Rumor yang Membuat Semakin Buruk

"Apa jawabanmu Tuan Yang Mulia Rayyendra ... kau ingin mematahkan sendiri ucapanmu barusan huh ...." Tidak kalah sengit Litha membathin.

"Apakah jawaban saya sebelumnya belum jelas, Nona?"

Rayyendra mengatakannya dengan penuh tekanan. Aura dingin menyeruak ke seluruh aula, sebisa mungkin yang ada disitu menahan nafas, antara takut dan tegang menjadi satu.

"An-- "

Suara Litha berhenti, salah satu bahunya dicengkram kuat, dia tidak menoleh.

"Jangan gegabah Nona! Simpan semua rasa penasaranmu." Suara pelan namun jelas masuk ke gendang telinga Litha.

Meski tidak melihatnya, ia tahu siapa pemilik suara. Seperti robot ia mematuhi perintah tanpa protes, ia langsung mendudukkan dirinya.

Ninda melirik sekilas laki-laki yang berbisik ke Litha. Ia tidak begitu jelas apa yang dibisikkannya, tapi sangat manjur untuk membungkam suara Litha ketimbang ia menarik-nariki ujung baju sahabatnya itu.

Setelah yakin Litha kembali duduk dengan tenang, ia kemudian beranjak meninggalkan barisan kursi paling belakang itu kembali ke samping panggung memasang mode siap untuk Tuan Mudanya.

 🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

"Dia pikir itu dia siapa hah!!! Besar sekali nyalimu, gadis licik ..," umpat Rayyendra begitu masuk mobilnya.

Betapa susahnya ia tadi menahan amarah demi menjaga citranya di depan publik. Rasanya ia ingin segera menangkap leher gadis itu dan mencekiknya saat itu juga, berani mengusik kehidupan pribadinya, bahkan Neneknya pun bersikap hati-hati jika menyinggung privacynya.

"Apa yang di maksud menyelamatkan karena memilki alasan yang sifatnya pribadi. Dia tau apa? Sok tahu!!!" Rayyendra masih melanjutkan umpatannya tidak peduli Abyan sudah di belakang kemudi bersiap melajukan kendaraan.

"Yang dimaksud Miss Responbility adalah mutasi Tuan Sebastian karena dia ayah dari kekasih Anda, Tuan Muda." sahut Asisten Yan sambil memutar kemudinya.

"Apa.....!?!? Darimana dia tahu? Ini masalah intern Pradipta grup, dan hanya sebagian yang tahu." Ray melempar tatapannya ke kaca spion depan.

"Semuanya tahu Ray, hanya media saja yang tidak berani memberitakannya." Abyan menjawab dalam hati, ia tidak ingin menanggapi Tuan Mudanya jika sedang marah, bisa-bisa dia juga kena nanti.

"Kalau benar Yan... siapa yang berani memberitahukannya, skandal itu tidak ada di media, kan?"

"Tidak ada media yang berani memberitakannya, Tuan. Kalau dia tahu ya pasti bersumber dari rumah utama"

Rayendra menghela nafasnya berat.

"Sebegitu dekatkah Nenek dengan gadis itu? Mengapa orang yang kau percayai seperti dia? Lihat, tingkahnya semakin berani."

"Yan, aku mau ke rumah utama, ada yang harus kubereskan," titah Rayyendra pada asistennya, dibalas dengan sekali anggukan.

Di lain tempat dan situasi. Litha duduk dengan kepala sedikit tertunduk. Di ruangan dekannya, ia menjadi pesakitan, siap diadili dengan petinggi universitas yang tadi juga mengikuti perkuliahan umum.

"Mana keberanianmu seperti yang kau bertanya tadi Litha?" Bu Marisa, dekan kampus Z, tempat Litha kuliah mencecarnya. Litha hanya diam, masih tertunduk.

"Kau ini tahu aturannya tidak? kan sudah jelas disebutkan di grup angkatan semalam bahwa tidak ada session tanya jawab karena Tuan Rayyendra tidak suka ditanya." Salah satu dosen berkacamata ikut menimpali, Pak Munir, dosen walinya.

"Semua tahu kau mahasiswa yang pandai, nilai-nilaimu sangat memuaskan, tapi attitude mu sangat buruk. Gosipmu yang menjadi simpanan om-om pun merusak citra kampus ini, ditambah lagi sekarang sikap sok tahumu bertanya pada Tuan Muda semakin membuat kampus kita makin buruk." ujar seorang dosen wanita berkacamata yang sedari tadi melihat Litha tertunduk, dia ketua jurusan.

