Harusnya Kau Berterimakasih

Litha asyik membuat menu makanannya sendiri di dapur rumah Keluarga Pradipta. Sudah tiga minggu ia berkerja menemani Nyonya Besar, sejak saat itu pula perbaikan gizinya juga dimulai. Ia hanya diperbolehkan pulang setelah menyantap makan malam dengan Nyonya Besar.

Fasilitas khusus yang dimaksud kemarin salah satunya adalah bebas memakan apa saja yang ada tersedia disana dan sebanyak yang Litha mau, tentunya selain passcard dan paket mobilitas, mobil mewah Rolls Royce sekaligus Pak Sas selaku sopir pribadi Nyonya Besar boleh digunakan kapanpun semau Litha.

Namun Litha bukanlah manusia serakah, dia hanya menggunakan paket mobilitas untuk pergi dan pulang ke rumah utama, dia lakukan itu untuk menghemat ongkos, lumayan. Makanan pun yang dia makan hanya sebatas makanan lokal yang sederhana, yang biasa ditemukan di kota kelahirannya.

Seperti malam itu, menu Nyonya Besar sudah diatur sedemikian rupa oleh ahli gizi di Rumah Sakit milik Keluarga Pradipta, menyesuaikan kondisi kesehatan Nyonya Besar tentunya. Menu-menu itu sangat tidak bersahabat di lidah Litha, menjadikan pemandangan dia ngoprek di dapur sudah tidak asing belakangan ini.

"Apa yang kau buat Nona?" tiba-tiba muncul suara.

"Wow ... sambal terasi, hmmmmm ...." Firza langsung duduk di hadapan Litha yang tengah mengulek sambal.

"Eh ... Maaf Tuan ... saya tidak melihat Anda." Litha kaget dan langsung menghentikan ulekannya.

"Eh tidak-- tidak apa-apa, maaf ya kalau membuatmu kaget. Aku hanya heran saja ada suara ulekan dari dapur. Sudah lama sekali benda itu tidak digunakan karena Nenek tidak boleh memakan makanan pedas, apalagi sambal."

"Ah ... ya, ini hanya untuk saya Tuan. Nyonya Besar mengizinkan saya untuk membuat sendiri makanan yang ingin saya makan."

"Pasti kau tidak menyukai makanan yang dimasak untuk Nenek kan, hahahahaha ...."

"Bukan-- bukan maksudku begitu"

"Bukan bagaimana? Hahahahaha ... kau tidak perlu berbohong karena wajahmu itu sama sekali tidak sinkron kalau mulutmu berbohong hahahaha ...."

Wajah Litha memerah, ia tundukkan kepalanya, menyeringai malu.

"Hahahaha.... pantas saja Nenek menyukainya, dia sangat lucu-- dan-- menggemaskan kalau malu begini," bathin Firza memperhatikan Litha yang salah tingkah.

"Kau tau, aku juga tidak menyukainya hahahahaha......" Firza tergelak keras.

"Ahh ... begitu rupanya hehehehehe.... Berarti Tuan biasa membuat sendiri makanan untuk Tuan makan ya?" Sda kelegaan di suara Litha.

"Tidak. Saya selalu makan menu yang sama dengan Nenek."

"Kenapa? Bukankah tadi Anda bilang tidak menyukainya."

"Memang benar, itu hanya akan saya lakukan di apartemen sendiri. Tapi jika di rumah, saya akan memakan makanan yang sama dengan Nenek walaupun saya tidak suka, supaya-- Nenek tidak berpikir dia sendirian karena taman makannya menyantap menu yang berbeda, menu orang sakit katanya. Yah, anggaplah semacam bentuk solidaritas."

Deg.... Sesuatu seperti menghantam jantung Litha.

"Apakah yang kulakukan selama ini salah? Aarggghh..... seharusnya yang kulakukan seperti Tuan Muda, menjaga perasaan Nenek."

Air muka Litha berubah menyesal, menyesal mengapa ia tidak sepeka pria di depannya, padahal dia perempuan yang seharusnya bisa lebih peka.

Aarghhhhhh.... Litha berteriak dalam hati kesal.

"Hahahaha.... kau kenapa?" Firza menyahut sambil menyolekkan jari telunjuknya di cobek, dia merasai sambal buatan Litha.

"Wah ... enak banget, apa sandingan lauknya nih?" Firsa takjub, indra perasanya begitu dipuaskan.

