Penampilan khas mahasiswa yang enerjik, baju kaos, celana jeans dan sepatu kets. Rambut diikat satu ekor kuda dan wajah tanpa riasan. Sederhana namun tidak membosankan untuk dilihat.
"Litha, apakah Nenek menganggu jam kuliahmu?" tanya Nenek Dayyu di dalam mobil ketika melaju ke suatu tempat.
"Tidak,Nek, Litha kan sudah semester akhir, semua mata kuliah. Litha sudah tuntaskan, hanya pengajuan proposal dan bimbingan untuk skripsi nantinya, jadi Litha punya waktu luang lebih banyak."
"Kalau begitu gajimu akan Nenek naikkan karena waktu untuk menemaniku juga lebih banyak."
"Tidak perlu, Nenek. Anggap saja ini giliran Litha memberikan fasilitas khusus langsung buat Nenek hahahahaha..."
"Wah wah wah ... kau sekarang pintar berlagak rupanya, sudah cocok menjadi Nyonya Besar hahahahaha...."
Nenek Dayyu tertawa keras tidak menyangka dia diberi sesuatu oleh orang lain, tidak pernah sebelumnya karena dia yang selalu menjadi subyek pemberi kecuali ketika mendiang suaminya masih hidup.
Mereka sangat akrab, tidak ada jarak dan rasa canggung diantara keduanya, bergurau, bercanda bahkan dengan topik yang serius. Mata Pak Sas dari spion depan memperhatikan mereka, ia tersenyum melihat Nyonya Besarnya begitu 'hidup' setelah mengenal Litha.
"Whoaaaaaa ..., Nek, tidak salah kita kesini, mau ngapain kita disini Nek?" Litha takjub setelah turun dari mobil dan membaca tulisan 'Luxury Boutique' di depan gedung mewah bernuansa warna gold dan krem. Keduanya berjalan beriringan.
"Ya tentu saja untuk membuat kita cantik malam ini."
"Kita? Litha juga?" tanyanya sambil menunjuk hidungnya.
"Tentu saja. Aku tidak ingin sendiri di acara yang penuh basa basi seperti itu. Kau punya banyak waktu luang, kan? Bukankah ini juga termasuk fasilitas khusus darimu?"
Glekk...
Litha menelan salivanya, bagaimana bisa ia berbaur dengan orang-orang sekelas dengan Nyonya Besar. Apa yang mesti dia lakukan nanti.
"Sudah, tidak perlu cemas, selama kau ada di dekatku, kau akan baik-baik saja, yang terpenting aku minta bukti perkataanmu. Kamu akan memberiku fasilitas khusus itu nanti malam dengan menuruti semua kemauanku"
"Nenek.... selama ini juga aku selalu menuruti kemauanmu, tanpa perlu fasilitas-fasilitasan yang khusus." Bibir Litha mengerucut. Nyonya Besar yang melihatnya gemas dan melepaskan tawanya yang terdengar di seluruh ruangan, semua mata memandang Nyonya Besar dan dirinya, Litha menunduk.
"Waduh .... Lihat semua mata itu melihatku seperti tontonan saja, Nenek juga, kenapa harus pake tertawa dengan keras duhh ..."
Seorang staff, yang di kiri dadanya ada pengenal nama dan posisinya, staf senior, menghampiri Nyonya Besar.
"Ada yang bisa kami bantu Nyonya?" tanyanya ramah.
"Berikan aku koleksi gaun terbaik saat ini untuk aku dan gadis cantik ini kenakan." Nyonya Besar menunjuk Litha saat mengatakan 'gadis cantik'.
"Gadis cantik? Dih ... kayaknya mata nenek semakin rabun" bathin Litha.
"Baik, Nyonya."
Satu demi satu koleksi terbaik dan terbaru ditunjukkan oleh staf senior, Nyonya Besar sudah menentukan pilihan untuk dipakainya, pilihan gaun yang sesuai dengan umurnya namun terlihat elegan.
Berbeda dengan Litha yang masih saja bingung menatap gaun-gaun yang terpajang di depan matanya. Baginya gaun-gaun itu sangat berlebihan dan tidak cocok untuknya.