Litha yang awalnya menyadari kesalahannya, ditunjukkan dengan sikap diam dan tertunduknya kini mengangkat wajahnya karena ucapan dari ketua jurusannya. Apa dia seburuk itu di mata orang-orang di kampus ini? Tudingan dia sebagai wanita simpanan semakin menguat, walaupun terlihat demikian. Dia sakit hati.

"Maaf bapak dan ibu, saya tidak mengetahui bahwasanya tidak ada session tanya jawab, karena saya sudah dikeluarkan oleh admin dari grup tanpa saya tahu sebabnya. Saya akan bertanggungjawab dengan meminta maaf langsung kepada presdir Pradipta Corp."

Litha muak disudutkan, ia ingin segera mengakhiri persidangan tanpa ada pembela untuknya.

"Heh ... tau dirilah. Apa kau bisa menemui presdir? Apalagi kau sudah melakukan hal yang tidak disukainya." cibir ketua jurusan.

"Sudahlah... Litha, lain kali kau harus berpikir lebih panjang sebelum kau mengatakan sesuatu. Ada hal-hal di dunia ini memiliki rules nya sendiri yang mau tidak mau kita harus mengikutinya. Untung saja Tuan Muda tidak membatalkan MoU yang sudah disepakati. Sekarang, istirahatlah dan renungi apa yang telah kau lakukan." ujar Pak Rektor mengakhiri.

Tidak pernah sebelumnya seorang Rektor ikut duduk menyelesaikan masalah kampus di universitasnya, ada dekan dan jajarannya yang akan mengurusnya. Tapi tidak kali ini, masalah ini menyangkut universitas.

"Baik Pak Rektor, terima kasih atas pengertian dan kebijakannya. Saya akan instropeksi diri dan memastikan hal ini tidak akan terulang kembali." Litha berdiri dari duduknya dan membungkukkan badannya di depan rektor, dekan dan semua dosen yang ada di ruangan tersebut.

Ketika ia berhadapan dengan ketua jurusan ia membungkukkan badannya meminta maaf, namun setelah itu ia menatap mata ketua jurusan dan berkata "Saya bukan wanita simpanan Bu. Maaf jika selama ini saya sudah menciptakan rumor yang membuat citra kampus ini buruk."

Kali ini ia hanya menundukkan kepalanya saja, lalu ia berbalik dan keluar dari ruangan. Langkahnya tegap namun hatinya perih, air matanya keluar dengan sendirinya. Ia tidak menyangka dampak gosip wanita simpanan akan membuatnya sakit hati seperti ini.

Sebelumnya Litha mengacuhkan tanpa memedulikan omongan orang, ia hanya fokus pada kehidupannya sendiri hingga ia dikeluarkan dari grup angkatan di kampusnya, Litha tidak ambil pusing.

Ahhhh..... betapa melelahkan hidupnya, ingin rasanya Litha mengeluh namun ia sadar ia akan semakin melemah jika hanya mengeluh. Dihapusnya air matanya, ia langsung menuju area parkir, ada mobil mewah milik Nenek Dayyu yang sedang menunggunya. Ia tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil yang membawanya ke rumah utama.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Litha melangkahkan kaki masuk melalui ruang dapur, kebiasaannya selama ini setiap kali datang ke rumah utama. Dia membuka kulkas dan mengambil gelas, menuangkan air dingin untuk menyejukkan hatinya. Belum tandas air di gelas, ada suara menegurnya.

"Sebutan apa yang cocok buatmu? semakin kurang ajar atau semakin tidak tahu diri?"

Glekkkk...

Litha tersedak air minumnya sendiri. Ia menoleh arah sumber suara.

Tubuh tinggi Tuan Muda Rayyendra yang bersandar pada dinding sembari melipat tangan, kedua matanya mengintimidasi lawan bicaranya. Litha tidak bisa berbicara, ia kaget, kaku menatap sosok yang kini didepannya.

"Kenapa? Mana nyalimu yang begitu besar?" ledek Ray melihat Litha yang sekarang berbeda, tidak segarang yang dia lihat di aula kampusnya.