"Eng-- eng--hanya sepotong bagian paha ayam goreng dan beberapa tahu tempe dan terong yang dibakar, juga sayur lalapan."

Litha agak sungkan menunjuk rak dapur di belakangnya. Firza langung bergegas mendekatinya. Matanya terpesona dengan makanan yang didepannya.

"Tiga minggu aku di London, betapa aku merindukan makanan ini."

"Tapi Tuan ... itu makanan kampung buat saya makan."

"Hei ... kau curang!!! kenapa hanya ada sepotong ayam goreng. Kau pelit...!!! tidak mau membaginya ...."

"Haaaaahhhhh......"

Litha bingung mau menjawab apa. Bukankah sebelumnya pria tampan ini mengatakan akan memakan menu yang sama dengan Nenek, kenapa tiba-tiba dia berubah pikiran, lagian Litha tidak tahu akan kedatangan Firza malam ini di rumah utama.

"Kau sudah pulang Firza?" Suara Nenek menghentikan protes Firza.

"Lihat tingkahmu Tuan, Nyonya Besar yang tidak pernah menginjakkan kakinya ke dapur sekarang ada di dapur gara-gara suaramu." Litha sudah tidak tahu apa yang harus dia lakukan, hanya senyum yang dibuat semanis mungkin di depan Nyonya Besar.

"Maaf Nek.... tidak mengabarimu sebelumnya, urusan perusahaan di London sudah Firza selesaikan, Firza langsung terbang pulang."

Firza memeluk Nyonya Besar, kemudian menuntun tubuhnya untuk duduk di kursi yang ada di dapur.

"Lain kali gunakanlah pesawat pribadi kita sendiri, jangan dengan pesawat umum."

"Kan pesawat yang Firza tumpangi milik maskapai Pradipta, sudah pasti safety, jadi Nenek tidak perlu khawatir, Firza baik-baik saja dan akan pulang dengan selamat."

Firza mengelus bahu Nyonya Besar, ia paham kekhawatiran Neneknya. Semenjak tragedi hilang kontak pesawat yang ditumpangi suami dan anaknya, ia bertekad untuk mewujudkan maskapai dengan keamanan penerbangan yang sangat mumpuni.

Kini semuanya telah terwujud, Pradipta Corp. memiliki maskapai swasta pertama dengan sistem teknologi keamanan tingkat tinggi dengan harga standar, terlebih lagi pada pesawat pribadi yang sering dipakai Rayyendra untuk bepergian, keamanan dan kenyamanan dua kali lipat. Nenek Dayyu tidak memperhitungkan untung rugi pada maskapainya, selama cost operasional terpenuhi maka ia rasa sudah cukup. Ia hanya ingin agar orang lain tidak merasakan kehilangan seperti yang ia rasakan, setidaknya ia ingin mengurangi persentase anak-anak yang menjadi yatim piatu akibat kecelakaan udara.

"Ya sudah, Nenek yakin kau selalu berhati-hati dalam bertindak. Ayo kita makan ...."

Nenek mengajak ke ruang makan, para pelayan sudah menyiapkan hidangan untuk makan malam. Firza menggandeng Nenek Dayyu sambil melirik ke sambal buatan Litha, hal yang sama juga dilakukan Litha, sedikit ragu ia mengikuti langkah kaki majikannya.

"Litha, bawa makananmu!" titah Nyonya Besar tanpa menghentikan langkahnya.

"Mulai sekarang saya akan ikut memakan menu Nenek."

Langkah Nenek Dayyu berhenti. Dia menoleh ke arah Litha, terkekeh menatap wajah polosnya

"Sejak kapan kamu ikut memakan menu Nenek?" kali ini matanya mengarah Firza yang berada di sampingnya.

Litha merasa canggung. Tidak lama Nenek Dayyu tergelak sedikit keras.

"Hahahahahaha..... Kau tidak usah dengarkan dia, Litha. Kalau dia sudah terbiasa memakan apa yang kumakan, begitu caranya dia mencari muka di depanku hahahaha...."

Firza tersenyum menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia tahu Neneknya bercanda dengan sarkas 'cari muka'.

"Bawalah makananmu, melihatmu makan lahap tanpa sok menjaga image mu sudah membuat ***** makan ku bertambah dengan makanan yang tidak enak itu." sahut Nenek Dayyu lagi.

"Baik, Nek." Litha berbalik bersiap membawa lalapan dengan sambalnya.