"Nek, apa harus Litha memakainya? Maksud Litha apa tidak ada yang lebih sedikit simple modelnya dan warnanya kalem," ujar Litha ke Nyonya Besar.
"Kau tidak ingin menjadi pusat perhatian? Ini kesempatanmu Litha."
"Tidak, Nek. Hiks... Litha tidak mau hiks..."
Nyonya Besar menghela nafasnya, niatnya ingin membuat semua mata di pesta itu terpesona ke arah Litha kini terancam gagal karena Litha tidak ingin mengenakan gaun yang seharusnya.
"Gadis ini sangat tidak percaya diri, padahal dia bisa memukau semua yang hadir di sana," gumam Nyonya Besar sambil matanya berkeliling melihat-lihat sapatau ada gaun yang pas buat Litha kenakan.
Sampai pada matanya tertuju pada sebuah gaun yaang terpasang di manekin tanpa kepala, berwarna peach muda namun ada gemerlap kilau kristal di bagian roknya yang mekar. Potongan leher sabrina tanpa lengan dari bahan satin kelas satu memberikan kesan mewah. Sederhana, berjiwa muda namun anggun.
"Litha, lihatlah, kau suka? sepertinya gaun itu sesuai dengan seleramu." Nyonya Besar menunjuk gaun itu kepada Litha.
"Waaahhh... bagus sekali, daripada gaun-gaun sebelumnya, aku lebih menyukai ini Nek, lebih kalem dan simple"
"Bawakan aku gaun itu!" perintah Nyonya Besar ke staf senior. Mukanya langsung panik.
"Maaf Nyonya, untuk gaun itu sudah ada pemiliknya." wajah staf senior semakin pucat.
"Kalau sudah ada pemiliknya, kenapa masih dipajang?" protes Nyonya Besar tidak suka.
"Kalau sudah ada yang punya, tidak apa, biar saya cari gaun yang lain, Nek." Litha merasa tidak enak melihat pucatnya staf tersebut. Namun Nyonya Besar tidak mau tahu dan tidak suka dibantah, ia tetap menginginkan gaun itu untuk Litha.
Staf senior bingung mau mengatakan apa, dia segera menghubungi manajer mengenai masalah ini. Dengan takut setengah mati manajer menelepon seseorang.
"Selamat siang Nona Direktur, kami ingin menyampaikan sesuatu yang terjadi di toko sekarang." Manajer membuka percakapan setelah nada telepon diangkat.
"Ya, ada apa?" sahut suara di seberang telepon.
"Kami kedatangan Nyonya Besar untuk mencari baju, tapi Nyonya Besar sangat tertarik dengan gaun peach yang sudah Nona pilih untuk acara nanti malam."
"Hahhhh....!!! untuk apa dia menginginkan gaun itu. Carikan saja gaun yang lebih cocok dengannya, yang sesuai umurnya. Makin tua makin aneh saja. Aku sedang sibuk sekarang. Jangan menggangguku dengan hal yang tidak penting." sambungan telepon diputus begitu saja.
Manajer dan staf senior makin bingung, lalu Nyonya Besar mendekati mereka dan berkata "Katakan padanya, kalau ia mencari gaun itu tanyakan saja langsung padaku."
Nyonya Besar sudah memutuskan sesuatu, tidak ada kata tapi, semua patuh. Wajar, karena Luxury Boutique adalah salah satu butik ternama kelas atas milik Pradipta Corp.
Setelah mendapatkan gaun, Litha digiring Nyonya Besar untuk mencari sepatu, perhiasan, tas dan terakhir Nyonya Besar membawanya ke Make Up Artist yang terkenal. Ia meninggalkan Litha di studionya untuk pulang dan berganti pakaian. Setelahnya ia akan menjemput kembali Litha untuk menghadiri pesta ulang tahun.
Litha yang ditinggal sendirian dengan barang-barang mewah yang akan ia kenakan semakin bingung.
"Yuks .... Silahkan Nona membersihkan diri dulu dan kenakan semua yang sudah dibeli baru eyke poles itu wajah," ujar si perias wajah dengan gemulai, namun ramah.