Litha hanya diam. Lalu permintaan maaf atas mengajukan pertanyaan di kuliah umum siang ini terucap lirih dari mulutnya, matanya kosong meski menatap Rayyendra.

"Kau pikir bisa berbuat seenaknya hah?!? Hanya karena kau dekat dengan Nenek!"

Satu tangannya yang besar sudah meraih dagu Litha, dicengkramnya kuat, memaksa wajahnya untuk berhadapan dengan wajah pemilik tangan.

"Maaf ...."

Litha mengulangi permintaan maafnya, namun kali ini ia menutup kedua matanya, ia tidak berani melihat wajah penuh amarah pria di depannya. Ia akui, tidak ada keberanian sedikitpun di dirinya saat ini, hanya rasa takut dan cemas.

"Aaaawwwwww ... sakit Tuan!"

Litha merintih pelan, ditahan sekuat tenaganya agar dia tidak mengeluarkan airmata, ia sudah terlihat lemah tadi.

Rayyendra malah makin menguatkan cengkramannya, dia begitu tertantang sampai dimana Litha bisa menahan sakit yang ia terima. Ia tersenyum ketika ujung mata Litha mulai mengalirkan air tanpa suara.

"Am-- ampun Tuan ... saya mohon lepaskan, sakittt ...."

"Kau tahu batasanmu, kan?" Rayyendra melepas cengkramannya. Ada bekas jemarinya di dagu Litha. Semakin deras air yang mengalir di pipinya, Litha segera menghapusnya dan mengusap dagunya yang sakit.

"Saya tahu batasanku, Tuan. Maaf, karena telah membuatmu marah."

Litha membungkukkan badannya lagi. Ia tahu diri, siapa dia dan apa posisinya. Ia tidak lebih dari seorang pelayan VIP di rumah ini dan hanya berlaku untuk Nyonya Besar, bukan termasuk Rayyendra.

Rayyendra agak sedikit terkejut, dia tidak menduga reaksi Litha seperti ini. Bayangannya di mobil selama perjalanan ke rumah utama, mereka akan beradu mulut dan itu membuatnya bersemangat karena mendapat lawan yang bisa mendebatnya.

Selama hidupnya tidak ada yang berani beradu pendapat selain neneknya, bahkan Abyan yang meraih predikat cumlaude dari kampus hanya menurut dan mengalah jika ia memiliki pemikiran yang berbeda dengannya.

"Sial.... ada apa dengannya? Kenapa dia berbeda sekali?"

"Maaf, Tuan. Aku lupa tempatku dimana." Suara hati Litha menyesakkan rongga hatinya sendiri.

"Maaf Tuan, apakah sudah selesai? Saya ingin ke taman menemui Nenek seperti biasa," tanya Litha menundukkan pandangannya, bak seorang jongos kepada majikannya.

"Hemm ...." Ray hanya menjawab tanpa membuka mulut.

Litha mengangguk dan menarik diri dari pandangan Ray, hatinya masih terasa sakit, moodnya belum kembali normal, kini ditambah sisa sakit dan tanda cengkraman di dagunya. Ia tidak langsung menemui Nenek Dayyu tapi menuju ke kamar mandi.

Didepan cermin kamar mandi ia melihat wajahnya, bukan wajahnya yang terlihat tapi kemalangan yang terjadi pada dirinya. Sekilas seperti rekaman berkelebat dalam pandangannya, memori-memori kesedihan yang tersimpan. Akhirnya ia terduduk dan menangis tersedu dengan suara air kran westafel yang ia biarkanmengalir. Sesak ia rasakan begitu penuh, hatinya menyimpan sedih seorang diri.

Sementara itu di ruang keluarga, giliran Ray yang tertunduk di hadapan neneknya. Ternyata, ketika Ray mencengkram dagu Litha dengan kuat, Nenek Dayyu melihatnya. Ia tidak tahu apa yang menjadi masalah diantara keduanya, tapi tidak pantas seorang laki-laki menyakiti fisik wanita, terlebih wanita itu sudah memohon ampun.

"Seperti itukah aku mengajarimu?" tanya Neneknya geram. Ia merasa gagal mendidik cucunya berperilaku hormat kepada wanita.

Ray hanya diam tertunduk.

"Dia wanita yang tegar Ray, jangan kau paksa dia menangis, pasti sakit dihatinya melebihi sakit yang kau berikan difisiknya."