"Makanlah seperti biasa, Litha, namun bagilah sedikit untuk Firza kalau kau berkenan. Kasihan dia ngeces melihat sambalmu hahahahahaha...... "

Nenek Dayyu tertawa dengan lepasnya, ia melangkah lagi ke ruang makan. Litha ikut tertawa melihat Firza manyun sebal digoda neneknya.

Tidak lama mereka bersiap untuk makan. Terdengar suara langkah kaki masuk.

"Selamat malam, Nek." salam Rayyendra, di belakangnya ada Asisten Yan.

"Selamat malam Ray, tumben kau mampir ke sini. Duduklah, ikut kami makan malam." sambut Nenek Dayyu.

"Ah ... ternyata Nenek tidak sendiri rupanya."

"Tentu tidak Rayyendra, ada Litha yang setiap hari menemani Nenek makan malam sebelum dia diantar pulang. Hari ini Firza juga baru datang dari London."

Rayyendra menatap Firza kemudian Litha.

"Ada angin apa dia datang ke sini. Ya, ya, ya ... tentu saja dia datang dengan membawa angin ribut," umpat Litha dalam hati.

"Minggir ..."

Rayyendra menyuruh Litha pindah tempat duduk, karena posisi kursi makan yang Litha tempati adalah tempat dimana biasa Rayyendra duduk makan di ruangan ini, di sebelah kanan neneknya. Litha dengan sigap berpindah membawa semua makanannya ke seberang, sebelah kiri Firza.

"Maaf Nenek, bolehkan saya makan menggunakan tangan?" Litha meminta izin menunjukkan tangan kanannya kepada Nyonya Besar.

"Hah. .. kau sebut apa barusan, Nenek ... ?!?! sejak kapan Nyonya Besar jadi Nenekmu? Satu lagi, dimana manner mu? apa jangan-jangan gadis kampung sepertimu tidak tahu apa itu manner."

Bagai disambar geledek Ray meradang mendengar Litha memanggil Nyonya Besar dengan sebutan nenek. Dengan Firza diizinkan memanggil neneknya dengan sebutan yang sama ketika ia diadopsi delapan belas tahun lalu membuat perih hatinya belum mengering, sekarang tambah satu orang lagi entah darimana orang itu berasal. Litha terkejut dan hanya bisa tersenyum kaku.

"Nenek yang menyuruhnya." Nenek menatap Ray teduh berusaha mendinginkan amarah Ray yang mulai memanas

"Nenek ... mau berapa orang lagi yang akan memanggilmu Nenek"

"Hmpffffhhhh ... sampai sekarang Nenek belum merasakan memiliki cucu perempuan, Nenek rasa mengijinkan Litha memanggil dengan nama Nenek itu menyenangkan, apalagi dengan suara manjanya memanggil nenek heheheheh...."

"Daripada dia lebih baik Mona yang nenek ijinkan memanggil Nenek."

Ray masih keukeh dengan amarahnya, amarah yang ditahan karena berhadapan langsung dengan ibu dari mendiang ayahnya. Dia paham betul, Neneknya tidak akan mengijinkan sembarang orang memanggilnya dengan sebutan nenek jika tidak ada tempat di hatinya untuk orang tersebut. Bahkan Ramona, yang resmi menjadi kekasihnya sejak setahun lalu pun masih memanggilnya dengan sebutan Nyonya Besar.

"Apa pacarmu itu mau melakukan apa yang dikerjakan Litha tiap hari, menemani nenek tuamu ini?"

"Tapi dia sudah mendapatkan gaji yang tinggi, apa belum cukup hah?!" matanya menatap tajam ke arah Litha yang hanya menundukkan pandangan.

Anggapannya, gadis di hadapannya ini hanya memanfaatkan neneknya untuk kepentingan pribadi. Firza yang berada di sebelahnya hanya menggeleng-gelengkan kepala dan mengehela nafas penuh kesabaran.

"Jangan sampai kejadian aku memukulmu terulang lagi, Tuan Muda Sombong. Sebaiknya kau menahan diri," ucapnya dalam hati memainkan pisau di piringnya.

"Rayyendra, jaga ucapanmu! Tidak mudah menemani orang tua yang sedikit lagi mati, apalagi menyenangkan hatinya. Litha sudah melakukannya dengan baik, bahkan gajinya itu belum cukup mengganti kesabarannya menemani nenek. Seharusnya kalian berdua, terutama kau, Rayyendra, berterima kasih padanya karena bisa menghibur nenek tuamu ini tanpa mengganggu waktu kalian."

