"Ibu ... huhuhu ...."
Litha hanya bisa merintih memanggil ibunya dalam hati, di matanya sudah menganak sungai dengan derasnya. Dia takut sekali dengan kompensasi apa yang diminta Nyonya Besar, jelas apapun yang dikatakan Nyonya Besar mutlak dilaksanakan, tidak ada satupun yang bisa membantahnya, bahkan Tuan Muda Rayyendra sekalipun.
Rayyendra Putra Pradipta, begitu lahir ke dunia sudah langsung mereguk kemewahan, sebagai putra pertama dan selanjutnya merupakan satu-satunya pewaris grup Pradipta Corp. yang memiliki jaringan industri di berbagai bidang di beberapa negara Asia, Australia dan Eropa, bahkan dalam genggaman tangan dingin pria tampan tersebut perusahaannya kini kian merambah ke benua Amerika.
Dibesarkan oleh satu-satunya keluarga yang memiliki hubungan darah, yaitu nenek dari pihak ayah. Ibunya meninggal ketika melahirkannya, kemudian di usia empat tahun menyusul ayah dan kakeknya yang tidak diketahui keberadaannya hingga sekarang setelah mengalami hilang kontak pesawat yang dinaiki saat perjalan bisnis ke Bangkok.
Kehilangan beberapa figur penting dalam kehidupan, membentuknya menjadi pribadi yang sekarang, cermat, dingin, tidak mudah bergaul, angkuh serta menilai semua dengan materi.
Walaupun Nenek Dayyu melimpahinya dengan cinta dan sayang, ia tetap merasakan haus kasih sayang dari sosok ayah dan ibu, terlebih waktu neneknya banyak terpakai dengan langsung turun tangan sendiri menangani begitu banyak perusahaan dalam grup perusahaan milik suaminya ketika itu.
Pernah di saat kelas 1 SD, Rayyendra kecil tidak mau bersekolah di sekolah pada umumnya karena terus menerus diejek teman-temannya. Disebutkan lahir dari buah kelapa sehingga tidak mempunyai kedua orang tua. Kata mereka sang nenek menemukan buah kelapa berisi bayi Rayyendra di dalam hutan.
Oh... sungguh kejam... dongeng klasik anak-anak digunakan untuk membully anak yatim piatu. Begitu perih hatinya saat itu, ingin mengadu kemana ia tidak tahu. Hanya tembok kebingungan dan ketakutan yang mengelilingi masa kecil Rayyendra.
Seandainya saja waktu itu Nenek Dayyu mengetahui alasan sebenarnya Rayyendra kecil memilih homescholling, tentu saja dia tidak akan tinggal diam dan memberi pelajaran bagi para orangtua yang telah membiarkan mulut anak-anak mereka untuk menindas anak lainnya.
Sayangnya, Rayyendra kecil begitu takut jika dibully kembali jikalau dia mengadu. Hanya menyampaikan bahwa dia lebih nyaman belajar di rumah karena lebih bisa intens menyerap pelajaran. Betul saja, dia benar-benar membuktikan bahwa alasan yang diucapkan ke neneknya adalah sesuatu yang benar. Mampu menguasai beberapa bahasa asing, manajemen bisnis mikro dan makro, strategi pengembangan bisnis, intuisi megenai pergolakan pasar saham yang tajam, dan peka akan perkembangan trend pasar. Kini semuanya terangkum di kepala seorang CEO muda berbakat yang populer.
Namun sesuai ilmu psikologis, seorang anak seperti Rayyendra kecil yang di usia sangat dini berhasil mengalihkan kekosongan kebutuhan bathin akan kasih sayang orangtua menjadi haus ilmu tanpa mendapatkan sisi humanis menjadikannya sosok yang timpang sebelah sebagai manusia. Perkembangan sisi humanisnya berhenti sejak masa kanak-kanak, sehingga di usia dewasanya sekarang, sifat anak-anak yang selama ini terkungkung seperti sifat manja, egois, ingin diperhatikan dan rasa kepemilikan yang tinggi adalah sisi lain dari seorang Rayyendra sebagai presiden direktur yang mumpuni, disegani dan dihormati di dunia bisnis.
