corp.
Namun kini, harapan tinggal setengah, akibat pertanyaan Litha yang menusuk Tuan Muda. Bu Marisa, dekan kampus Z memelototi Litha tanpa henti.
"Apa maksud pertanyaannmu hah?" bathin Rayyendra menatap tajam sosok gadis yang berdiri dengan jarak sekian meter.
"Apa jawabanmu Tuan Yang Mulia Rayyendra ... Kau ingin mematahkan sendiri ucapanmu barusan huh ...." Tidak kalah sengit Litha membathin.
- Bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Rinjani
wes Litha ingin buat Rayyendra makin terpojok .pantes Si mona tdk di kasih akses kluar masuk kayak Litha ....waduh dasar si congkak
2021-11-28
0
💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖
litha emang gadis pemberani
2021-11-10
1
naviah
good job litha👍💖🥰
2021-11-08
1