Nenek Dayyu mulai meninggikan suara dan lebih menekankan kata 'Kau Rayyendra' untuk memperingati cucunya agar tidak terus berkata kasar.

Rayyendra hanya bisa menahan emosinya, mengatupkan rahangnya namun gertakan giginya terdengar oleh Asisten Yan.

"Sudahlah ... Nenek lapar, hentikan omong kosong mu Ray. Kalau kau masih tidak terima, kau bisa meninggalkan ruang makan ini." Nenek Dayyu mengakhiri perdebatannya dengan Rayyendra.

Rayyendra berdiri, dihempaskan serbet dengan kasar ke atas meja lalu ia membalikkan badannya berjalan keluar. Harga dirinya seakan dijatuhkan neneknya sendiri di depan Firza dan Litha, yang baginya dialah akar penyebab perselisihan.

Asisten Yan mengikuti Tuan Mudanya setelah menundukkan kepala pamit, glekkk...... air liurnya turun di rongga mulutnya melihat makanan yang ada di depan Litha.

"Jangan diambil hati. Ray memang sedikit keras kepala. Dan ini-- mau tidak mau kau harus membaginya padaku, siapa suruh kau menampakkannya di depanku."

Firza membesarkan hati Litha yang kecut. Ia langsung mengambil ayam goreng dan membagi dua. Nyonya Besar tersenyum, namun senyumnya diliputi kabut.

"Ahhhh.... Tuan Muda Congkak itu benar-benar tidak bisa bersikap di depan orang yang sudah lanjut usia. Keras kepalanya ngalah-ngalahin bocah," Litha membathin melihat senyuman Nyonya Besar.

Tidak berapa lama, Asisten Yan kembali ke ruang makan, semua yang ada di situ menatapnya heran, apa ada yang tertinggal mungkin.

"Nona-- ijinkan aku mencicipi sedikit saja terong bakar itu dengan sambal terasi." Asisten Yan memohon dengan matanya menatap Litha yang tengah mengunyah.

"A-- apa-- ya... ya ... silahkan." Litha mengangguk bingung menatap Asisten Yan yang biasanya tidak kalah cool dengan Tuannya kini seperti anak-anak yang meminta permen. Litha menyodorkan apa yang diminta Asisten Yan.

Baru saja ia mengunyah sepotong, terdengar suara.

"Yaaaannnn..... apa yang kau lakukan....!!!!" Rayyendra berteriak nyaring. Seketika semuanya saling menatap.

"Ba-- baik Tuan. Saya akan segera kesana!" Asisten Yan segera buru-buru minum lalu mengelap mulutnya dengan cepat, segera ia menghampiri Tuan Mudanya.

Nyonya Besar, Firza dan Litha sendiri tergelak demi melihat yang baru saja terjadi, sampai Nyonya Besar pun terbatuk-batuk.

"Syukurlah mood Nenek sudah kembali baik," Litha bergumam dalam hatinya. Perlahan ia menoleh ke sampingnya, Tuan Muda Firza begitu lahap memakan makanan yang sudah dibagi duanya tadi.

Sedangkan Rayyendra ketika baru saja masuk ke dalam mobilnya, memaki keras Litha.

"Brengsekkkkk....."

Ditinjunya bantalan kepala kursi didepannya. Asisten Yan menelan salivanya, jangan sampai kembalinya ia ke ruang makan tadi demi terong bakar dan sambal terasi milik Litha diketahui Tuan Mudanya. Bisa habis dia.