Menjelang masa tuanya Nenek Dayyu menyadari kekurangan yang ada pada cucunya, sebab itu ia berikan penyeimbang sifat untuk menutupi kekurangan Rayyendra. Sosok Firza layaknya kakak yang menjaga adiknya dengan sepenuh hati, malah justru dianggap mencari muka oleh Rayyendra sendiri. Banyak konflik muncul apabila mereka didekatkan, meski begitu Firza tetap menyayangi Ray seperti dia menyayangi Nenek Dayyu.
"Bertanggung jawablah dengan bekerja paruh waktumu di sini."
Pada akhirnya Nyonya Besar mengucapkan apa yang harus dilakukan Litha sebagai kompensasi karena tidak sengaja telah membuatnya terkejut.
Litha langsung mengangkat wajahnya melihat tubuh renta Nyonya Besar, masih meraba apa maksud yang dikatakannya.
"Nenek ... itu namanya bukan kompensasi tapi hadiah, lihat apa yang sudah dilakukannya— " protes Rayyendra sangat tidak menerimanya.
"Apa kau mau berdebat denganku Tuan Muda?"
Suasana langsung dalam keadaan mode senyap. Kode ucapan 'Tuan Muda' yang ditujukan pada Rayyendra mengartikan bahwa titah Nyonya Besar Pradipta mutlak tidak bisa dibantah siapapun, kalau ada yang tidak setuju maka bukan jajak pendapat yang ada tapi punishment-lah yang akan diterima. Celakanya, sifat bertitah tidak bisa dibantah menurun dengan sempurna ke cucu kandungnya.
"Nona, kamu bisa pulang sekarang. Kemarilah lagi besok lusa, Pak Iskhak akan memberimu passcard yang bisa digunakan tiap kali kesini."
"Hah! istimewa sekali dia dikasih passcard setelah mencelakai Nenek," gumam Ray sinis.
Semua yang hadir disana pun tidak kalah kagetnya.
'Kok bisa?' kira-kira itulah yang dikatakan dalam hati semua orang yang mendengarnya.
Wajah Litha pun masih dipenuhi mimik kebingungan, dia sangat susah memahami arti kata Nenek Dayyu.
"Bekerja paruh waktu disini, apa pula itu passcard?" Litha bicara dengan dirinya sendiri
"Nek, bagaimana bisa dia mendapatkannya? Bahkan Mona saja sampai sekarang tidak diberikan Passcard," protes Ray, tidak bisa diterima dengan logikanya.
Firza di dekatnya mengerutkan kening mencari alasan kenapa Litha sebagai orang asing bisa langsung mendapatkan akses 'ring satu' Nyonya Besar Pradipta.
"Ray, motor yang sudah kamu hantam tadi, segera beri gantinya."
Nyonya Besar tidak mempedulikan protes Rayyendra, malah menyuruh untuk mengganti motor yang tadi dihancurkan olehnya.
"Hah! Apa-apaan ini? Kenapa jadi aku yang harus menggantinya? Bukankah karena motor itu Nenek jatuh?"
Mata Rayyendra membelalak semakin tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Neneknya sendiri membela orang yang baru dikenalnya dan menyudutkan dirinya, cucu kandung satu-satunya.
"Kenapa? Kau keberatan?"
"Bukan itu masalahnya ... Mengganti rongsokan itu perkara kecil Nek, aku bisa menggantinya dengan 10 bahkan 100 motor kalau—"
"Heh! Bersikap arogan lagi kau Rayyendra? Ini bukan sekedar perkara berapa banyak yang kau ganti. Apa kau tidak merasa malu, seorang presdir grup perusahaan terbesar di negeri ini kalah dengan seorang gadis biasa?" Nyonya Besar langsung memotong kalimat Ray.
"Dia saja bisa memberikan tenaganya untuk bertanggungjawab atas perbuatan yang tidak sengaja dia lakukan, maka akan sungguh memalukan bagi seorang keturunan Pradipta jika melepas tanggungjawab dari perbuatannya yang jelas-jelas ia lakukan," sambungnya.
Kata-kata Nyonya Besar menohok langsung di jantung Ray. Mukanya merah padam, kedua tangannya dikepalkan kuat disamping tubuhnya.