"Dia terlalu berani padaku Nek. Nenek terlalu baik padanya. Dia memanfaatkan Nenek." Ray mencari pembenaran.

"Aku hanya memberi sedikit kebaikan di tengah kemalangan hidupnya, Rayyendra. Jika kau tidak bisa menghormatinya, cukup kau tidak membuatnya sedih dengan perlakuanmu, apalagi sampai ia menangis. Percayalah ... apa yang kau lihat di permukaan tidak bisa kau duga, ada apa dan seberapa dalamnya air itu kecuali kau menyelaminya."

Nenek Dayyu memberi petuah bijak pada penerus keluarga Pradipta. Ia sangat berharap cucunya menjadi seorang yang kuat namun bisa menghargai wanita, meski dia tidak mengenal apa itu dan bagaimana wanita karena dalam hidupnya wanita adalah neneknya.

"Aku akan memintanya istirahat di rumah, pasti hari ini ia lalui dengan berat." Nenek Dayyu beranjak dari tempatnya, memanggil Pak Is menyampaikan maksudnya barusan dan masuk ke kamar meninggalkan Rayyendra sendirian.

"Nek, yang menjalani hari berat itu aku, cucumu. Dia justru pelakunya. Tapi kenapa malah kau membelanya?" gumam Ray bingung Neneknya yang hilang dari pandangannya.

"Hmmmpffffffhhh ...." Ray menghela nafasnya.

Dilihatnya Litha keluar dari kamar mandi, masih dengan wajah tertunduk, kemudian ia dihampiri Pak Is untuk meneruskan perintah neneknya. Ia mengangguk tanda mengerti, kemudian berjalan mau keluar rumah dari arah dapur.

Dengan cepat Ray menyusul Litha. Sebelum Litha melangkahkan kakinya ke pintu, tangannya ditarik. Litha berbalik dan matanya bersirebok dengan manik milik Rayyendra. Suasana canggung pun tercipta.

"Kau mau kemana?" tanya Ray mencairkan suasana, masih digenggammya tangan Litha. Ia bingung mau mengatakan apa, jadi pertanyaan itulah yang keluar dari mulutnya, padahal ia sudah tahu jawabannya.

"Pulang Tuan, Nyonya Besar mengizinkanku untuk istirahat"

"Kenapa? Kau mengadu apa pada nenekku?"

🙋 Hei Tuan Muda, kau lihat sendiri Nyonya Besar tidak langsung bertemu Litha hari ini, bagaimana Litha bisa mengadu padanya 🙋

"Hari ini saya belum bertemu dengan Nyonya Besar, Tuan. Beliau hanya mengizinkanku istirahat tanpa saya tahu alasannya."

Mata Rayyendra menelisik ke Litha, masih ada bekas cengkramannya walau sekarang sudah terlihat samar, matanya juga masih terlihat hampa, dan tidak ada semangat dalam suaranya. Benar, ia dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

"Maaf Tuan, kalau tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, saya pamit pulang."

"Oh, ya sudah, pulanglah kalau begitu."

"Tapi --"

"Tapi apa?"

"Mohon lepaskan tangan Tuan dari lengan saya."

Glekkkk....

Refleks Rayyendra melepaskan genggamannya yang dari tadi ia tidak sadari.

Litha mengangguk sekali lagi dan meninggalkan Rayyendra.

- Bersambung -

Terpopuler

Comments

Rinjani

Rinjani

jahat Rayyandra ..lo udah lah Litha Nenek Dayyu sayang dan malah lihat kelakuan cucu tersayangnya😢🤲🤲☝️🙏🙏