- Bersambung -

Terpopuler

Comments

Rinjani

Rinjani

lAnjutt thor

2021-11-27

0

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

ray nya butuh perhatian litha

2021-11-10

1

ZainabMuhdhor89

ZainabMuhdhor89

terong bakar mantul tuh

2021-11-06

1

lihat semua
Episodes
1 Navia Litha Sarasvati (Prolog)
2 Semur Jengkol
3 Amarah Sang Cucu
4 Berpura-pura Pingsan
5 Tanggungjawab Litha
6 Cukup Dengan Menemaniku Disini
7 Kerinduan Nyonya Besar
8 Harusnya Kau Berterimakasih
9 Keluarga Pradipta
10 Tuan Muda Congkak
11 Mengedepankan Logika
12 Rumor yang Membuat Semakin Buruk
13 Sandaran Hati
14 Biarkan Berjalan di atas Relnya
15 Tidak Ingin Serakah
16 Nikmati Makananmu
17 Kehaluan Ninda
18 Pesta Ulang Tahun (Part 1)
19 Pesta Ulang Tahun (Part 2)
20 Pesta Ulang Tahun (Part 3)
21 Pesta Ulang Tahun (Part 4)
22 Pesta Ulang Tahun (Part 5)
23 Pesta Ulang Tahun (Part 6)
24 Hutang Budi
25 Adu Strategi
26 Bubur Polos Hangat
27 Anak Baik
28 Aku Mencintainya
29 Pernyataan Cinta
30 Memori tentang Tisha
31 Manusia atau Alien?
32 Bocah Egois dan Anak di Bawah Umur
33 Kalah Telak
34 Visualisasi Tokoh
35 Janji Firza
36 Makan Malam
37 Surat Wasiat
38 You Are My Sunshine
39 Bathin yang Bergejolak
40 Kesempatan Terakhir
41 Ini pernikahan atau Bisnis?
42 Perjanjian Bersyarat
43 Restu Ibu
44 Bagaimana Rasanya Punya Ibu?
45 Nyonya Muda
46 Ibu, Aku Takut ...
47 Kekacauan di Pernikahan (Part 1)
48 Kekacauan di Pernikahan (Part 2)
49 Tidak Baik Ingin Banyak Tahu
50 Walk in Closet
51 Tentang Tuan Muda Yang Mulia
52 Janji yang Tidak Ditepati
53 Tahu Diri
54 Berjuang Sampai Akhir
55 Jangan Kau Lambungkan Hatinya
56 Kejadian di Kantor Pusat (Part 1)
57 Kejadian di Kantor Pusat (Part 2)
58 Kejadian di Kantor Pusat (Part 3)
59 Berteman dengan Coklat
60 Tamu Tak Diundang
61 Tindakan Firza
62 Risau (Rayyendra)
63 Risau (Litha)
64 Perintah Terakhir Nyonya Besar
65 Hancur
66 Tunggulah 3 Bulan Lagi
67 Tidak Terpancing
68 Tom and Jerry
69 Kecewa
70 Sensitif
71 Unicorn tanpa tanduk
72 Separuh Jiwa Telah Pergi
73 Pembelaan Bibi Rima
74 Pertengkaran Dua Pradipta
75 Cinta dalam Hidupnya
76 Pejuang Cinta (Part 1)
77 Pejuang Cinta (Part 2)
78 Pejuang Cinta (Part 3)
79 Panggilan Khusus
80 Aku Merelakannya
81 Misteri Ibu dan Bibi Rima
82 Sparing dengan Tawon
83 Terngiang-ngiang
84 Kakak Ipar Terbaik di Dunia