"Nenek ... teganya Nenek membuatku malu di depan orang banyak," suara hati Ray bergetar mendengarnya.
"Firza, antar Nenek ke kamar! Nenek lelah, ingin istirahat," perintah Nenek Dayyu acuh beranjak dari duduknya.
"Pak Is, tolong kau urus Litha dan minta Pak Sas untuk mengantarkannya pulang," tambahnya lagi, yang diberi perintah hanya mengangguk paham.
"Ya Tuhan ... terima kasih ... Ibu ... huhuhuhu...... aku selamat ... Terima kasih kebaikanmu Nyonya Besar, memang benar yang Paman katakan bahwa Nyonya Besar memiliki hati yang baik," rintih Litha dengan airmata yang menggenang.
Tangan kanannya meremas dada, sedangkan tangan lainnya dijadikan tumpuan badan agar tidak ambruk. Emosi Litha benar-benar terkuras sore hari ini, kepalanya sakit karena terlalu banyak dan lama menahan tangis. Tangisan tanpa suara, bukan karena tidak bisa bersuara akan tetapi sangking takutnya ia pada sosok tinggi semampai Tuan Muda Pradipta yang terus menerus mengintimidasinya di hadapan orang banyak.
Pak Tino hanya bisa memeluk keponakannya dari samping dan ikut meneteskan air mata. Bersyukur Litha tidak disakiti dan tidak mendapatkan hukuman. Pria paruh baya itu pun tidak disinggung sama sekali, padahal dia sedari tadi siap melimpahkan kesalahan Litha kepada dirinya karena putri kedua kakaknya itu menginjakkan kaki di rumah Keluarga Pradipta juga karena dia. Namun ternyata bibir kelu penuh rasa takutlah yang menjadikannya tidak dapat mengeluarkan sedikitpun suara.
"Ah, jadi besar kepala kau ya? Baiklah aku mengalah sekarang karena Nenek. Besok-besok habislah kau!" ujar Rayyendra geram dalam hati menatap tajam sosok gadis yang bersimpuh di lantai yang menahan sakit dan takut.
Beberapa saat matanya menatap tajam dengan aura kebencian pada Litha. Berkatnya dia dipermalukan di depan sekretarisnya, para pelayan dan yang lebih membuatnya kesal, dia merasa dipermalukan di depan Firza. Terlebih dia sempat menangkap segaris senyum samar di wajah lelaki yang tidak lebih pencari muka di matanya.
Tatapan mata Rayyendra ke arah gadis yang tampilannya sudah berantakan, seolah langsung menyeruak ke dalam sanubari yang dituju, tanpa diduga maniknya bersirebok dengan manik mata Litha.
Deg ...
Deg ...
Deg ...
- Bersambung -
Catatan :
Passcard — adalah sebuah fasilitas dengan fungsi sebagai akses yang diberikan langsung oleh Nyonya Besar Pradipta untuk bisa leluasa keluar masuk kediaman Keluarga Pradipta tanpa pemeriksaan identitas sebelumnya di pos jaga gerbang utama ataupun di pos jaga kedua rumah utama. Nama yang bersangkutan diinput ke dalam database dan akan di share pada unit informasi di pos jaga gerbang utama dan pos jaga kedua rumah utama, sehingga mereka yang memiliki passcard hanya perlu menunjukkan identitas di depan para penjaga untuk diperbolehkan masuk begitu saja dan kapan saja. Tidak banyak yang mendapat passcard, bahkan para pelayan di sini termasuk Pak Tino harus menanggalkan KTP mereka selama bekerja dan akan diberikan kembali jika ijin keluar atau berhenti. Saat ini yang memegang passcard hanya Rayyendra, Firza, Pak Sas, si sopir pribadi Nyonya Besar dan Pak Iskhak, si kepala pelayan rumah utama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
TikTikTik
plis deh Litha kamu kan anak kuliahan masak nggak tau passcard 🤣🤣🤣
2022-11-04
0
Titislia
keren Thor..
aku ikut deg deg an hhh
2021-11-08
1
naviah
semangat thor 💪
2021-11-07
1