2021-11-29

0

Puan Harahap

Puan Harahap

masuk pavorit tbor, biar terlihat saat udah up

2021-11-12

1

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

litha gadis yg kuat

2021-11-10

1

lihat semua
Episodes
1 Navia Litha Sarasvati (Prolog)
2 Semur Jengkol
3 Amarah Sang Cucu
4 Berpura-pura Pingsan
5 Tanggungjawab Litha
6 Cukup Dengan Menemaniku Disini
7 Kerinduan Nyonya Besar
8 Harusnya Kau Berterimakasih
9 Keluarga Pradipta
10 Tuan Muda Congkak
11 Mengedepankan Logika
12 Rumor yang Membuat Semakin Buruk
13 Sandaran Hati
14 Biarkan Berjalan di atas Relnya
15 Tidak Ingin Serakah
16 Nikmati Makananmu
17 Kehaluan Ninda
18 Pesta Ulang Tahun (Part 1)
19 Pesta Ulang Tahun (Part 2)
20 Pesta Ulang Tahun (Part 3)
21 Pesta Ulang Tahun (Part 4)
22 Pesta Ulang Tahun (Part 5)
23 Pesta Ulang Tahun (Part 6)
24 Hutang Budi
25 Adu Strategi
26 Bubur Polos Hangat
27 Anak Baik
28 Aku Mencintainya
29 Pernyataan Cinta
30 Memori tentang Tisha
31 Manusia atau Alien?
32 Bocah Egois dan Anak di Bawah Umur
33 Kalah Telak
34 Visualisasi Tokoh
35 Janji Firza
36 Makan Malam
37 Surat Wasiat
38 You Are My Sunshine
39 Bathin yang Bergejolak
40 Kesempatan Terakhir
41 Ini pernikahan atau Bisnis?
42 Perjanjian Bersyarat
43 Restu Ibu
44 Bagaimana Rasanya Punya Ibu?
45 Nyonya Muda
46 Ibu, Aku Takut ...
47 Kekacauan di Pernikahan (Part 1)
48 Kekacauan di Pernikahan (Part 2)
49 Tidak Baik Ingin Banyak Tahu
50 Walk in Closet
51 Tentang Tuan Muda Yang Mulia
52 Janji yang Tidak Ditepati
53 Tahu Diri
54 Berjuang Sampai Akhir
55 Jangan Kau Lambungkan Hatinya
56 Kejadian di Kantor Pusat (Part 1)
57 Kejadian di Kantor Pusat (Part 2)
58 Kejadian di Kantor Pusat (Part 3)
59 Berteman dengan Coklat
60 Tamu Tak Diundang
61 Tindakan Firza
62 Risau (Rayyendra)
63 Risau (Litha)
64 Perintah Terakhir Nyonya Besar
65 Hancur
66 Tunggulah 3 Bulan Lagi
67 Tidak Terpancing
68 Tom and Jerry
69 Kecewa
70 Sensitif
71 Unicorn tanpa tanduk
72 Separuh Jiwa Telah Pergi
73 Pembelaan Bibi Rima
74 Pertengkaran Dua Pradipta
75 Cinta dalam Hidupnya
76 Pejuang Cinta (Part 1)
77 Pejuang Cinta (Part 2)
78 Pejuang Cinta (Part 3)
79 Panggilan Khusus
80 Aku Merelakannya
81 Misteri Ibu dan Bibi Rima
82 Sparing dengan Tawon
83 Terngiang-ngiang
84 Kakak Ipar Terbaik di Dunia
85 Lembar Kehidupan Litha