85 Lembar Kehidupan Litha
86 Perang (Part 1)
87 Perang (Part 2)
88 Perang (Part 3)
89 Perang (Part 4)
90 Sang Pemenang
91 Intermezzo (1)
92 Masa Lalu (Part 1)
93 Masa Lalu (Part 2)
94 Masa Lalu (Part 3)
95 Masa Lalu (Part 4)
96 Masa Lalu (Part 5)
97 Serasa Dunia Milik Berdua
98 Tempat Berkesan
99 Membantumu Lebih Tenang
100 Pulang
101 Sesal
102 Voldemort
103 Hati yang Bergemuruh (Part 1)
104 Hati yang Bergemuruh (Part 2)
105 Hati yang Bergemuruh (Part 3)
106 Mengendalikan Ego
107 Kehancuran Tisha (Part 1)
108 Kehancuran Tisha (Part 2)
109 Tuas Pengaman
110 Alarm
111 CRF : Hangatnya Pagi
112 CRF : Titah Tertinggi
113 CRF : Menarik Perhatian
114 CRF : Menginjakmu Lebih Dulu
115 CRF : Run
116 CRF : Prasangka Evan
117 CRF : Keindahan Ciptaan Tuhan
118 Cemburu
119 Tidak Bisa Hidup Tanpanya
120 Titik Rapuh
121 Kau yang Bayar
122 Duo Matre
123 Menunggu Rapat
124 Prinsip Ekonomi
125 Mencintai dan Dicintai
126 Luka di Hati
127 Layu Sebelum Berkembang
128 Percaya Padaku
129 Tidak Jadi Menyesal
130 Hang Out ke Mall (Part 1)
131 Hang Out ke Mall (Part 2)
132 Cinta di Rumah Sakit
133 Ingin tunjukkan pada Dunia
134 Bravo, Litha!
135 Shortpink Fans Club
136 Hadiah Ulang Tahun
137 Kerajaan Sungai Bulan (Part 1)
138 Kerajaan Sungai Bulan (Part 2)
139 The Big Day : Nona Baik Hati
140 The Big Day : Posisi yang Diatur
141 The Big Day : Melihatmu Menguatkanku
142 The Big Day : Seleksi Akhlak
143 The Big Day : Tujuan dan Rumahmu adalah Aku
144 The Big Day : Kejutan Terakhir
145 Obrolan Sebelum Tidur
146 Penggeledahan di Amore Club
147 Benang Merah
148 Menjelang Pagi
149 Mantan Terindah
150 Aku Baik-Baik Saja
151 Memberi Pelajaran
152 Konsekuensi
153 Memaafkan
154 Belum Kelihatan Hilalnya
155 Putri Kesayangan
156 Bertemu Lucas
157 Presdir yang Posesif
158 River Flows in You
159 Pengakuan Dianggap Seorang Ayah
160 Bertahanlah, Nyonya ...
161 Jangan Kau Tahan Tangismu
162 Terima kasih, Pak Sas.
163 Bisakah Kau Melepas Cinta?
164 Intermezzo (2)
165 Pintar Bermain Kata
166 Waktu yang Bisa Menjawabnya
167 Siapa yang Tidak Menyukai Uang?
168 Intermezzo (3)
169 Aku yang Akan Menjagamu
170 Kobaran Api
171 Aku Mengizinkanmu Pergi
172 Hiduplah dengan Bahagia
173 Lahirnya Penerus Pradipta
174 Aku menyukaimu
175 Berdamai dengan Diri
176 Epilog
177 Bonus Chapter
Episodes