Litha masuk ke suatu ruangan, mirip kamar hotel, ada kamar mandinya lengkap dengan perlengkapannya. Ia mandi, kemudian berganti baju dengan gaun yang tadi Nyonya Besar bersikeras mengambilnya padahal sudah ada pemiliknya.
"Seumur-umur baru kali ini aku memakai gaun seindah ini."
Di perhatikan tubuhnya berbalut gaun itu di cermin, dari depan, samping kiri dan samping kanan. Ia mengaguminya. Lalu diambilnya sebuah giwang berlian kecil yang juga tadi diberikan Nyonya Besar, sempat pula ia berdebat dengannya saat memilih aksesoris, Litha yang terbiasa nampak polos tanpa mengenakan perhiasan apapun terasa aneh dengan giwang di telinganya.
Dikenakan sepatu hak tinggi yang serasi dengan gaunnya, begitupun tas kecil untuk menyimpan ponsel dan dompet kecilnya.
Tok tok tok.
Suara pintu diketuk.
"Ya," sahut Litha dari dalam kamar, ia sudah selesai.
"Nona, bisakah eyke mulai untuk merias wajah Nona?" tanyanya dari balik pintu.
"Ya, masuklah."
"Aku ingin riasan yang tidak menor. Senatural mungkin," pinta Litha begitu si perias mengambil sebuah botol kecil, entah apa itu.
"Hhmmm ... eyke rasa Nona memang cocok untuk riasan natural ketimbang yang bold. Eyke akan buat se-flawless mungkin bagaikan malaikat yang turun dari surga."
"Hahahaha.... ya ... ya ... ya ... asal jangan jadi malaikat pencabut nyawa saja, ini" canda Litha. Si perias terkekeh.
"Hahahahaha.... kalau pencabut nyawa secantik ini, eyke juga mau dicabut duluan cyiiiinnn!!!"
"Hahahahahahaha...." mereka tertawa bersamaan.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Plak... Plak... Plak...
Suara tamparan keras di pipi seseorang.
"Aaaaaarrrgggghhhhhh...... Bodohhh!!!!! Bodohh kalian semua aarggghhhhhhh..... Apa gunanya kalian bekerja di butik ini kalau membujuk wanita tua saja tidak bisa. Bodohhh!!!!"
Mona sangat marah ketika mengetahui gaun yang sudah ia persiapkan untuk acara besar nanti malam dibawa Nyonya Besar.
"Ka-- ka-- kami tidak berani membantah Nyonya Besar, Nona," ujar manajer ketakutan, staf senior bersembunyi di belakangnya, ia lebih-lebih takut, hingga lututnya gemetar.
"Apa dia sudah linglung hah!!! mengenakan gaun itu di pesta ulang tahunnya, apa dia ingin kembali ke umur tujuh belas tahun huh!!!" Mona masih mengumpat, masih emosi.
"Ga-- gaun itu bukan untuk Nyonya Besar, Nona. Tapi untuk nona muda yang ikut bersamanya kesini." Si manajer masih ketakutan.
"Apaaaaa!!!????!!!!" Mona tambah naik pitam.
Prangggg.....
"Aaaarrggggghhhhhhhh!!!" Ramona membanting hiasan meja disampingnya. Dia begitu sangat kesal dan marah.
"Apa dia orangnya? gadis yang aku temui di restoran waktu itu?" gumamnya sendiri, wajahnya memerah, matanya melotot dan tangannya mengepal. Pemandangan yang sungguh menakutkan bagi orang-orang yang berada di situ.
Sayangnya, sebagaimanapun Ramona marah dan kesal bahkan seperti ia ingin membakar tempat ia berdiri, ia tidak dapat berbuat apa-apa karena Nyonya Besar berada di baliknya. Terpaksa ia harus segera mungkin mencari gaun pengganti untuk ia pakai nanti malam.
"Sialaaaaaaannnnnnn!!!!!!!!" teriaknya nyaring.
- Bersambung -
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Rinjani
hahah Mona Halu nya kelamaan ..nenek Dayyu akan menjodohkan ke Rayyandra
2021-11-30
0
naviah
semangat thor 💪
2021-11-08
1
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
ok otw pesta 💃
2021-11-02
1