86 Perang (Part 1)
87 Perang (Part 2)
88 Perang (Part 3)
89 Perang (Part 4)
90 Sang Pemenang
91 Intermezzo (1)
92 Masa Lalu (Part 1)
93 Masa Lalu (Part 2)
94 Masa Lalu (Part 3)
95 Masa Lalu (Part 4)
96 Masa Lalu (Part 5)
97 Serasa Dunia Milik Berdua
98 Tempat Berkesan
99 Membantumu Lebih Tenang
100 Pulang
101 Sesal
102 Voldemort
103 Hati yang Bergemuruh (Part 1)
104 Hati yang Bergemuruh (Part 2)
105 Hati yang Bergemuruh (Part 3)
106 Mengendalikan Ego
107 Kehancuran Tisha (Part 1)
108 Kehancuran Tisha (Part 2)
109 Tuas Pengaman
110 Alarm
111 CRF : Hangatnya Pagi
112 CRF : Titah Tertinggi
113 CRF : Menarik Perhatian
114 CRF : Menginjakmu Lebih Dulu
115 CRF : Run
116 CRF : Prasangka Evan
117 CRF : Keindahan Ciptaan Tuhan
118 Cemburu
119 Tidak Bisa Hidup Tanpanya
120 Titik Rapuh
121 Kau yang Bayar
122 Duo Matre
123 Menunggu Rapat
124 Prinsip Ekonomi
125 Mencintai dan Dicintai
126 Luka di Hati
127 Layu Sebelum Berkembang
128 Percaya Padaku
129 Tidak Jadi Menyesal
130 Hang Out ke Mall (Part 1)
131 Hang Out ke Mall (Part 2)
132 Cinta di Rumah Sakit
133 Ingin tunjukkan pada Dunia
134 Bravo, Litha!
135 Shortpink Fans Club
136 Hadiah Ulang Tahun
137 Kerajaan Sungai Bulan (Part 1)
138 Kerajaan Sungai Bulan (Part 2)
139 The Big Day : Nona Baik Hati
140 The Big Day : Posisi yang Diatur
141 The Big Day : Melihatmu Menguatkanku
142 The Big Day : Seleksi Akhlak
143 The Big Day : Tujuan dan Rumahmu adalah Aku
144 The Big Day : Kejutan Terakhir
145 Obrolan Sebelum Tidur
146 Penggeledahan di Amore Club
147 Benang Merah
148 Menjelang Pagi
149 Mantan Terindah
150 Aku Baik-Baik Saja
151 Memberi Pelajaran
152 Konsekuensi
153 Memaafkan
154 Belum Kelihatan Hilalnya
155 Putri Kesayangan
156 Bertemu Lucas
157 Presdir yang Posesif
158 River Flows in You
159 Pengakuan Dianggap Seorang Ayah
160 Bertahanlah, Nyonya ...
161 Jangan Kau Tahan Tangismu
162 Terima kasih, Pak Sas.
163 Bisakah Kau Melepas Cinta?
164 Intermezzo (2)
165 Pintar Bermain Kata
166 Waktu yang Bisa Menjawabnya
167 Siapa yang Tidak Menyukai Uang?
168 Intermezzo (3)
169 Aku yang Akan Menjagamu
170 Kobaran Api
171 Aku Mengizinkanmu Pergi
172 Hiduplah dengan Bahagia
173 Lahirnya Penerus Pradipta
174 Aku menyukaimu
175 Berdamai dengan Diri
176 Epilog
177 Bonus Chapter
Episodes