Updated 177 Episodes

1
Navia Litha Sarasvati (Prolog)
2
Semur Jengkol
3
Amarah Sang Cucu
4
Berpura-pura Pingsan
5
Tanggungjawab Litha
6
Cukup Dengan Menemaniku Disini
7
Kerinduan Nyonya Besar
8
Harusnya Kau Berterimakasih
9
Keluarga Pradipta
10
Tuan Muda Congkak
11
Mengedepankan Logika
12
Rumor yang Membuat Semakin Buruk
13
Sandaran Hati
14
Biarkan Berjalan di atas Relnya
15
Tidak Ingin Serakah
16
Nikmati Makananmu
17
Kehaluan Ninda
18
Pesta Ulang Tahun (Part 1)
19
Pesta Ulang Tahun (Part 2)
20
Pesta Ulang Tahun (Part 3)
21
Pesta Ulang Tahun (Part 4)
22
Pesta Ulang Tahun (Part 5)
23
Pesta Ulang Tahun (Part 6)
24
Hutang Budi
25
Adu Strategi
26
Bubur Polos Hangat
27
Anak Baik
28
Aku Mencintainya
29
Pernyataan Cinta
30
Memori tentang Tisha
31
Manusia atau Alien?
32
Bocah Egois dan Anak di Bawah Umur
33
Kalah Telak
34
Visualisasi Tokoh
35
Janji Firza
36
Makan Malam
37
Surat Wasiat
38
You Are My Sunshine
39
Bathin yang Bergejolak
40
Kesempatan Terakhir
41
Ini pernikahan atau Bisnis?
42
Perjanjian Bersyarat
43
Restu Ibu
44
Bagaimana Rasanya Punya Ibu?
45
Nyonya Muda
46
Ibu, Aku Takut ...
47
Kekacauan di Pernikahan (Part 1)
48
Kekacauan di Pernikahan (Part 2)
49
Tidak Baik Ingin Banyak Tahu
50
Walk in Closet
51
Tentang Tuan Muda Yang Mulia
52
Janji yang Tidak Ditepati
53
Tahu Diri
54
Berjuang Sampai Akhir
55
Jangan Kau Lambungkan Hatinya
56
Kejadian di Kantor Pusat (Part 1)
57
Kejadian di Kantor Pusat (Part 2)
58
Kejadian di Kantor Pusat (Part 3)
59
Berteman dengan Coklat
60
Tamu Tak Diundang
61
Tindakan Firza
62
Risau (Rayyendra)
63
Risau (Litha)
64
Perintah Terakhir Nyonya Besar
65
Hancur
66
Tunggulah 3 Bulan Lagi
67
Tidak Terpancing
68
Tom and Jerry
69
Kecewa
70
Sensitif
71
Unicorn tanpa tanduk
72
Separuh Jiwa Telah Pergi
73
Pembelaan Bibi Rima
74
Pertengkaran Dua Pradipta
75
Cinta dalam Hidupnya
76
Pejuang Cinta (Part 1)
77
Pejuang Cinta (Part 2)
78
Pejuang Cinta (Part 3)
79
Panggilan Khusus
80
Aku Merelakannya
81
Misteri Ibu dan Bibi Rima
82
Sparing dengan Tawon
83
Terngiang-ngiang
84
Kakak Ipar Terbaik di Dunia
85
Lembar Kehidupan Litha
86
Perang (Part 1)
87
Perang (Part 2)
88
Perang (Part 3)
89
Perang (Part 4)
90
Sang Pemenang
91
Intermezzo (1)
92
Masa Lalu (Part 1)
93
Masa Lalu (Part 2)
94
Masa Lalu (Part 3)
95
Masa Lalu (Part 4)
96
Masa Lalu (Part 5)
97
Serasa Dunia Milik Berdua
98
Tempat Berkesan
99
Membantumu Lebih Tenang
100
Pulang
101
Sesal
102
Voldemort
103
Hati yang Bergemuruh (Part 1)
104
Hati yang Bergemuruh (Part 2)
105
Hati yang Bergemuruh (Part 3)
106
Mengendalikan Ego
107
Kehancuran Tisha (Part 1)
108
Kehancuran Tisha (Part 2)
109
Tuas Pengaman
110
Alarm
111
CRF : Hangatnya Pagi
112
CRF : Titah Tertinggi
113
CRF : Menarik Perhatian
114
CRF : Menginjakmu Lebih Dulu
115
CRF : Run
116
CRF : Prasangka Evan
117
CRF : Keindahan Ciptaan Tuhan
118
Cemburu
119
Tidak Bisa Hidup Tanpanya
120
Titik Rapuh
121
Kau yang Bayar
122
Duo Matre
123
Menunggu Rapat
124
Prinsip Ekonomi
125
Mencintai dan Dicintai
126
Luka di Hati
127
Layu Sebelum Berkembang
128
Percaya Padaku
129
Tidak Jadi Menyesal
130
Hang Out ke Mall (Part 1)
131
Hang Out ke Mall (Part 2)
132
Cinta di Rumah Sakit
133
Ingin tunjukkan pada Dunia
134
Bravo, Litha!
135
Shortpink Fans Club
136
Hadiah Ulang Tahun
137
Kerajaan Sungai Bulan (Part 1)
138
Kerajaan Sungai Bulan (Part 2)
139
The Big Day : Nona Baik Hati
140
The Big Day : Posisi yang Diatur
141
The Big Day : Melihatmu Menguatkanku
142
The Big Day : Seleksi Akhlak
143
The Big Day : Tujuan dan Rumahmu adalah Aku
144
The Big Day : Kejutan Terakhir
145
Obrolan Sebelum Tidur
146
Penggeledahan di Amore Club
147
Benang Merah
148
Menjelang Pagi
149
Mantan Terindah
150
Aku Baik-Baik Saja
151
Memberi Pelajaran
152
Konsekuensi
153
Memaafkan
154
Belum Kelihatan Hilalnya
155
Putri Kesayangan
156
Bertemu Lucas
157
Presdir yang Posesif
158
River Flows in You
159
Pengakuan Dianggap Seorang Ayah
160
Bertahanlah, Nyonya ...
161
Jangan Kau Tahan Tangismu
162
Terima kasih, Pak Sas.
163
Bisakah Kau Melepas Cinta?
164
Intermezzo (2)
165
Pintar Bermain Kata
166
Waktu yang Bisa Menjawabnya
167
Siapa yang Tidak Menyukai Uang?
168
Intermezzo (3)
169
Aku yang Akan Menjagamu
170
Kobaran Api
171
Aku Mengizinkanmu Pergi
172
Hiduplah dengan Bahagia
173
Lahirnya Penerus Pradipta
174
Aku menyukaimu
175
Berdamai dengan Diri
176
Epilog
177
Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!