Updated 177 Episodes

1
Navia Litha Sarasvati (Prolog)
2
Semur Jengkol
3
Amarah Sang Cucu
4
Berpura-pura Pingsan
5
Tanggungjawab Litha
6
Cukup Dengan Menemaniku Disini
7
Kerinduan Nyonya Besar
8
Harusnya Kau Berterimakasih
9
Keluarga Pradipta
10
Tuan Muda Congkak
11
Mengedepankan Logika
12
Rumor yang Membuat Semakin Buruk
13
Sandaran Hati
14
Biarkan Berjalan di atas Relnya
15
Tidak Ingin Serakah
16
Nikmati Makananmu
17
Kehaluan Ninda
18
Pesta Ulang Tahun (Part 1)
19
Pesta Ulang Tahun (Part 2)
20
Pesta Ulang Tahun (Part 3)
21
Pesta Ulang Tahun (Part 4)
22
Pesta Ulang Tahun (Part 5)
23
Pesta Ulang Tahun (Part 6)
24
Hutang Budi
25
Adu Strategi
26
Bubur Polos Hangat
27
Anak Baik
28
Aku Mencintainya
29
Pernyataan Cinta
30
Memori tentang Tisha
31
Manusia atau Alien?
32
Bocah Egois dan Anak di Bawah Umur
33
Kalah Telak
34
Visualisasi Tokoh
35
Janji Firza
36
Makan Malam
37
Surat Wasiat
38
You Are My Sunshine
39
Bathin yang Bergejolak
40
Kesempatan Terakhir
41
Ini pernikahan atau Bisnis?
42
Perjanjian Bersyarat
43
Restu Ibu
44
Bagaimana Rasanya Punya Ibu?
45
Nyonya Muda
46
Ibu, Aku Takut ...
47
Kekacauan di Pernikahan (Part 1)
48
Kekacauan di Pernikahan (Part 2)
49
Tidak Baik Ingin Banyak Tahu
50
Walk in Closet
51
Tentang Tuan Muda Yang Mulia
52
Janji yang Tidak Ditepati
53
Tahu Diri
54
Berjuang Sampai Akhir
55
Jangan Kau Lambungkan Hatinya
56
Kejadian di Kantor Pusat (Part 1)
57
Kejadian di Kantor Pusat (Part 2)
58
Kejadian di Kantor Pusat (Part 3)
59
Berteman dengan Coklat
60
Tamu Tak Diundang
61
Tindakan Firza
62
Risau (Rayyendra)
63
Risau (Litha)
64
Perintah Terakhir Nyonya Besar
65
Hancur
66
Tunggulah 3 Bulan Lagi
67
Tidak Terpancing
68
Tom and Jerry
69
Kecewa
70
Sensitif
71
Unicorn tanpa tanduk
72
Separuh Jiwa Telah Pergi
73
Pembelaan Bibi Rima
74
Pertengkaran Dua Pradipta
75
Cinta dalam Hidupnya
76
Pejuang Cinta (Part 1)
77
Pejuang Cinta (Part 2)
78
Pejuang Cinta (Part 3)
79
Panggilan Khusus
80
Aku Merelakannya
81
Misteri Ibu dan Bibi Rima
82
Sparing dengan Tawon
83
Terngiang-ngiang
84
Kakak Ipar Terbaik di Dunia
85
Lembar Kehidupan Litha
86
Perang (Part 1)
87
Perang (Part 2)
88
Perang (Part 3)
89
Perang (Part 4)
90
Sang Pemenang
91
Intermezzo (1)
92
Masa Lalu (Part 1)
93
Masa Lalu (Part 2)
94
Masa Lalu (Part 3)
95
Masa Lalu (Part 4)
96
Masa Lalu (Part 5)
97
Serasa Dunia Milik Berdua
98
Tempat Berkesan
99
Membantumu Lebih Tenang
100
Pulang
101
Sesal
102
Voldemort
103
Hati yang Bergemuruh (Part 1)
104
Hati yang Bergemuruh (Part 2)
105
Hati yang Bergemuruh (Part 3)
106
Mengendalikan Ego
107
Kehancuran Tisha (Part 1)
108
Kehancuran Tisha (Part 2)
109
Tuas Pengaman
110
Alarm
111
CRF : Hangatnya Pagi
112
CRF : Titah Tertinggi
113
CRF : Menarik Perhatian
114
CRF : Menginjakmu Lebih Dulu
115
CRF : Run
116
CRF : Prasangka Evan
117
CRF : Keindahan Ciptaan Tuhan
118
Cemburu
119
Tidak Bisa Hidup Tanpanya
120
Titik Rapuh
121
Kau yang Bayar
122
Duo Matre
123
Menunggu Rapat
124
Prinsip Ekonomi
125
Mencintai dan Dicintai
126
Luka di Hati
127
Layu Sebelum Berkembang
128
Percaya Padaku
129
Tidak Jadi Menyesal
130
Hang Out ke Mall (Part 1)
131
Hang Out ke Mall (Part 2)
132
Cinta di Rumah Sakit
133
Ingin tunjukkan pada Dunia
134
Bravo, Litha!
135
Shortpink Fans Club
136
Hadiah Ulang Tahun
137
Kerajaan Sungai Bulan (Part 1)
138
Kerajaan Sungai Bulan (Part 2)
139
The Big Day : Nona Baik Hati
140
The Big Day : Posisi yang Diatur
141
The Big Day : Melihatmu Menguatkanku
142
The Big Day : Seleksi Akhlak
143
The Big Day : Tujuan dan Rumahmu adalah Aku
144
The Big Day : Kejutan Terakhir
145
Obrolan Sebelum Tidur
146
Penggeledahan di Amore Club
147
Benang Merah
148
Menjelang Pagi
149
Mantan Terindah
150
Aku Baik-Baik Saja
151
Memberi Pelajaran
152
Konsekuensi
153
Memaafkan
154
Belum Kelihatan Hilalnya
155
Putri Kesayangan
156
Bertemu Lucas
157
Presdir yang Posesif
158
River Flows in You
159
Pengakuan Dianggap Seorang Ayah
160
Bertahanlah, Nyonya ...
161
Jangan Kau Tahan Tangismu
162
Terima kasih, Pak Sas.
163
Bisakah Kau Melepas Cinta?
164
Intermezzo (2)
165
Pintar Bermain Kata
166
Waktu yang Bisa Menjawabnya
167
Siapa yang Tidak Menyukai Uang?
168
Intermezzo (3)
169
Aku yang Akan Menjagamu
170
Kobaran Api
171
Aku Mengizinkanmu Pergi
172
Hiduplah dengan Bahagia
173
Lahirnya Penerus Pradipta
174
Aku menyukaimu
175
Berdamai dengan Diri
176
Epilog
177
Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!